1. Mungkin, kita baik-baik saja

287 38 2
                                    

• Mungkin •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Mungkin •

























































































"Damara, jangan lupa antar orderan di meja nomor lima," celetuk Hera si gadis bermata kucing, yang baru saja selesai menghidangkan segelas caramel macchiato, lengkap dengan roti berbahan pastry yang dikenal dengan nama Croissant di atas nampan berbahan kayu.

(Haerin as Hera)

Sang empu pemilik nama segera menoleh sehabis dirinya baru saja mencatat sesuatu di buku pesanan, yang kemudian gadis dengan rambut bergelombang itupun menganggukkan kepalanya.

Namanya Damara Larasati— si gadis asli keturunan Australia dan dibesarkan di Indonesia, yang kini tengah hidup merantau di kota orang. Disini, ia hidup sebagai seorang pelajar di perguruan tinggi sekaligus bekerja paruh waktu di caffe yang letaknya tak begitu jauh dari apartemen nya.

Sehabis menghantarkan pesanan sesuai arahan Hera lengkap dengan senyuman secerah mentari khas nya itu, Damara pun kembali membantu Hera berjaga di area bar yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam peralatan khas coffee shop itu.

Sebenarnya sedikit aneh bagi Damara yang bekerja di cafe ini— yang notabene nya, gadis keturunan bule itu tidak menyukai kopi yang bercitarasa pahit itu, sebab pencernaan nya akan sangat menolak kandungan kafein dari biji kopi dan berakhir ia harus berlama-lama di toilet. Damara bekerja disini hanya untuk mengisi waktu luangnya sehabis menjalani perkuliahan, sekaligus untuk menambah uang jajan juga.

Suasana cafe pada siang hari ini cukup ramai, dibuktikan dengan adanya beberapa pegawai kantoran yang tengah menikmati makan siang mereka sembari berbincang santai, beberapa remaja akhir seperti Damara yang tengah berkutat dengan laptop mereka lengkap dengan secangkir kopi yang menemani diatas meja, ada pula sepasang kekasih yang tengah kencan di cafe ini.

Omong-omong, melihat betapa gemasnya sepasang kekasih yang tak jauh dari pandangan nya itu membuat ia teringat akan sosok Hawa— seorang gadis yang sudah hampir 3 tahun berstatus sebagai pasangannya. Damara ingin sekali berkencan dengan Hawa layaknya seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Tapi sayang, Hawa yang kini tengah menempuh pendidikan di tahun ketiga nya itu tampak tak memiliki waktu untuk berpacaran dengan dirinya. Terlebih lagi, Hawa saat inipun juga tengah bekerja di toko kue dan pastry yang letaknya tak begitu jauh dari gedung apartemen yang mereka tempati.

"Kangen Hawa, kangen pacaran kayak dulu," gumam Damara dengan raut wajah yang berubah menjadi sendu.

Sebenarnya, akhir-akhir ini Hawa terlihat seperti enggan berinteraksi dengan nya. Entah kesalahan apa yang telah Damara perbuat, sampai-sampai kekasihnya itu seolah-olah mengabaikan eksistensi dirinya.

Mungkin | NinizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang