Pantulan dirinya sendiri pada cermin itu yang kini menjadi pusat perhatian sosok pria tersebut, Fay tak melepaskan pandangannya dari benda mati di hadapannya, ia merapikan tuxedo hitam yang dirinya kenakan, seraya membenarkan letak surainya yang terlihat sedikit berantakan. Pria tadi mencoba untuk terlihat tersenyum pada permukaan kaca, sebelum membalikan tubuhnya ke belakang saat merasakan segalanya sudah cukup ingin melangkahkan kakinya untuk pergi ke tempat seharusnya dirinya berada hari ini. Hanya saja kehadiran seseorang yang sangat familier untuknya itu membuat Fay mengurungkan niatnya sesaat.
"Seribu kali pun kau bercermin, itu tidak akan mengubah keadaan, mau di lihat dari sisi mana pun kau tetap tidak layak jadi pendampingku."
Embusan napas berat meluncur dari kedua sudut bibir Fay, ia tak menanggapi apapun yang Gare katakan, menyesal ia meluangkan waktu untuk mendengarkan ucapan Gare barusan jadi lebih Fay bergegas pergi saja. Pria itu bahkan berjalan melewati Gare bersikap seolah pria tersebut tidak ada, sebelum menghentikan keduanya kakinya berjalan untuk sejenak.
"Mau aku layak atau tidak, kau juga harus menerima kenyataan yang menjadi pendampingmu itu aku, bukan wanita itu."
Fay hanya tersenyum sinis setelah mengatakannya, lalu berjalan pergi meninggalkan Gare yang masih berdiam diri pada tempatnya berpijak. Lagi pula meskipun beribu kali Gare mencoba untuk menyadarkannya kalau Fay ini tidak layak untuknya maka dengan baik hati Fay juga akan melakukan hal yang sama, menyadarkan Gare walaupun pria itu menginginkan sosok lain yang menurutnya layak, tetapi bagaimana pun keadaannya Gare akan tetap berakhir dengannya, jadi percuma saja mengatakan hal buruk padanya.
Mungkin Gare kira Fay akan sakit hati lalu meninggalkannya dengan sangat mudah, pria itu lupa ketika bersamanya, ia sudah di hadapkan dengan banyak pilihan lalu apa dengan semua yang ia sudah lalui Fay akan menyerah dengan mudahnya tanpa perlawanan?
Tentu saja tidak, semakin Gare membuatnya menjauh maka dengan cara yang sama Fay justru akan mendekat padanya. Persetan dengan segalanya.
Toh, apapun yang dirinya lakukan tidak akan pernah ada orang lain yang peduli dengan semua itu. Bagi semua orang yang ia lakukan itu salah, jadi mau apapun yang Fay lakukan akan tetap salah di mata orang lain, tidak akan pernah berubah menjadi benar.
Ia sudah sangat terbiasa dengan tatapan kebencian dan ketidaksukaan orang lain, tetapi Fay selalu mengabaikannya, karena ia tak pernah hidup dengan mengemis pada seseorang. Fay hanya mencintai seseorang, pria yang sebenarnya bukan miliknya, Fay akui ia salah. Tidak seharusnya bersikap seperti ini pada Kakaknya. Namun, sekali saja. Hanya sekali ia ingin memiliki sesuatu, biar dirinya yang menanggung semua konsekuensinya dengan mengambil kebahagiaan orang lain. Ia menginginkan pria itu di sisinya, walau itu cuma sesaat Fay tidak apa-apa. Fay rasa ia akan baik- saja dengan pilihan ini.
Hiruk pikuk orang yang berlalu-lalang di sekitarnya itu kini terasa seolah mengasingkan sosok Fay di antara para tamu undangan, ini adalah resepsi pernikahannya akan tetapi ia merasa asing dengan segalanya, yang bisa ia lakukan hanya tersenyum layaknya sebuah patung, bersikap kalau ia bahagia dengan kehidupan barunya padahal nyatanya tidak. Setiap detik berada di tempat ini ia merasa lelah, banyak pandangan yang tertuju padanya seolah heran mengapa ada seorang pria bersanding dengan
sosok pria lainnya. Banyak orang yang tahu jika pasangan Gare sebelumnya adalah seorang wanita, jadi bagaimana bisa berubah dalam waktu cepat menjadi seorang pria? Itu kemungkinan besar yang orang lain pikirkan saat ini. Fay tahu itu dan ia berpura-pura bodoh, lalu mencoba untuk meraih lengan pria di sampingnya. Gare menolak hanya saja tak mungkin memperjelas segalanya di depan semua orang, tentu saja pria itu tak mau menyebarkan rumor aneh tentang dirinya pada kalangan kolega bisnisnya.Dari kejauhan ia melihat Kakaknya datang bersama kedua orang tuanya, mengetahui hal itu Gare langsung menghampirinya. Fay hanya terdiam sejenak di tempatnya berdiri, bersikap seolah tak ada hal yang aneh dari kelakuan kedua orang itu, padahal nyatanya ia terus memperhatikan dengan saksama.
