Dua Belas

802 60 4
                                    

Setelah kejadian sore itu -sewaktu ia mengantarku pulang- hubunganku dengannya perlahan membaik dan mungkin bisa dibilang dekat. Entah harus senang, bersyukur atau sedih. Karena disatu sisi saat seperti inilah yang selalu kuharapkan tetapi disisi lain aku juga harus menjaga perasaan Sammy.

Sejujurnya aku tidak pernah merasa mempunyai hubungan yang spesial dengan Sammy. Selama ini aku hanya merasa tidak enak dengannya, sikap dia terlalu baik dan manis saat bersamaku. Dan itu kadang membuatku merasa tak tega meninggalkannya.

Dua pilihan yang sangat sulit. Aku benci bila dihadapkan dalam keadaan seperti ini. Siapa yang harus kupilih? Orang yang kucintai atau orang yang mencintaiku? Orang yang menjadi cinta pertamaku atau orang yang jatuh cinta padaku saat pandangan pertamanya?

"Gre?" sapa ketiga temanku

"Kamu kenapa sih kita perhatiin akhir akhir ini ngelamun terus?"

"Mikirin Sammy?"

"Engga kok"

"Hamids?" aku mengangguk lemah

"Astaga Gre! Kamu udah punya Sammy tapi masih mikirin cowok lain?" tanya Sofia dengan tegas

"Bukan gitu"

"Trus apa? Kalian udah hampir setengah tahun loh"

"Lagian kurang apa sih Sammy dibanding Hamids? Dia baik, ganteng, populer lagi"

"Iya aku tau, aku tau itu. Buat ukuran manusia dia emang hampir sempurna"

"Kalo kamu tau, kenapa sikap kamu sama dia kaya gitu Gre?" mereka menyerbuku dengan pertanyaan pertanyaan yang mengintimidasiku

"Kalian kenapa jadi belain dia sih? Bukannya dulu kalian yang nyuruh aku buat perjuangin Hamids?"

"Dia itu pacar kamu Gracia, sedangkan Hamids? Siapa dia"

"Pacar? Aku engga pernah sekalipun ngejawab pertanyaan dia soal pernyataan cintanya itu"

"Kalo bukan pacar kenapa kamu gapernah nolak perlakuan, hadiah dan semua yang udah dia kasih buat kamu Gre. Kamu anggep dia apa coba?"

"Jahat kamu Gre. Itu sama aja kamu ngasih harapan buat dia. PHP itu namanya"

"Terserah kalian mau sebut aku apa. Kalian tuh ga ada yang ngerti sama keadaan aku"

"Ga ngerti gimana sih Shania Gracia? Kita tuh udah kenal lama, kita udah tau gimana kamu"

"Engga kalian gatau dan gak akan pernah tau tentang perasaan aku ini"

Tanpa sadar aku menitikan air mata. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah persahabatan kami, kami bertengkar. Apalagi hanya karena seorang laki laki yang entah membalas perasaanku atau tidak.

Tetapi, sedalam itukah perasaanku padanya sampai sampai aku marah dan kesal pada ketiga orang yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri?

"Maaf" aku membuka suara setelah terjadi keheningan beberapa menit

"Kamu engga salah kok" Cesen mengusap punggungku mencoba menenangkanku

"Kita yang salah, kita udah marah marah tadi sama kamu"

"Udah gini aja deh, diantara kita engga ada yang salah dan engga ada yang bener. Biar adil"

Akhirnya kami berempat berpelukan dengan eratnya. Kembali berbaikan dan melupakan sejenak masalah tadi. Dan aku harap ini pertama dan terakhir kalinya kami bertengkar seperti ini. Aku tidak akan pernah bisa jika harus bermusuhan dengan mereka. Karena hanya mereka sahabat yang aku miliki.

I'm Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang