Bermula Dari Sekolah

573 174 38
                                    

12 Juli 2050

Setelah Neve bersiap-siap untuk berangkat sekolah bersama saudara kembarnya, ia langsung keluar dari kamar dengan berlari kecil, mencari sosok kembarannya itu. Baru melewati beberapa anak tangga, nafas Neve langsung tersengal-sengal, dia berhenti sebentar sembari meneliti sekeliling rumah mewahnya yang begitu luas.

"Ini sih bukan rumah, tapi mansion!" Gumam Neve merasa takjub.

Tentu saja Neve begitu takjub, rumahnya ini memiliki 8 lantai, dindingnya dilapisi dengan marmer, juga ditempelkan beberapa lukisan mahal. Setiap langkahnya, Neve merasa menginjakkan kaki di istana. Interior rumahnya tampak terlihat mewah meskipun memang tak banyak pajangan, hanya lukisan-lukisan saja. Sebab penggunaan materialnya lah yang membuat desain rumah ini terkesan elegan. Selain itu memang lukisan yang dipajang juga bukan lukisan biasa-biasa saja.

"Kamu kenapa turun lewat tangga, Nevelie?" Tanya seorang wanita paruh baya yang sedang menyantap sarapannya bersama dengan saudara kembarnya itu.

Neve terdiam sebentar, mengingat-ingat lagi ada lantai apa saja di rumahnya yang seluas mansion ini. Tadi ia sudah melewati dua lantai, dan kamarnya berada di lantai 4. Selanjutnya berarti dapur berada di lantai 2, tempatnya yang sekarang. Dan di lantai 3, seingat Neve itu merupakan tempat untuk bersantai.

"Capek-capek ayah buat lift, kamu malah turun pakai tangga." Sambung kembarannya yang biasa disebut Nevaz.

'Lho ada lift?' Neve semakin terkejut dibuatnya. Dia tidak menyangka jika memang ada lift disini. Ah entahlah, semuanya terasa asing bagi Neve, seperti baru pertama kali dia melihat setiap sudut yang ada di rumah ini.

"Oh, lagi pengen naik tangga aja, olahraga." Jawab Neve agak canggung, seraya duduk di hadapan mereka berdua. Tangannya mengambil sandwich yang sudah disediakan di atas meja. Ia berpura-pura untuk menjalankan kehidupannya seperti biasa, meskipun ia sendiri tak tahu siapa dirinya sebenarnya.

"Keren anak Bunda!" Ibu kandungnya yang bernama Natalie Angeline Barnaby itu memberikan dua jempol untuknya.

"Kesambet apa lagi ini anak?" Gumam Nevaz geleng-geleng kepala membalas tatapan Neve yang mengintimidasi.

Neve sengaja melirik intens ke arahnya, ia melihat nama lengkap Nevaz yang ada di almamater sekolahnya, untuk memastikan jika mereka berdua memang benar saudara kembar.

"Gue tunggu diluar." Nevaz memutuskan untuk menunggu adik kembarnya itu di depan rumah.

"Bunda, Neve pergi sekolah dulu, ya!" Pamit Neve sebelum pergi sekolah.

"Iya sayang, hati-hati, ya. Jangan berantem terus sama kakak kembarmu itu.".

"Siap Bunda!" Neve langsung berlari ke arah lift yang tadi Nevaz pakai untuk turun ke lantai paling bawah, memang benar ada lift di setiap lantai rumah ini.

Neve hanya bisa ternganga melihat fasilitas rumahnya sudah di atas kata mewah. Ditambah lagi ia dibuat kaget dengan air mancur yang ada di halaman rumahnya.

"Ayo naik!" Ujar Nevaz yang sudah berada di dalam mobil sport berwarna ungu tua yang elegan, dengan merk Audi.

Baru saja Neve ingin membuka pintu mobilnya dengan tangannya sendiri, tiba-tiba pintu mobil tersebut terbuka lebih dulu secara otomatis. Neve merasa baru pertama kali ia menaiki mobil mewah seperti ini. Lebih tepatnya, ini seperti terasa pertama kali baginya merasakan hidup penuh kemewahan.

Di tengah perjalanan menuju sekolah, Neve melihat banyak kendaraan berterbangan di langit. Kendaraan tersebut bukan pesawat, helikopter, jet, ataupun kendaraan udara lainnya. Melainkan sepeda dan motor yang beterbangan.

Lucid Dreams [ 𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang