Chapter 9

14.5K 437 5
                                    

Selamat membaca semua 🥰
Jangan lupa follow dan komen yaa🤗
















Seminggu telah berlalu keluarganya pergi menghilang bagaikan telan bumi, jangakan di kabari, Eca yang mau menghubungi pun tidak bisa. Eca merasakan khawatir yang sangat besar karena sebelumnya mereka tidak pernah begini.

Pulang sekolah Eca begitu lesu, pikirannya terus tertuju pada Daddy, mommy dan yang lain.

"Pak gimana sudah ada kabar? " tanya Eca pada supir yang menjemput nya.

"Belum non, mereka masih tidak bisa dihubungi." Jawaban pak supir membuat mata Eca berkaca kaca. Ia takut terjadi sesuatu yang ngga diinginkan sama keluarga nya.

Sesampai di rumah, Eca mendudukkan dirinya di sofa di depan televisi, ia menyandarkan kepalanya. Televisi sedang menyala dan menyiarkan berita, Eca masih tidak peduli ia memejamkan sejenak.

"Berita selanjutnya datang dari pengusaha besar dan hebat yaitu Tuan Reinard Abraham. " Mata Eca terbuka lebar mendengar nama Daddy nya di sebut.

"Sayang sekali, ternyata keharmonisan yang selama ini di tunjukkan pada media adalah kebohongan belaka. Tepat pada hari ini Tuan Abraham dan istrinya resmi bercerai. "

Deg

Detak jantung Eca berhenti berdetak sejenak, hatinya hancur bagaikan disambar petir disiang bolong.

"Terlihat ke tiga anak mereka menghadiri persidangan kedua orang tuanya. Mereka begitu terlihat tegar, tidak ada jejak air mata yang jatuh di pipinya. Tapi, bukannya Tuan Abraham mempunyai satu putri lagi? kemana dia? ah mungkin saja ia ada sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Saya mewakili grup turut merasa sedih. "

Hati Eca semakin hancur melihat ke 3 saudaranya menghadiri persidangan. Itu artinya mereka sudah mengetahui. Tapi, kenapa mereka tidak memberitahu pada Eca?

"BIBIIIIIII, " teriak Eca dengan marah. Air mata sudah berjatuhan membasahi pipi yang putih itu.

Bibi datang dengan tergopoh gopoh. "Iya ada apa Nona? " Bibi begitu terkejut melihat Eca yang sudah berderai air mata.

"Coba hubungi lagi mereka, SEKARANG! " Bibi kaget tak pernah Eca marah marah seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi?

"B-baik Nona, " Bibi segera menghubungi Tuannya. Dan ternyata masih sama, tidak bisa dihubungi.

"M-maaf N-" ucapan Bibi terpotong.

"ARGGHHHGGH, " Eca berteriak keras. Lalu lari masuk ke dalam kamarnya. Bibi merasa khawatir mengikuti Eca.

PRANGGG

BRAKK

PRANGG

PRANGG

BRAKKK

PRANGGGG

Eca meratakan semua yang ada dikamarnya, ia benar benar mengamuk seperti orang kesetanan. Eca bahkan memukul kaca rias dengan tangan kosong.

"ARGHHHH HIKS ... HIKS... " Eca berteriak sembari menangis. Jari jarinya hancur akibat memukul kaca tanpa menggunakan sarung. Seperti nya ada beberapa pecahan yang masuk ke kulit jarinya, tapi rasa sakit di jari tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

BUNGSU DAN LUKANYA (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang