Di dalam kamar dengan dua manusia masih bergelung nyaman saling memeluk. Sai memandang wajah yang tertidur pulas, mengecup dahinya sayang juga hidung Hinata gemas.Hinata merasa terusik karena Sai melumat bibirnya membuatnya tidak bisa bernafas. Memukul pelan dada itu hingga tautan itu terlepas." Kau ingin membunuhku dalam tidurku." Gerutunya kesal. Sai terkikik geli dia mencuri satu ciuman.
"Apa kau membaca buku yang ada di laci?" Dengan pelan dia bertanya, Hinata memandang wajah itu lantas mengangguk pelan.
"Maaf, aku tidak bercerita denganmu. Sekarang kau tahu semua kisahku, kuharap kau tidak pergi dariku." Ujarnya pelan dengan mengelus pipi sang gadis.
"Kau membutuhkanku, dan aku pun membutuhkanmu. Bagaimana aku bisa pergi disaat kita saling membutuhkan." Dengan suara serak dia bicara. Wajahnya terlihat menyendu dengan bibir melengkung kebawah.
"Hm, jika kau tidak membutuhkanku lagi, aku akan membuatmu terus membutuhkanku." Celetuknya dengan sedikit penekanan lembut.
Hinata tertawa mendengarnya, dia mengulurkan tangan mengacungkan jari telunjuknya menyentuh leher Sai dengan gerakan pelan. "Bagaimana jika aku lari darimu?" Dengan suara seakan menggoda pemuda itu di pagi hari.
"Aku akan membiarkanmu berlari, namun disaat bersamaan kau yang akan berlari padaku." Sai menyentuh tangan Hinata menghentikan gerakan yang menyusuri kulit lehernya. Memandang dalam wajah sang empu. Dengan gerakan pelan dia mendusel di pipi Hinata memberikan kecupan penekanan.
Hinata tersenyum mendengar itu dia mengelus rambut Sai, dia sedikit terkikik karena Sai berani menyusuri bagian lehernya. "Besok aku ingin ke apartemen kau mau menemaniku?"
Bukanya menjawab Sai dengan gerakan cepat menindih tubuh Hinata, dia berada di atas sang empu menatap dengan pandangan berbeda. "Baiklah, besok akan aku temani. " Nadanya sedikit berbeda sedikit pelan dan berat.
"Emm... Baiklah kita kembali tidur lagi." Hinata menjawab pelan dia sedikit malu karena di pandang begitu dalam. Sai tersenyum simpul dengan pelan dia mendekatkan wajah ingin meraih bibir sang empu.
Hinata bergerak gelisah, dia merosotkan tubuhnya pelan membuat ciuman itu jatuh pada hidungnya. Sai terkikik geli memandang wajah sang gadis yang terlihat malu. "Aku hanya ingin menciummu?"
Hinata mengatupkan bibirnya erat, dengan menahan senyum matanya menoleh pada hal lain. Sai kembali ingin meraih bibirnya Hinata kembali merosotkan tubuhnya kebawah. Pemuda itu hanya mendengus geli dia tidak marah. Dia hanya mengusekkan hidungnya pada Hidung Hinata. "Aku mengantuk?!" Celetuknya pelan.
"Baik-baik, kita tidur kembali." Tukasnya dengan senyum maklumnya. Dia kembali membawa tubuh sang gadis dalam pelukanya. Hinata membalasnya dengan erat.
....
Setelah memarkirkan mobil mereka berdua berjalan menuju apartemen dengan bergandengan tangan.
Memasukkan sandi dengan memencet tombol disana. "Kau melihatnya?!" Tolehnya pada Sai yang melirik gerakan tangan Hinata.
"Aku hanya ingin mengingatnya, semua tentangmu aku ingin mengetahuinya..." Ujarnya pelan. Hinata sedikit tersenyum miring. Dia memandang wajah pemuda itu dengan kepala miring. Sai mengikuti gerakan Hinata. Tawa kecil keluar dari bibir sang gadis.
"Jangan mengikutiku!" Cetusnya dengan bibir mencebik kecil. Hinata kembali fokus memasukkan sandi.
"Aku akan terus mengikutimu." Balasnya tenang. Mereka memasuki apartemen Hinata.
"Kau ingin minum apa, aku buatkan?" Tawarnya. Hinata mengambil karet di laci mengangkat tangan untuk mengikat rambutnya.
Sai memandang gerakan Hinata. Dia berjalan pelan. Saat melihat leher jenjang nan putih itu yang terlihat jelas dia hanya tersenyum kecil. Mengikuti langkah sang gadis dengan santai dia menarik kuciran di rambutnya membuat surai itu tergerai kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
FanfictionTuhan sangat baik, jika di kehidupan lamamu kau tidak baik masih ada kehidupan baru dengan kisah yang berbeda. Kisah manis antara gadis pemilik toko kue, Hinata yang diminta kakaknya untuk mencari lukisan, mempertemukanya dengan Sai pelukis yang pe...