TMIMG 4

1K 98 150
                                    

"Bapak tunggu kalian di lapangan utama dalam waktu sepuluh menit!"

Priiiittt

Begitu sang guru olahraga menyampaikan sebaris kalimatnya, semua siswa yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang itu segera berhamburan menuju toilet untuk berganti pakaian, sedangkan para siswi tetap berada di kelas. Mereka sudah biasa berganti pakaian di kelas karena akan menghabiskan banyak waktu jika pergi ke toilet.

Tapi tidak dengan Jenovan. Ia tidak mungkin berganti pakaian di sana, di tengah para gadis yang mulai membuka seragam mereka, menampilkan setiap lekuk tubuh yang hanya ditutupi oleh bra.

Astaga Jeno! Cepat tutup matamu!

Untuk sepersekian detik Jenovan hanya berdiri mematung. Pikirannya mendadak kosong kala gadis-gadis itu serentak melucuti pakaian mereka. Kepala yang sebelumnya mendadak kaku itu digelengkan dengan keras demi menghalau segala pikiran cabul yang muncul dalam benaknya.

"Nevah! Kamu ngapain berdiri doang?! Buruan ganti baju, nanti telat bisa disuruh push up loh!"

Priscilla yang juga sudah membuka bajunya mencoba untuk menyadarkan sang sahabat dari kebingungannya. Ia tahu sahabatnya itu memang lamban, tapi akhir-akhir ini kondisinya menjadi lebih parah, dia jadi sering ngebug dan melongo. Maka, ia harus sering menggebrak tubuh Jenevah yang seolah kehilangan jiwanya itu.

"Eh, a- aku mau ganti di toilet aja, sekalian mau pipis dulu."

"Buruan, nanti kena marah pak guru!" peringatnya. Jenovan mengangguk cepat. Ia lantas segera berlari ke toilet sebelum ia kehabisan waktu.

Sudah tahu waktu yang diberikan hanya sepuluh menit, tapi Harsa malah menghentikan langkahnya saat mereka berpapasan di lorong kelas. "Kok belum ganti baju?"

Boleh tidak ia menggampar wajah sok kegantengan itu? Apa Harsa tidak melihatnya berlari ke arah toilet sambil membawa baju olahraga?

"Kamu gak liat kalo aku mau ganti baju?! Awas ah, buang-buang waktu aja!" Ketus Jenovan seraya menghempaskan tangan Harsa yang mencekalnya.

"Ayo, aku temenin."

"Ngapain?! Udah sana minggir!" Sewot Jenovan yang langsung membuat Harsa meledakkan tawanya. Bisa ia lihat ekspresi panik dan juga terkejut yang bersatu padu.

Jenevah itu terkenal sebagai gadis dengan kesabaran seluas samudera. Harsa tahu sendiri kalau gadis itu sering mendapatkan perundungan dari beberapa temannya, tapi tak pernah sekali pun ia berteriak marah atau melawan balik. Gadis itu menerima segala bentuk penindasan dengan bibir yang tersenyum. Jika ia sedang dalam mode flirtingnya pada Jenevah pun, gadis itu hanya meresponsnya dengan tertawa kecil atau hanya tersenyum tipis.

Tapi sekarang, digoda sedikit saja gadis itu sudah kesal dan marah. Ia kan jadi semakin suka menggodanya. Menurutnya, ekspresi Jenevah saat kesal itu sangat lucu, matanya yang berubah sinis, lalu bibirnya yang mengerucut sambil mengomel nampak lebih menarik perhatian Harsa. Rasanya ia ingin membungkam bibir tipis yang hobi menggerutu itu dengan bibirnya.

Jenovan berganti baju cukup lama karena ia harus memastikan kalau alat penyamarannya terpasang dengan aman. Kan tidak lucu kalau nanti dada palsunya jatuh akibat ia terlalu aktif bergerak. Belum lagi rambut palsunya dipasang dengan model ponytail, agar ia tidak kegerahan saat berolahraga.

Jenovan pikir setelah Harsa melepaskannya, pemuda itu segera pergi ke lapangan bergabung dengan teman-temannya. Tapi nyatanya, pemuda itu malah berdiri di depan toilet wanita hanya untuk menunggunya.

"Ayo kita ke lapang bareng, biar dihukumnya sama-sama, hehe," ujarnya tak tahu malu diikuti oleh cengengesannya.

Alasan yang membuat Jenovan menggeleng tak habis pikir. Ia tahu lelaki itu sedang gencar mengejarnya, tapi jangan setolol ini lah sampai rela dihukum bersama. Padahal Jenovan sudah menyiapkan alasan agar ia bisa lolos dari hukuman.

Hyuckno StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang