Ini tentang seorang Adrienne Ivy Casia, gadis pintar matematika yang tidak ambisius akan sebuah nilai. Sayangnya kemampuan Ivy dalam melihat makhluk halus harus membuat gadis cantik itu berurusan dengan sosok hantu tampan yang meminta bantuan. Ivy y...
Peringatan! Silakan contoh apa pun yang baiknya dalam cerita ini
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari telah menyoroti bumi. Langit cerah seakan menyambut pagi dengan baik. Seorang gadis tengah bergulat di depan cermin. Memakai bedak tipis dan sebuah pelembab bibir agar tak terlihat pucat. Kemudian mengikat rambutnya yang sedikit bergelombang itu. Sudah hampir dua tahun gadis tersebut tak pernah menggerai rambutnya. Bahkan rambutnya yang lurus ia buat bergelombang. Entah apa alasannya.
Netra indahnya membaca nama sekolah impiannya. SMA Pucuk Impi, sekolah bergengsi yang menjadi impian setiap remaja yang baru saja lulus sekolah menengah pertama. SMA Pucuk Impi adalah sekolah terbaik setelah SMA Gemilang yang selalu menjadi juara bertahan pada ajang sekolah terbaik tiap tahunnya. Ajang yang selalu gadis itu sesali.
Itu menjadi alasan gadis cantik itu tidak pernah maju menjadi yang terbaik. Di sana ada luka yang terus menghantuinya setiap saat.
"Andai dunia tidak menuntut kamu menjadi yang terbaik. Mungkin kamu masih di sini sama aku," gumamnya.
"Kak Ivy! Cepet keluar! Ditungguin Daddy sama Mommy, nih!" Suara dari luar beserta ketukan keras pada pintunya membuat gadis bernama Adrienne Ivy Casia atau sering dipanggil Ivy itu berdecak. Adiknya itu benar-benar perusak suasana.
"Kak Ivy, buka gak!" Mendengar teriakan itu lagi, Ivy tak kuasa menahan rasa kesalnya. Gadis itu membuka pintunya kasar. Matanya menatap tajam sang pelaku yang hanya menampilkan wajah tak bersalah.
"Anak gadis, kok, lama banget, sih, Kak," ucapnya dengan nada mengesalkan.
Ivy memutar bola matanya malas. "Repot banget, sih, lo! Yang sopan sama Kakak lo. Gue kutuk tahu rasa lo, Zan."
Arzan Xabiru Casia, laki-laki tampan dengan tinggi yang mencapai 170 sentimeter, mengalahkan sang kakak. Laki-laki yang sering dipanggil Arzan oleh keluarganya itu terpaut dua tahun dengan Ivy. Jika Ivy memasuki kelas dua belas, sedangkan Arzan memasuki kelas sepuluh. Namun, badan Arzan yang tinggi dan wajahnya yang tampan sangat tidak sesuai dengan umurnya. Arzan ini benar-benar keturunan Sadewa, yang memiliki darah keturunan Spanyol. Berbeda dengan Ivy yang memiliki wajah khas sebagai orang Asia, keturunan sang ibu.
Arzan mendengkus. "Aduh, kakakku tersayang bawel banget, sih. Itu Daddy sama Mommy sudah menunggu tuan putrinya, lho. Ayo, cepet turun," ajaknya.
Sudah tak ingin berdebat, Arzan segera mengajak kakaknya turun dari kamar. Perlu diketahui bahwa Ivy itu galak, kata Arzan. Emosinya selalu meledak-ledak. Bicaranya selalu blak-blakan, dan tak pernah memikirkan perasaan seseorang. Arzan heran mengapa kakak perempuannya itu tidak anggun sama sekali. Padahal Ivy ini adalah gadis yang dimanja ibu dan ayahnya, tetapi bukannya menjadi gadis lemah lembut, justru malah menjadi gadis yang galak dan bar-bar.