10

87 13 7
                                    

Memasukan sandi apartemen Hinata segera masuk dengan menarik tangan pemuda yang bersamanya. "Malam ini kau menginap disini saja ya-"

Membawanya menuju sofa, dia duduk dengam tenang. Mencoba melepas sepatunya yang di pakai namun Sai dengan lembut berjongkok di depan sang empu. Melepas sepatu yang di pakainya. Hinata mengatupkan bibir menahan senyum. "Lain kali pakai sepatu yang nyaman saja, jangan sepatu yang tinggi seperti ini..."

"Aku hanya ingin saja, lagipun aku pendek aku ingin sedikit tinggi." Tukasnya pelan. Sai meletakkan sapetu highls di rak sepatu di dekat pintu.

"Tidak perlu tinggi, aku menyukaimu apa adanya."

"Hu'um..." Sai mendekatkan wajahnya menyusuri pipi lembut sang gadis mengecupnya pelan namun dalam. Tubuh Hinata hanya terpaku dia menundukkan pandangan saat bibir Sai menyusuri pipinya. "Sai...?"

Sai menjauhkan wajahnya dia memandang Hinata dengan dalam penuh kasih sayang dan damba, bibirnya tersenyum kecil. Tanganya dengan pelan terjulur mengelus pipi sang gadis lembut.

"Kau takut...?"

"Tidak aku hanya... " Hinata menatap Sai dengan senyum terkejut," Sai...!!?" Serunya dengan senyum kesal karena pemuda itu mendaratkan kecupan di bibirnya.

"Terbiasalah... " Ucapnya lembut. Mengecup lembut kini menjadi lumatan-lumatan lembut namun dalam. Tautan itu terlepas dengan Hinata yang sedikit menunduk malu.

"Aku mengantuk..." Bisiknya dengan melirik malu.

.

Pagi menyingsing dengan udara sedikit dingin kedua insan yang masih bergelung di balik selimut itu begitu nyaman.

Menikmati pemandangan pagi yang menurutnya indah. Mata yang di hiasi bulu mata lentik itu kini terbuka dengan pelan. Dia sedikit menguap kecil hingga pandanganya jatuh pada pemuda yang sedari tadi menyangga kepalanya dengan tubuh miring.

Dia seketika malu sendiri. Dia menutup saparuh wajahnya sebatas hidung dengan selimut. "Kenapa memandangku begitu?" Dia melirik malu-malu dengan menahan senyum di bibirnya yang tertutup.

Sai tersenyum kecil dia menyusuri dengan jari wajah Hinata, menyingkirkan anak rambut yang menutupi sedikit wajahnya. Memandang dengan lembut senyum kecilnya membuat Hinata malu." Apa tidurmu nyenyak?" Tanyanya lembut.

"Hu'um." Mengangguk kecil. Sai sedikit mengangkat wajahnya. Menjulurkan sedikit tubuhnya menindih tubuh Hinata. Tanganya terulur mengambil ponsel di nakas yang berada di samping Hinata. Ulah Sai membuat Hinata semakin menenggelamkan wajahnya.

Sai mengambil ponselnya dan melihat jam. "Baru jam 7 tidurlah lagi kau pasti lelah. Aku akan membeli makanan dulu." Tukasnya.

"Baiklah!" Balas Hinata dengan pelan setelah ditinggal sendiri Hinata hanya mampu meredam malu.

Tak lama Sai kembali membawa bungkusan makanan yang sudah ia beli. Meletakkan di meja tengah dia berjalan menuju kamar tidur. Membuka pintu pelan menjulurkan lehernya dia tidak mendapati sang gadis di ranjang. Menutup kembali dia berjalan menuju dapur mengambil piring dan gelas juga botol air.

Suara tapak sendal membuatnya mengalihkan pandangan melihat Hinata yang sudah segar selepas mandi. Tersenyum memandang sang gadis Hinata sedikit mempercepat langkahnya. "Apa yang kau beli?" Ujarnya.

"Makanlah!" Menatap hidangan yang sudah tersaji di piring Hinata tersenyum melihatnya segera dia mengambil sumpit namun sebuah tangan mengambilnya Hinata hanya memandang saja saat Sai membersihkan sumpit dengan tisu lalu memberikanya padanya.

Mengusap lembut pucuk kepala Hinata yang makan dengan lahap. Dia pun ikut makan dengan tenang. "Apa hari ini kau sibuk di toko Hinata?"

"Tidak kenapa memangnya?"

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang