Di ruang tunggu yang sunyi, Hinata merasakan detak jantungnya yang berpacu. Dinding-dinding putih dan kursi-kursi plastik yang keras menambah rasa dingin yang menusuk tulang. Ino duduk di sampingnya, memberikan dukungan tanpa kata dengan kehadirannya yang hangat. Hinata tahu dari Ino bahwa interaksi mereka dengan Naruto selama ini selalu kaku, dan malam ini hanya menambah ketegangan yang sudah ada.Naruto selalu terlihat sebagai sosok yang tertutup, bahkan di antara penghuni sharehouse yang lain. Dia jarang berbagi tentang dirinya, dan senyumnya, meskipun hangat, selalu menyimpan jarak. Hinata sering bertanya-tanya apa yang tersembunyi di balik tatapan birunya yang dalam, apa cerita yang tak pernah terucap.
Ditengah lamunannya, mendadak Shikamaru dan Sai mendekati mereka, wajah keduanya menunjukkan urgensi yang tidak biasa.
"Ino, Hinata... kami harus kembali ke sharehouse. Kita tidak bisa meninggalkan tempat itu tanpa pengawasan, terutama malam begini," ungkap Shikamaru
Ino menatapnya kebingungan. "Mengapa? Apa yang terjadi?"
Sai menjawab dengan nada serius, "Wilayah sharehouse itu rawan perampokan. Dengan Naruto di sini, kita tidak bisa membiarkan sharehouse tanpa penjagaan."
Hinata merasa nafasnya tercekat. "Apa? Aku tidak tahu itu..." Suaranya bergetar sedikit karena kejutan dan kekhawatiran baru.
Shikamaru menatap Hinata, matanya menunjukkan empati. "Maaf, Hinata, kami tidak ingin menambah bebanmu. Tapi ini penting. Kami akan memastikan semuanya aman dan mengatur sistem pengawasan yang lebih baik."
Ino menggenggam tangan Hinata, memberikan penenangan. "Kami akan baik-baik saja di sini. Kalian berdua lakukan apa yang harus dilakukan. Kami akan fokus pada Naruto dan memberitahu jika ada perkembangan."
Kedua lelaki itupun kompak mengangguk, lantas menarik langkah meninggalkan rumah sakit.
Tak lama setelah itu, dokter akhirnya muncul dengan sorot mata yang terlihat lelah. "Kondisinya sudah stabil, tetapi dia masih belum sadar. Kami akan memindahkannya ke ICU untuk observasi lebih lanjut."
Hinata merasa lega, tetapi juga bingung. Apa yang bisa membuat Naruto, yang selalu tampak begitu kuat tiba-tiba jatuh sakit, bahkan sampai dipindahkan ke ruang ICU? Apakah ini akibat dari beban yang dia pikul sendiri, beban dari masa lalu yang belum terselesaikan?
Saat Hinata dan Ino berjalan menuju ICU, langkah mereka terasa berat. Mereka melewati koridor yang dipenuhi dengan suara-suara bisikan dan langkah kaki yang tergesa-gesa, sebuah simfoni kehidupan dan kematian yang berputar tanpa henti.
Di ICU, Naruto terbaring tak bergerak, tubuhnya dipenuhi dengan selang dan kabel. Hinata mendekat pada dinding kaca didepannya, menatap wajah pucat itu dengan perasaan yang begitu buncah. Ada begitu banyak yang ingin dia katakan, begitu banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan. Namun, pemilik jawaban dari segala tanyanya itu malah tergolek tak berdaya di ranjang pesakitan.
Ino menepuk bahu Hinata, memberikan kekuatan. "Dia akan baik-baik saja," bisiknya. "Kau harus yakin, hm? "
Hinata mengangguk, berusaha mempercayai kata-kata Ino. Meski pada nyatanya kini, hatinya tengah dilanda kekhawatiran yang teramat sangat.
---
Malam itu, suasana sharehouse yang biasanya dipenuhi dengan tawa dan cerita, hanya terdengar suara jam dinding yang berdetak lambat. Shikamaru dan Sai duduk berhadapan di ruang tamu, cahaya lampu yang redup menambah suasana introspektif yang mendalam. Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing, merenungkan misteri yang selama ini menyelimuti Naruto.
Shikamaru, dengan kecerdasannya, sering kali mencoba memahami Naruto, tetapi selalu menemui jalan buntu. "Ada dinding yang dia bangun di sekitarnya,"
Sai, yang biasanya mengekspresikan emosi melalui goresan kuasnya, kali ini mengekspresikan kebingungan melalui kata-kata. "Aku pernah mencoba mendekatinya, mengunjungi kamarnya untuk mengerti lebih dalam." Matanya tidak lepas dari lukisan yang tergantung setengah jadi di dinding. "Tapi dia mengusirku dengan halus, dengan senyum yang menyembunyikan ribuan kata. Seolah ada rahasia besar yang tidak ingin dia beberkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell [NaruHina]
FanfictionDi tengah gemerlap kota yang tak pernah lelah, Hinata berusaha menyatukan kembali serpihan-serpihan hidupnya. Setelah hatinya terluka oleh pengkhianatan, dia menemukan dirinya di persimpangan yang tak pasti. Namun, nasib memainkan iramanya yang mist...