JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA!
Typo, koreksi📌●○●○●○
Nara terus menatap kosong ke arah segerombol siswa. Matanya terpaku pada salah satu cowok yang duduk di antara mereka, sementara pikirannya melayang entah ke mana. Ia beranjak dari duduknya saat namanya dipanggil.
"Ayo, semangat, Nar! Lo pasti bisa!" teriak Dhara riang dari pinggir lapangan, menyemangati sahabatnya.
Nara membalas dengan senyum termanisnya, lalu menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf O sebagai isyarat 'oke'. Setelah itu, Nara segera bersiap pada posisi yang sebelumnya diajarkan oleh Pak Savin.
"Bersedia, siap, ya!"
Nara langsung berlari dengan mengerahkan seluruh tenaganya, bahkan ia berhasil mendahului teman-temannya. Namun, ketika mulai mendekati garis finis, kakinya terasa sangat lemas dan napasnya pun mulai sesak. Meski begitu, ia tetap berusaha berlari, meskipun tak sekencang di awal. Pada akhirnya, ia berhasil mencapai garis finis lebih dulu.
"Sahabat gue emang the best!" teriak Dhara heboh sambil mengacungkan dua jempol ke arah Nara.
Baru saja Nara akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing, bahkan tubuhnya nyaris terhuyung ke depan. Namun, karena tak ingin membuat Dhara khawatir, ia memilih langsung pergi ke kelas tanpa menunggunya.
"Dhar!" panggilnya agak keras.
"Gue ke kelas duluan, ya. Mau istirahat," pamitnya kepada Dhara, yang langsung mengangguk menyetujui.
"Hati-hati, ya!" balas Dhara. Ia memandangi punggung Nara yang perlahan menjauh dari lapangan.
"Dhara Anika Putri!"
Dhara tersentak kaget dan langsung berlari kecil menghampiri Pak Savin dengan ekspresi malas.
Sementara itu, Nara yang merasa kepalanya semakin pusing memilih beristirahat di dalam kelas. Namun, lama-kelamaan ia tak tahan dengan rasa sakit itu. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan pergi ke kantin untuk membeli teh hangat.
Maklum, ia memang menderita darah rendah. Jadi, kalau terlalu kelelahan, kepalanya akan terasa pusing.
Nara berjalan sedikit sempoyongan menyusuri koridor, sehingga menarik perhatian beberapa orang. Bahkan, ada yang sempat menanyainya, namun hanya dijawab seadanya karena ia benar-benar sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang bersarang di kepalanya.
•
•
•Sesampainya di kantin, ia langsung menerobos masuk dan segera menyampaikan pesanannya kepada Ibu Kantin.
"Bu, saya pesan teh hangat satu, sama sarapan," ucapnya.
Tadi pagi Nara bangun kesiangan, sehingga ia tidak sempat sarapan.
"Sarapan apa?" tanya Ibu Kantin.
"Soto, Bu," jawab Nara singkat.
"Baik, tunggu sebentar, ya!"
Setelah Ibu Kantin pergi, Nara langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja. Namun, ketika pikirannya teringat akan sesuatu, ia langsung mengangkat kepalanya dan memandang ke sekeliling kantin, mencari sosok yang ia harapkan. Sayangnya, matanya tidak menemukan orang yang dicari, dan Nara pun menarik napas lega.
Saat kepalanya kembali menghadap ke depan, Nara langsung terkejut mendapati kepala Oji yang sudah berada tepat di depan matanya. Refleks, ia langsung menabok muka Oji dengan sangat keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya (REVISI)
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ JANGAN MENJIPLAK! ITU PERBUATAN RENDAH DAN TIDAK BERADAB. .・✫・゜・。. .・。.・゜✭・ Nara menyukai Razka sejak masa SMP. Setiap hari, rasa suka itu semakin bertambah, hingga kini dia duduk di bangku SMA. Seiring berjalannya waktu, rasa itu sema...