TPOL | 04.

17.3K 429 63
                                    

Sebelum kalian baca kisah seru mereka, budayakan Vote terlebih dahulu, yaa!

Xixixixi, thankyou🧡

🕊 ˚✧ ₊˚ʚ♡ɞ ˚₊ ✧ ゚ 🕊

Di dalam air yang menggenang pada bathup, seorang wanita dengan balutan pakaian tengah merendamkan dirinya.

Sudah terhitung sepuluh menit ia menahan napas di dalam air. Memikirkan kesialan dalam hidupnya yang datang begitu cepat.

Naik ke permukaan, napasnya terengah. Dalam keadaan basah kuyup, ia membuka mata mengingat wajah pria yang begitu ia benci mulai sekarang.

"Hanzel, sialan!"

Menepak-nepakkan tangannya pada air, Luciana sangat kesal dengan pria itu.

Pria gila yang dengan keji memberikannya ancaman di luar nalar.

"Dosa apa yang buat, Tuhan .... Kenapa aku harus di pertemukan dengan lelaki itu?!"

Berteriak layaknya orang gila, Luciana sungguh setres di buat Hanzel.

Pria itu sudah pergi, memberikan Luciana waktu sampai besok.

Jika ia masih menolak perjanjian sampah itu, maka Luciana akan terkenal karena skandalnya.

Terjebak dalam situasi sulit, Luciana bingung harus melakukan apa.

'Aku pastikan tidak ada yang mau menerima kamu bekerja, di manapun tempatnya, Ana. Jangan ragukan ucapanku ini.'

Kata-kata Hanzel masih terus berdenging di telinga Luciana. Yang sialnya membuat ia semakin geram.

Apa mungkin ia harus mengatakannya pada Aston?

"Aish! Dia pasti sudah punya tindakan yang lebih gila, jika sampai aku memberi tau ayahnya!"

Luciana sudah melihat betapa jahatnya iblisndari Hanzel.

Wajah pria itu tampan rupawan bak dewa, namun hatinya sangatlah busuk layaknya iblis.

Lelah memikirkan pria gila itu, Luciana memilih untuk mandi membersihkan tubuhnya.

***

Malam hari, Luciana kembali di usik oleh pria bernama Hanzel.

Hanzel terus mengirim pesan untuknya, sampai membuat Luciana muak.

"Apa dia tidak ada kerjaan lai? Sudah malam, bukannya tidur!"

Menekan tombol on-off ponsel, Luciana mematikan ponselnya untuk tenang tidur malam ini.

Saat ia tidur terlentang memandang langit-langit kamar, ia teringat dengan sentuhan Hanzel yang ....

"Brengsek sekali! Baru berapa hari bertemu, aku sudah sangat murahan selalu di sentuh dia!"

Lagi-lagi mengingat Hanzel, emosi Luciana memuncak.
Entalah .... pria itu kini sangat di benci olehnya.

Satu yang membuat Luciana geram dengan Hanzel. Pria itu pemaksa, dan entah apa maksudnya membuat Luciana sengsara seperti ini.

Luciana merasa tidak pernah memiliki dendam pada siapapun.

Tapi kenapa, kesialannya yang ia dapatkan seperti ini?

Malam ini Luciana tidur bersama perasaan yang tidak tenang.

THE PRESSURE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang