Chapter 05

554 19 0
                                    

Kuku Narendra mengetuk-ngetuk meja seraya mendengarkan ucapan Raul di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuku Narendra mengetuk-ngetuk meja seraya mendengarkan ucapan Raul di depannya. Meja kayu jati dengan ukiran kepala singa memisahkan mereka berdua.

"Pihak hotel menghubungi saya kalau ada uang yang tertinggal di kamar Tuan muda selama," terang Raul seraya membenarkan letak kacamata bulatnya.

Semalam, Raul memesan kamar atas namanya sendiri untuk dipakai Narendra menginap. Sebagai sekretaris pribadi Narendra, Raul kerap melakukan hal tersebut untuk kenyamanan sang bos.

Narendra sering mencari ketenangan dengan menginap di salah satu hotel dan tidak ingin orang lain bahkan keluarganya tahu.

"Jumlah uangnya masih sama, Tuan," jelas Raul. Tentu saja Raul masih mengingat jumlah uangnya dengan betul, sebab kemarin ia lah yang menyiapkan uang tersebut.

Narendra melirik paper bag cokelat dalam pelukan Raul dari sudut mata. Ingatan Narendra kembali pada Kamanita yang sekilas memiliki wajah seperti Sadara. Wanita naif yang semula dikira pelacur oleh Narendra.

"Jadi, wanita itu tidak mengambil uangnya," gumam Narendra dengan suara lirih.

Raul yang bisa menangkap ucapan Narendra tidak bereaksi, pura-pura tidak mendengar.

"Taruh saja uangnya di sini," pinta Narendra seraya mengetukkan bolpoin di atas meja, memberi isyarat kepada Raul.

"Baik, Tuan muda," patuh Raul yang sudah menjadi asisten pribadi Narendra selama 5 tahun. Ia cukup hafal dengan tabiat dan kebiasaan putra sulung konglomerat itu.

"Kamu bisa pulang," pinta Narendra yang masih memperhatikan paper bag yang ditolak mentah-mentah oleh Kamaniya.

"Tuan muda tidak pulang?" tanya Raul sedikit ragu-ragu.

"Aku masih ingin di sini." Narendra tidak mengalihkan pandangan dari paper bag tersebut. Tangannya memainkan bolpoin dengan gerakan memutar.

Benak Narendra berpikir keras untuk mencari alasan Kamaniya menolak uang. Padahal jika diingat, raut wajah wanita itu terlihat pasrah dan kehilangan arah. Di dunia ini masih adakah orang yang tidak membutuhkan uang? Apalagi setelah Narendra mengoyak selaput dara itu. Bukankah seharusnya wanita itu menerima sebagai ganti rugi?

"Baiklah." Sebelum pergi, Raul teringat sesuatu. "Oh ya, Tuan muda. Mohon maaf saya hampir lupa, ada seorang wanita yang mencari Tuan Muda."

Gerakan memainkan bolpoin terhenti, sepasang mata Narendra yang tajam berputar ke arah Raul. "Siapa?"

"Namanya Kamaniya, tapi belum buat janji dengan Tuan muda." Raul segera merogoh ponsel dari saku celana kemudian menggulirkan jemari di layar untuk mencari sesuatu. "Ini orangnya, Tuan."

Narendra sedikit melongok ke depan untuk melihat foto yang diambil oleh Raul. Tidak salah lagi, wanita semalam.

"Biarkan dia masuk," perintah Narendra.

The Billionaire's Sexy AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang