• Mungkin •
.
.
.
.
.
Kita sempurna, mungkin sebaliknya
"Gue harus ngapain lagi, Ra?" Tanya Damara yang suaranya terdengar cukup putus asa terhadap teman baiknya, yang memiliki paras seperti kucing itu.
Hera- si gadis bermata kucing yang merupakan teman baiknya selama bekerja di cafe ini hanya bisa memberikan tatapan datarnya kepada Damara. Ayolah, sudah berapa kali ia terus mendengarkan cerita yang sama dari Damara perihal hubungan asmara yang terjalin diantara gadis bule itu dengan Hawa, yang setiap harinya seperti mulai kehilangan rasa.
Jujur saja, Hera sudah bosan mendengar curhatan yang terus dilontarkan oleh Damara.
"Tapi, kalau gue liat-liat kalian berdua di sosmed kok mesra banget?" Tanya Hera sehabis ia mengeringkan kedua telapak tangannya yang sedikit lembab pada apron coklat yang menutupi tubuh bagian depannya.
Damara yang mulanya menyandarkan keningnya di atas meja yang dihiasi oleh beberapa peralatan khas barista itupun mendesah lemah, ikut kebingungan dengan pertanyaan yang Hera lontarkan.
Jujur saja, ia pun tak tahu mengapa keduanya bisa menutupi 'kekurangan' di dalam hubungan mereka di dunia Maya, dengan menampilkan romansa yang terjalin diantara sepasang kekasih itu.
"G-gue," gumam Damara, dengan suaranya yang entah mengapa terasa tersangkut di pangkal tenggorokan nya.
Jujur saja, tiap kali Damara ingin membahas ini dengan Hawa di apartment yang mereka tempati bersama, pasti malah berakhir dengan Hawa yang mengeluh jika dirinya merasa lelah dan ingin beristirahat.
Damara juga lelah, Hawa. Tapi, Damara masih ingin memperjuangkan cerita cinta yang terjalin diantara mereka.
Begitu juga dengan Hawa- yang saat inipun tengah meratapi nasib percintaannya bersama Damara yang telah terjalin selama hampir 3 tahun ini. Hawa bingung, kenapa semakin lama rasanya Hawa sangat ingin menghindari Damara?
Seperti yang sudah diketahui jika mereka sudah menjalani kisah romansa ini selama hampir 3 tahun, tentu saja permasalahan kecil selalu menjadi bumbu tambahan di dalam cerita cinta mereka. Tak jarang, keduanya bahkan sampai saling mendiami satu sama lain manakala tak mampu lagi menahan emosi yang sudah menggebu-gebu.
Anehnya, untuk kasus yang kali ini berbeda. Hawa benar-benar merasa bosan dengan kisah mereka yang mulai terasa hambar menurut nya.
"Hei, kenapa cemberut gitu mukanya? Lagi mikirin apa sih, heum?"
Apalagi semenjak kedekatannya dengan Marchel selama ia bekerja di toko roti dan pastry ini. Hawa merasa, jika Marchel seolah berhasil menjawab seluruh pertanyaan yang selama ini memenuhi pikiran nya.
"Aku ga mikirin apa-apa kok," balas Hawa dengan harapan jika Marchel tidak mengkhawatirkan dirinya.
Sayangnya, si gadis jangkung beralis tebal itu tidak mudah percaya atas balasan yang Hawa berikan. "Masa sih? Nanti waktu closing coba cerita ke aku ya, aku bakal dengerin kamu."
Hawa sadar, jika Marchel lah sosok yang berhasil mengalihkan perhatian nya dari Damara dan kisah mereka yang tanpa ia sadari mulai rapuh.
• Mungkin •
.
.
.
.
.
Pham Hanni (Hawa) & Danielle Marsh (Damara)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin | Niniz
Random[Newjeans lokal AU, Niniz; Pham Hanni & Danielle Marsh] . Hawa dan Damara mungkin terlihat sempurna, atau mungkin justru sebaliknya? ©hyewonjoo, 2024