chapter 4

6 0 0
                                    

🤓nanti dulu ygy, saya harus melawan rasa malas, letih, lesu, mungkin besok sya update malem ya cintah🤓

.................................................

Di siang hari.

"Ortu lu gk nge chat gitu? "

"Udah gw blok semua kontak nya ziv. "

Tiba tiba di tengah obrolan mereka, datang ibu ziva ingin berbicara.

"Ziva, sini dulu, keruangan ibu. "

"Iya bu. "

Sesampai nya di kamar ibu.

"Ziva, ibu tak sanggup menampung laura, kamu tau kan kita hanya hidup berdua?, ibu akan mengembalikan laura ke orang tua nya.

"Tapi bu, kasihan laura, bu. "

"Iya, ibu tau nak, tapi ini yang terbaik, panggil laura suruh ke sini. "

"I-iya bu. "

Ziva pun memanggil laura untuk ke kamar ibu.

"Ada apa ya tan? "

"Jadi gini, ibu kekurangan biaya , dan ibu  tak bisa menampung kamu di sini, kamu ibu kirim ke orang tua saja ya? "

"H-hah, tan? "

"Ini yang terbaik untuk kamu laura. "

"Yasudah, kalo ini memang yg terbaik untuk tante... Laura bersedia. "

"Terimakasih nak. "

Sesudah pembicaraan itu, ziva dan laura kembali ke kamar.

"Maaf ya lau, keuangan kami sedang menurun. "

"Huft.... Iya ziv, aku ngerti kok. "

Sore pun tiba. Keluarga ziva pun sudah bersiap makan di meja makan.

Di tengah laura menikmati makanan nya, ibu ziva berkata.

"Maaf kan tante ya laura. "

"I-iya tan,. "

"Maaf kan ibu ya laura. "

"Tidak apa ziv. "

Setelah makan, laura dan ziva mandi, lalu bersiap untuk sholat.

Sehabis sholat,, laura packing barang2 nya yang emang dia sudah bawa dari rumah keluarga tante nya.

"Gw sedih lau, lu pergi. "

"Jangan lebay ah. "

"Nanti gw kesepian lauu. "

"Masih ada tante zivv. "

"IYA TAU IYA, TAPI GK ADA LO. "

Sehabis packing mereka menonton tv sebentar lalu bergegas tidur.
 

😍lgi nulis chap bruuu, ditunggu yaks😍

Berjuang Tanpa "Keluarga".Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang