Episode 08

117 92 9
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

Nara terus menatap kosong ke segerombol siswa, matanya terus memperhatikan salah satu cowok yang duduk di antara mereka dengan pikiran melayang-layang. Dia beranjak dari duduknya saat namanya dipanggil.

"Ayo semangat Nar, lo pasti bisa!" Dhara berteriak riang menyemangati sahabatnya dari pinggir lapangan.

Nara membalas dengan memberikan senyum termanisnya, serta menautkan jari telunjuk dan ibu jari membentuk huruf O yang berarti oke. Lantas Nara segera bersiap pada posisi yang sebelumnya telah diajarkan oleh pak Savin.

"Bersedia, siap, ya!"

Nara langsung berlari dengan mengerahkan segala tenaganya, bahkan dia mampu mendahului temannya. Namun ketika dia mulai mendekati garis finish, kakinya mulai terasa sangat lemas dan napasnya juga terasa sesak, tapi walaupun begitu dia tetap berusaha berlari meskipun tidak sekencang di awal. Dan pada akhirnya dia berhasil sampai lebih dulu.

"Sahabat gue memang the best!" teriak Dhara heboh dengan mengacungkan dua jempolnya ke arah Nara.

Baru saja Nara akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing, bahkan badannya hampir terhuyung ke depan. Karena Nara tidak ingin membuat Dhara khawatir, dia memilih langsung pergi ke kelas tanpa menunggu Dhara.

"Dhar!" panggilnya sedikit keras.

"Gue ke kelas duluan ya, mau istirahat," izinnya pada Dhara dan diangguki oleh sang empu.

"Hati-hati ya!" balas Dhara. Dia memandangi punggung Nara yang berjalan menjauh dari lapangan.

"Dhara Anika Putri!"

Dhara tersentak kaget dan langsung berlari kecil menghampiri pak Savin dengan ekspresi malas.

Nara yang merasa kepalanya semakin pusing, mengistirahatkan diri di dalam kelas. Tapi lama-kelamaan dia tidak tahan dengan rasa sakit itu, jadi dia segera bangkit dari duduknya dan pergi ke kantin untuk membeli teh hangat.

Nara berjalan sedikit sempoyongan di sepanjang koridor, sehingga menarik perhatian beberapa orang. Bahkan ada beberapa yang menanyainya dan hanya dijawab seadanya, karena dia benar-benar sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang bersarang di kepalanya.

Setelah sampai di kantin, dia langsung menerobos masuk, lalu dia segera mengatakan pesanannya pada Ibu kantin.

"Bu, saya pesan teh hangat satu sama sarapannya satu." Tadi pagi Nara bangun kesiangan, sehingga dia tidak sempat sarapan.

"Sarapan apa, Neng?"

"Soto, Bu," jawab Nara singkat.

"Baik Neng, tunggu sebentar ya!"

Setelah ibu kantin pergi, Nara langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja. Tetapi ketika otaknya mengingat sesuatu, dia langsung mengangkat kepalanya dan memandang ke penjuru kantin untuk mencarı seseorang. Dan nihil, matanya tidak menemukan sosok yang dia cari, sehingga Nara menarik napasnya lega.

Saat kepalanya kembali menghadap ke arah depan, dia langsung terkaget saat mendapati kepala Oji yang sudah berada tepat di depan matanya. Refleks, dia langsung menabok muka Oji dengan sangat keras.

"Muka ganteng gue!" Oji mengaduh sakit.

"Lo itu cewek, tapi tenaga kayak hulk," cibir Oji dengan mengelus mukanya yang terkena tabokan maut Nara. Davin yang mendengar ucapan Oji, berdecak sinis.

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang