Awal

64 4 0
                                    

Yewon duduk di kursi sebuah restoran mewah di kawasan Seoul, Korea Selatan. Duduk termangu sendirian, menunggu kehadiran seseorang yang dikatakan sebagai calon yang dijodohkan oleh orang tuanya.

Usia Yewon baru saja beranjak 22 tahun, dia bahkan baru saja menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa setahun lalu. Ia bahkan belum berpikir akan menghadapi fase dimana ia akan menjalani kehidupan pernikahan. Masih terlalu dini, dan Yewon masih sangat tidak ingin melakukannya. Ia bahkan belum pernah berkencan, dan memiliki seorang pacar. Hanya beberapa sahabat pria, hanya sebatas teman, tak lebih.

Namun, kini seketika ia dihadapkan bahwa ia akan menemui seorang pria yang telah dipilihkan oleh orang tuanya untuk menjadi calon suaminya.

Yewon menghela nafasnya panjang, melihat kesekeliling restoran yang selalu ramai kini berangsur sepi. Para pengunjung yang rata-rata datang berpasangan atau berkelompok mulai beranjak pergi. Yewon masih berusaha tetap sabar menunggu sambil melihat kearah pintu masuk dan ponselnya. Namun, tak ada tanda-tanda akan ada yang datang untuk menemuinya untuk menepati janjinya.

"Maaf, apa anda masih berniat untuk memesan sesuatu?" tanya seorang pelayan pria yang mendatangi Yewon.

"Karena kami akan segera tutup" imbuh pelayan memberi tahu.

Yewon melihat kearah jam tangannya, pukul 11 malam. Tanpa berpikir lama, dan akhirnya Yewon menyerah menunggu. Yewon mengambil sesuatu dari dalam tasnya, lalu memberikan kartu miliknya kepada pelayan.

"Sekali lagi mohon maaf, tapi aku akan pergi" jawab Yewon dengan nada ramah.

Sang pelayan kemudian mengambil kartu milik Yewon, lalu membawanya pergi ke meja kasir untuk melakukan pembayaran pada minuman yang dipesan Yewon. Setelah itu Yewon bergerak pergi meninggalkan restoran dengan rasa lelah karena menunggu, lapar dan kecewa pada dirinya karena terlalu banyak berharap. Yewon berjalan meninggalkan restoran diwaktu mendekati tengah malam menuju halte bis. Ia tak ingin naik taksi, karena ia tak menyukainya, dan ia lebih memilih menaiki bis umum.

"Kang Yewon...!" terdengar seru seseorang memanggil namanya dengan suara keras.

Yewon yang semula melamun duduk dikursi halte bis, seketika terbangun dari lamunan dan mencari orang yang memanggil dirinya. Terlihat seorang pria muda yang seumuran dengannya, berjalan menghampiri dirinya di halte bis.

"Kau sedang apa tengah malam begini?" tanya seorang pria muda yang memanggil dirinya, berjalan semakin dekat.

Kim Haechan, seorang teman sejak ia sekolah dasar. Seorang pria muda yang memiliki kedai Jjampong bersama ibu dan kakak perempuannya. Sejak ayahnya meninggal, Kim Haechan banyak mengambil peran sebagai kepala keluarga, terutama pada kedai nya yang diwariskan ayahnya.

Yewon melihat kearah jam tangannya, 11: 20 pm. "Belum terlalu malam" ujar Yewon mengelak.

"Kau dari mana?" tanya Haechan sambil melihat Yewon yang tampil feminim.

"Ada janji bertemu dengan seseorang" jawab Yewon teringat dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Kencan..." tebakan Haechan sedikit kurang tepat.

Yewon membulatkan kedua matanya, kemudian menggelengkan kepalanya. "Dia tidak datang" Yewon sedikit kecewa.

"Kau sedang berkencan? Dengan siapa? Kenapa aku bisa tidak tau kalau kau sudah memiliki pacar" Haechan seketika mencecar pertanyaan hingga membuat Yewon tercengang.

"Apa aku harus lapor padamu?" Yewon mengerutkan dahinya. Merasa sedikit terganggu.

"Apa itu Jeno? Kim Jeno?" Haechan tak menggubris namun malah mengajukan pertanyaan yang sangat tidak tepat.

Hujan (Shine On You) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang