2

176 8 0
                                    

Dia cantik, takut kecoa, takut banget hantu.
Dan saya suka saat dia takut dan bersembunyi pada saya.

Serasa hidup memiliki makna.

.

.

.


Author POV

3 bulan kemudian..

"Hai, Kak Daffa," Clair tersenyum merekah melihat pacarnya melangkah mendekatinya.

Daffa tersenyum, "Aku bawain kamu bekal lagi ya sama susu coklat favorit kamu." Ia menaruhnya di meja Clair.

Sepasang kekasih itu tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang menatapnya sembari misuh-misuh, "Pacaran teross,"

Tepatnya, dua bulan lalu kakak kelasnya, Daffa, menembak Clair dengan begitu romantis di depan banyak orang. Clair menerimanya dengan dua alasan ;

1. Karena ia sudah jomblo terlalu lama hingga mengenaskan.

2. Karena di tolak di tengah keramaian itu memalukan.

Sebenarnya Daffa telah mengejar Clair dari Daffa kelas 11, tapi Clair terus menghindar dengan segala cara. Dan akhirnya, satu-satunya cara agar Clair tidak menghindarinya lagi, Daffa menembaknya ditengah lapangan.

Cintanya baru berbalas setelah setahun mengejarnya, saat Daffa kelas 12.

Clair menatap kesebelahnya, "Bawel deh pacarnya Mas Rafi," Mata coklat itu memutar jengkel.

"Eh, kita jadi double date?" Tanya Niken, sedangkan Daffa masih sibuk membuka bekal miliknya dan milik pacarnya, Clair.

"Jadi, dong!" Clair bersemangat, karena kali ini tidak seperti pertemuan di awal dengan pacarnya Niken, ia membawa seorang pacar juga agar tidak menjadi nyamuk.

Daffa menyela, "Tapi nungguin cowok lo meeting dulu ya?"

Niken menggangguk.

"Nggak enak juga ya punya pacar yang udah kerja. Harus bisa sabar pas dia sibuk dengan kerjaan, belum meeting, lembur, dan lain-lainnya." Kata Clair.

Niken menghela nafas, "Walaupun gue masih baru-baru pacaran sama si Mas Pacar, tapi, udah sering ribut karena dia sibuk mulu. Gimana ya, gue kan khawatir, iya, takut dia di gebet sama cewek lain, juga iya. Tapi, dia malahan marah balik dan bilang gue nggak bisa ngertiin dia."

Daffa dan Clair memilih diam mendengarkan curhatan di tengah jam istirahat itu.

"Ya udahlah, coba lebih di sabarin aja, Ken, siapa tau, emang Kak Rafi beneran sibuk," Ucap Daffa sembari membersihkan sisa nasi di samping bibir Clair.

Niken menggangguk lemas, setidaknya hari ini Mas Pacarnya akan menyediakan waktu untuknya walau, sebelum double date, Mas Pacarnya akan meeting terlebih dahulu.

•••

"Kalian jalan-jalan dulu, gih? Daripada bosen nunggu. " Tawar Daffa.

Niken diam dengan wajah jengah, ini sudah satu setengah jam, tapi, si Mas Pacarnya masih belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai meetingnya. "Males gue."

Daffa dan Clair saling menatap, bingung harus berkata apa melihat wajahnya Niken sudah tertekuk.

"Gapapa, jalan-jalan gih, beli eskrim gitu," Daffa kembali menawarkan, lalu ia mengeluarkan selembar kertas berwarna merah dari dompetnya, "Nih, beli eskrim gih. Aku nitip rasa vanila yaa, beliin buat Niken juga."

Ending. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang