1. Berita Mendadak

215 42 1
                                    

Tadi pukul dua siang tiba-tiba saja Aqisha dihubungi oleh orang rumah untuk menghadiri makan malam  di rumahnya. Aqisha merasa ini aneh sekali, tidak biasanya Ibu dan Ayah mengajaknya pulang hanya untuk sekedar makan malam. Padahal setiap akhir pekan pun Aqisha rajin kembali ke rumah untuk kumpul keluarga.

Di sinilah dia sekarang, di depan halaman rumahnya dengan segenggam es plastik di tangannya. Setelah berpamitan dengan Damian yang sukarela mengantarkannya, Aqisha melipir ke warung yang tak jauh dari rumahnya untuk jajan es.

Aqisha agak terkejut ketika melihat satu mobil mewah terpakir di halaman rumahnya. "Ada selebgram dateng kah?" Gumamnya. Kepalanya celingak-celinguk mencoba menebak siapakah orang kaya yang datang ke rumahnya.

"Ibu ... Kakak pulang."

Tak ada jawaban, tapi Aqisha bisa mendengar gelak tawa orang dewasa yang datang dari ruang makan.

Setelah melemparkan tas selempang asal di sofa ruang tamu, Aqisha melangkahkan kakinya untuk menemui orang tuanya di ruang makan. Sampai langkahnya tercegat oleh Aufa yang tiba-tiba menariknya.

"Apa sih lu? Sakit anjir," Aqisha mendengus kesal sambil mengusap lengannya yang masih sakit.

"Saran gue mending lo balik ke kosan lo Kak, sekarang."

Aqisha mengernyitkan dahinya heran, "Lah kenapa? Baru aja gue nyampe udah diusir lagi." Ucapnya.

Aufa berdecak kesal, akan sangat lama kalau ia harus menjelaskan semuanya sekarang. "Ini buat kebaikan lo. Jadi mending lo telepon kak Ian dan suruh dia jemput lo sekarang." Titah Aufa.

"Hah yaudah deh? Tapi lo hutang cerita ya sama gue Fa sampe ngusir begini. Eh tapi gue mau izin sama Ib—"

"Pulang. Sekarang." Tekan Aufa. Wajahnya nampak serius yang membuat Aqisha semakin keheranan.

Baru saja Aqisha dan Aufa balik badan, suara panggilan melengking Rahayu, Sang Ibu sudah terdengar. "Kakak?"

Aufa menghela nafasnya pasrah, "Good luck deh, Kak. Tapi kalau lo emang masih mau kabur, langsung bilang gue biar gue pesenin ojol." Pamit Aufa lalu berlalu pergi begitu saja.

Aqisha makin heran dengan situasi saat ini. Kabur? Kenapa juga dia harus kabur? Gak mungkin 'kan dia disuruh pulang hanya untuk diomeli. Aqisha pun tak merasa dia melakukan kesalahan apapun akhir-akhir ini.

"Kak?"

"Bu."

Rahayu tersenyum cerah, lalu mengajak Aqisha untuk ikut ke ruang makan. Di sana cukup ramai oleh orang dewasa yang tengah berkumpul. Ada Ibu, Ayah, tante Anne dan seorang pria yang tampak asing untuk Aqisha, tapi Aqisha bisa kira bahwa itu adalah suami tante Anne.

"Qisha, halo cantik!" Sapa Anne hangat. Aqisha tersenyum dan menghampiri Anne untuk bersalaman, begitu juga dengan pria dewasa di sebelahnya.

Aqisha sangat kenal Anne, dia adalah sahabat Ibu sejak SMA katanya. Anne ini juga rajin datang ke sini, Anne juga baik sekali kepada Aqisha.

"Apa kabar, Tan?" Tanya Aqisha berbasa-basi. Aqisha ikut duduk di kursi kosong di samping Anne.

"Baik sekali Qisha. Kamu apa kabar, Nak? Gimana kuliahnya?"

"Baik Tan. Kuliah juga oke lah walaupun capek banget. Makin sini makin banyak proyek gitu Tan." Jawab Aqisha.

Di seberang mereka ada Rahayu dan Helmi yang tersenyum gembira melihat betapa akrabnya Aqisha dengan Anne. Karena keakraban inilah yang memudahkan rencana mereka.

"Ini suami Tante, Sha. Namanya om Hans." Anne merangkul suaminya yang langsung tersenyum hangat menyapa Aqisha. Aqisha mengangguk dan kembali menyapa Hans.

Lovely DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang