Ini adalah hari yang dibenci Linn, Kamis. Dimana ada pelajaran olahraga dan ekskul menggambar di mulai. Rasanya Linn benar-benar malas menyambut hari ini.
Sekarang Linn dan teman sekelasnya sedang berada di lapangan sekolah. Sama seperti teman-temannya, Linn menggunakan seragam olahraga sekolah yang berwarna hijau dengan garis putih.
"Gelang baru?" tanya Ralu pada Linn setelah melihat gelang milik Linn.
"Gak baru juga sih," ucap Linn sambil menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
Suara peluit mengalihkan pandangan para murid, seorang pria dengan pakaian olahraga, topi di kepalanya dan sebuah peluit yang dipegang ditangan kirinya.
"Saya guru baru, menggantikan tugas Pak Hen yang sudah tua. Panggil saya Pak Gion," ucap guru baru itu.
Perasaanku aja kayaknya, Pak Gion ini muncul kayak hantu, batin Linn, tidak menyadari kehadiran Gion yang muncul di depan para murid.
Gion, guru itu terlihat muda dan tampan. Para siswa perempuan sudah menjerit dalam hati setelah menatap wajah rupawan dengan rahang yang tegas dan mata kelabunya tampak teduh.
Linn mengakui bahwa guru itu cukup tampan, berbeda dengan Ralu yang menganggap guru itu terlihat mencurigakan.
Tugas hari ini adalah lari mengelilingi lapangan sekolah yang luas itu dua kali putaran. Linn bersyukur bahwa dia terlahir perempuan, jika dia laki-laki dia akan mengelilingi lapangan ini tiga kali, satu kali lebih banyak dari perempuan.
Hingga sekarang giliran Linn, Ralu dan 3 murid perempuan lain. Mereka berbaris di garis awal, Gion meneriakkan angka satu sampai tiga, tanda mulai.
Di putaran pertama Linn berada diurutan keempat, berbeda dengan Ralu yang berada diurutan pertama.
Ralu cepet banget, batin Linn.
Hingga akhirnya Linn sudah mengelilingi lapangan dua kali dan berada di posisi ketiga, tentu saja Ralu berada di posisi pertama.
Linn membungkukkan badannya dengan nafas sedikit tidak beraturan, begitu juga dengan Ralu. Ralu menarik pergelangan tangan Linn untuk duduk di pinggir lapangan yang tidak terkena matahari, lebih tepatnya di bawah pohon.
Di sana, sudah ada botol milik mereka berdua yang sudah ditaruh di sana dari awal mereka datang ke lapangan. Mereka meminum air pada botol mereka.
"Hah! Cape banget!" keluh Linn pada Ralu.
"Sering-sering olahraga, jangan di kamar mulu," jawab Ralu sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.
Linn akui bahwa ucapan Ralu benar sebab dia jarang berolahraga, Linn lebih nyaman tidur di atas kasur empuk miliknya.
•
Sekarang Linn sedang berada di dalam kelas khusus ekskul menggambar, dia duduk bersama perempuan dengan rambut hitam sedikit bergelombang.
"Tugas gambarmu yang minggu kemarin udah belum?" tanya Linn padanya.
"Jelas! Belum," ucap gadis di samping Linn dengan nada semangat lalu berganti nada sedih.
Linn akui bahwa temannya ini memiliki sifat semangat yang tinggi namun kadang sifatnya bisa berubah drastis dengan cepat.
"Kalau punyamu?" Gadis itu balik bertanya pada Linn.
"Belum juga," jawab Linn.
Suara ketukan pintu terdengar, seorang guru perempuan memasuki kelas. Dia adalah guru ekskul menggambar, biasa dipanggil Bu Helen.
"Hari ini kita akan membuat rencana apa yang akan kita lakukan untuk menyambut ulang tahun sekolah," jelas guru itu setelah duduk di kursi guru.
Setelah mendengar penjelasan dari Helen, para murid diberikan hak untuk bebas berpendapat. Setiap murid akan menuliskan kalimat pada kertas lalu dikumpulkan menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN
FantasyMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...