Chapter 10

1.5K 151 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Haechan ada kelas pagi di hari jumat, sementara Jeno siang sekitar jam sebelas. Jadi dengan terpaksa Haechan berangkat seorang diri. Sedangkan sang istri dijemput oleh Jaemin. Sekarang kedua pemuda itu tengah berjalan di koridor sembari mengobrol ringan.

"Besok malam lo datang ke acara syukuran di rumah Bunda, ya. Jangan lupa ajak Renjun," kata Jeno.

"Weh, syukuran apa?" tanya Jaemin.

"Ya, syukuran buat kehamilan gue. Itu saran dari Bunda sama Mama, sih," sahut Jeno. "Yangyang dan Shotaro juga mau gue undang."

"Saran yang bagus, Je," ucap Jaemin. "Ya, udah besok malam gue datang sama Renjun."

"Harus, dong! Kalau gak datang gue bakal ngambek," kata Jeno.

Jaemin cengengesan. "Ada banyak makanan, kan, Je?"

Jeno mendengus. "Lo gak perlu khawatir soal itu. Pasti banyak."

"Good! Gue suka, nih," ujar Jaemin dengan senyum cerah.

"Jangan lupa doa'in calon anak gue, dong, Na. Itu yang terpenting," sahut Jeno.

"Tenang aja. Pasti gue doa'in yang terbaik buat kelahiran calon anak lo nanti," balas Jaemin.

Jeno tersenyum sambil memandangi perutnya yang masih rata. Ia bergeming kala teringat akan sesuatu. Kalau aja ada keluarga dari Haechan juga, aku pasti makin bahagia. Eh, apa, sih! Jangan ingat soal itu. Haechan bisa marah.

"Lo kenapa, Je?" tanya Jaemin heran karena Jeno tiba-tiba saja diam.

"Enggak," sahut Jeno sembari menggeleng. "Nanti lo temenin gue ke gedung fakultas Haechan, ya. Gue lagi males pergi sendirian."

"Beres," jawab Jaemin. "Sekalian pengen ketemu Havael. Udah lama gue gak berantem sama dia."

Jeno langsung memasang wajah julit. Jaemin dan Havael memang sering sekali bertengkar meributkan sesuatu yang tak jelas.

"Eh, ngomong-ngomong. Havael sama Mark udah jadian belum, sih?" tanya Jaemin.

"Heem, kayanya masih HTS'an, deh. Kelihatan saling suka, tapi sulit untuk mengungkapkan," sahut Jeno.

Jaemin langsung tergelak. "Bahasa lo, anjir!"

"Berisik, ah!"

.
.
.

Kelas Haechan baru saja berakhir. Sebagian mahasiswa sudah berlalu pergi dari ruang kelas, termasuk dosen.

"Besok malam kalian datang ke rumah Bunda Seohyun, ya. Rencananya kami mau ngadain acara syukuran atas kehamilan Jeno," kata Haechan pada teman-temannya dan juga Havael.

"Widih, mantap! Pasti banyak makanan. Gue bakal semangat buat datang," sahut Han sembari bersiul.

Havael menendang kursi yang tengah didudukki oleh pemuda itu. "Emang dasar pecinta gratisan."

Kisah Kita (Hyuckno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang