Chapter 04

353 13 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan amarah yang tercetak jelas di wajah, Madam Lola menyeret Kamaniya dan melemparkannya ke dalam kamar sempit dengan pencahayaan minimal.

"Dasar goblok! Bisa-bisanya kamu salah kamar." Ayunan tangan Madam Lola tertahan ketika mengingat kerugian yang akan didapat jika melukai wajah Kamaniya.

Bagi mucikari seperti Madam Lola, memperlakukan barang dagangan dengan penuh kehati-hatian merupakan hal yang mutlak. Mereka wajib memperlakukan para sugar baby seperti benda pecah belah yang berharga. Sebab pundi-pundi uang mereka bergantung pada kualitas sugar baby. Salah satu caranya dengan mempertahankan tubuh mulus mereka tanpa luka sedikit pun.

Menjambak rambut Kamaniya adalah pilihan terbaik untuk meluapkan kemarahan setelah dihina oleh Camelia. Karena keteledoran Kamaniya, Madam Lola nyaris kehilangan pekerjaan dan berakhir menjadi gelandangan.

"Lonth* bodoh!" teriaknya kesal. Ia menjambak rambut Kamaniya kuat-kuat.

Alih-alih mengiba, Kamaniya justru menatap Madam Lola tanpa gentar. Dalam hatinya sedikit bersyukur. Setidaknya keperawanan yang selama ini dijaga tidak jatuh pada pria hidung belang yang sudah beristri. Ah, rasa syukur yang sedikit ironi.

Meskipun semalam bukanlah impian Kamaniya untuk melewati malam pertama. Namun, pria yang selalu diimpikan Kamaniya lah yang mengambil mahkota berharga itu. Pria yang pertama menarik perhatian Kamaniya. Pria yang selama ini selalu mewarnai hidup Kamaniya meskipun hanya bisa mengagumi dari jauh dan secara diam-diam.

Dulu di danau itu, saat Kamaniya menggambar di atas pohon kersen. Wajah Narendra masih tercetak jelas di ingatan. Wajah yang dulu pernah menatap Kamaniya penuh curiga saat berenang tanpa busana.

"Malah mlorok!" (Malah melotot!) Madam Lola semakin menjambak rambut Kamaniya hingga nyaris tercabut dari akarnya. "Kamu harus bertanggung jawab! Lonth* sialan!"

"Madam, nanti rambutnya bisa rontok." Baron mendekat seraya menarik tangan Madam Lola untuk berhenti. "Nanti Madam tambah rugi."

"Sialan!" Madam Lola melepas jambakan Kamaniya dengan dada naik turun. Emosi masih menguasai hatinya. Menarik napas dalam, lantas mengembuskan pelan.

Sedikit merendahkan tubuh, Madam Lola menarik dagu Kamaniya. Rahang wanita itu mengeras diikuti tatapan tajam penuh ancaman.

"Lakukan tugasmu dengan baik, atau aku tidak segan membunuh Freya," tandas Madam Lola sambil menggeram. Hidungnya terlihat kembang kempis karena emosi yang mengumpul.

Embusan kasar lolos ketika Madam Lola meluruskan punggung. la balik badan kemudian melenggang pergi diikuti Baron yang mengekor.

"Pecun-pecun ini buat kepalaku mumet!" cerocosnya.

Suara pintu yang dibanting, tidak membuat Kamaniya mengubah posisi. la masih menatap pintu lurus-lurus seraya mengepalkan tangan kuat.

Tidak ingin berakhir sebagai wanita tuna susila, Kamaniya berdiri dengan terhuyung. la mencoba membuka pintu lalu berpindah ke jendela. Menoleh ke kanan kiri untuk mencari benda yang bisa digunakan mencongkel jendela itu.

The Billionaire's Sexy AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang