12

75 14 14
                                    


Sai membawa beberapa lukisan yang akan dia bawa kedalam tokonya. Hinata datang dengan membawa beberapa cemilan dia mengambil cemilan dintanganya lantas mengarahkanya pada bibir kekasihnya yang sedang sibuk. Sai sedikit terkesiap namun senyum manis ia berikan membuka sedikit mulutnya satu suapan masuk dan ia kunyah.

"Aku bantu ya~" tawar sang gadis dengan tulus.

"Kau tidak ke toko kue-mu?" 

"Nanti aku akan kesana sedikit siang. " Jawabnya dengan tenang.

"Tapi aku akan jalan kaki Hinata aku takut kau lelah, biarkan aku saja ya..." Dengan lembut dia berujar pada sang gadis agar menurunkan satu lukisan yang ia pegang.

"Aku bantu!" Dia meninggalkan sepiring cemilanya di meja yang berada disana lantas berjalan dengan santai membawa lukisan ukuran sedang di tanganya." Aku akan hati-hati." Ujarnya lagi.

Sai hanya mampu menghela nafas kecil dia membiarkan Hinata berjalan lebih dulu. Mereka berjalan bersama menuju toko milik Sai yang tidak jauh dari sana.

"Kio bawa milik Hinata?!" Seru Sai yang langsung saja mengejutkan sang pemuda dia merasa heran namun dia lebih dulu mematuhinya.

"Baik." Hinata tersenyum memberikan pada Kio yang terlihat heran. " Kalian kapan menjadi dekat?" Bertanya dengan sedikit penasaran.

"Sejak dulu! Sudah sana tata..." Cetu Sai ringan. Kio hanya tersenyum dengan menunjukan deretan giginya saat mendegar jawaban Sai.

"Kau tidak ingin membawa lukisanmu kedalam pameran aku akan membantumu?!" Celetuk Hinata dengan memandang wajah kekasihnya.

"Umnh, nanti aku pikirkan aku sekarang ingin fokus dengan lukisan juga denganmu." Ucapnya dengan tenang. Hinata hanya tersenyum mendengarnya. Dia dengan gemas menyentuh kedua telinga Sai dan menguseknya pelan.

"Ingin masuk?" Hinata mengangguk menjawabnya. Dia membawa gadis itu masuk kedalam toko yang luas hanya terdapat lukisan-lukisan yang terpajang. "Aku juga memberikan tempat khusus untukmu..." Menengok pada Sai tatapan wajahnya seakan bertanya.

Membawa pada ruangan kecil yang hanya sebuah lukisan dirinya yang sedang di danau juga lukisan dalam mimpi Sai. "Padahal hanya dua lukisan kau memberikan ruangan sendiri." Dengan terkikik dia memandang geli Sai.

"Tentu saja. Nanti aku akan mengisi semuanya tentangmu." Mengangguk saja dia hanya tersenyum mendengarnya.

Siluet cahaya dari jedela membuatnya terpaku pada Sai yang di penuhi semburan cahaya itu terlihat cerah dan indah. Sai yang sedang fokus menoleh pada gadisnya yang sedang memandangnya. Dia merasakan sentuhan pelan pada wajahnya saat Hinata mengangkat tanganya dan menyusuri wajahnya. "Matamu terlihat polos... Hidungnya kecil namun mancung..," satu persatu dia hanya diam saat Hinata terus menyusuri wajahnya. " Dan bibirmu yang tipis namun dibawahnya sedikit tebal." Ujarnya pelan.

Dia tersenyum kecil mendengarnya. Mengecup telapak tangan sang gadis yang berada di bibirnya dengan pelan.

"Mau melihat bunga?" Bisiknya pelan. Mendengar hal itu gadis itu bingung mendengarnya. "Bunga kecil namun indah." Deru nafasnya sedikit memberat saat membisikkan kata-kata itu di dekat pipi Hinata.

"Dimana?" Jawabnya dengan pelan bukanya membalas pertanyaan bibirnya lantas di bungkam dengan penuh lumatan-lumatan. Tubuhnya terangkat dengan ringan Saat Sai dengan mudah mengangkatnya di depan tubuhnya yang segera kakinya melingkari pinggang pemuda itu.

Suara decapan-decapan terdengar di rungan kosong itu lenguhan kecil terdengar saat  bibir mereka ketika saling beradu saliva. Jakun Sai naik turun dengan nafas sedikit memberat. Dia memandang gadisnya yang berwajah merah dengan nafas yang memburu. Tersenyum miring dia mengecup sekilas. "Kau cantik...," Bisiknya pelan. " Bunga kecil indah itu adalah kau Hinata yang kini memerah di depanku." Bisiknya lembut di depan bibir Hinata.

Hinata tersenyum miring mendegarnya. "Harusnya aku tidak percaya tadi." Balasnya pelan. Sai tertawa kecil mendegarnya dia membawa tubuh mungil itu bergerak pelan dengan memeluknya dalam gendonganya.

"Kau harus selalu percaya padaku, karena yang ku ucapkan semua tentangmu adalah nyata."

Hanya gumaman yang ia dengar dari Hinata. Menumpukan kepala pada pundak Sai yang terlihat tenang menggendongnya membuatnya tenang di tambah gerakan pelan seperti menggendong anak kecil. Dia terkikik kecil saat itu membuat Sai hanya tersenyum dengan menutup kedua matanya menikmati harum tubuh sang gadis yang membuatnya candu.

...

Hinata hanya duduk melihat orang-orang yang datang melihat setiap lukisan dari kekasihnya. Dia tidak menyangka jika Sai memiliki orang-orang berkelas. Dan pemuda itu akan menjelaskan dari setiap lukisanya. Hinata hanya memandang duduk tenang di dekat kasir.

"Nona, kekasih tuan Sai?" Celetuk Kio yang berada di di depan kasir.

"Coba tebak?"

Kio tertawa kecil mendengarnya membuat Hinata tersenyum mendengar tawa itu. " Aku tebak Nona memang kekasih tuan Sai."

"Benar!" Cetus Hinata tenang. Hinata sedikit bercanda pada Kio yang terlihat santai dan asik.

"Kio gantikan aku?!" Seruan Sai membuatnya terkesiap.

"Baik tuan!" Kio segera mendekat pada Sai yang terlihat tenang. Dia dengan tenang berjalan pada Hinata yang terlihat fokus pada pengunjung pria yang terlihat tampan.

Sai melirik sekilas arah pandangan sang gadis. Dengan tenang dia menjatuhkan pulpen di pangkuan sang empu. Hinata segera menoleh pada orang yang menjatuhkanya, sedikit mendongak dia memandang bingung. "Nona, lihat aku saja." Ujarnya tenang dan lembut.

Hinata mengatupkan bibirnya menggigit sedikit bibir bawahnya menahan agar tidak tersenyum. Dia hanya menahan malu namun juga senang. Sai yang melihatnya ikut tersenyum karena berhasil mengalihkan pandangan sang empu.

.

Setelah sorenya mereka memilih pulang saja karena sedikit lelah juga berada disana meski tenang namun Hinata juga sedikit bosan karena diam saja duduk di sofa dengan tenang. Dia fokus pada acara tv namun sebuah ranjang kecil dengan berisi buah-buahan membuatnya menatap siapa pelakunya.

"Anggur yang aku beli tadi rasanya manis." Ucapnya. Hinata mengambil dua buah anggur dan memakanya. Mengunyah pelan dia memandang tempat sampah namun sebuah telapak tangan dengan suka rela terlentang di depan bibirnya.

"Jangan sungkan..." Ucapnya pelan sang gadis menahan senyum malu-malu dia mengeluarkan isi anggur dari mulutnya di tangan Sai yang lantas di buangnya dengan santai di tempat sampah.

Sai mendekat dan duduk di samping sang gadis. Dengan tenang dia mengangkat tubuh mungil Hinata di pangkuanya. "Kenapa?" Bertanya denga penuh kelembutan.

Sai tersenyum memilih mengecup sudut bibir sang empu dan mengusekkan hidungnya di hidung Hinata dengan lembut.

"Aku hanya ingin memelukmu." Tukasnya pelan. Hinata tersenyum mendengarnya dia menarik kepala Sai lembut agar menyandarkan di dadanya yang mencoba menyamankan dirinya.

Hinata tahu Sai hanya merasa lelah dan dia sedang tidak baik-baik saja. Meski tidak bercerita namum dia tahu di balik wajah tenang itu terlihat kesedihan yang di sembunyikan dan Hinata hanya mampu menunggu hingga sang kekasih menceritakan semuanya.

Mengecup pucuk kepala Sai lembut Hinata mengusapnya tenang , beberapa kali dia akan menepuknya tenang memberikan ketenangan yang mungkin belum pernah ia rasakan. " Aku bersamamu..." Bisiknya dengan penuh kelembutan.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang