4

103 7 0
                                    

"Kamu udah selesai bahkan ketika cerita ini belum selesai." - Rintik Sedu

Author POV

Anggia meraih gelas yang berisikan wine itu, tanpa aba-aba ia langsung menegak tanpa tersisa sedikitpun. Clair ingin berteriak kesal, moodnya sedang tidak baik-baik saja dan minumannya di rebut begitu saja.

Bartender yang melayani Clair pelan-pelan mengundurkan diri, ada rasa penasaran tapi rasa tegang diantara dua wanita itu terlalu menakutkan.

"Kenapa?"

Anggia duduk, pipinya merona. "Nggak boleh, bocil."

Clair tidak masalah sebenarnya dengan panggilan 'bocil' karena Anggia lebih tua daripadanya. Tapi, ia sedang dalam mood yang tidak baik-baik saja, jawaban dari Anggia membuatnya kesal, tapi dirinya tak mau melampiaskan kekesalan itu kepada wanita didepannya.

Ia berdiri, berniat menghampiri bartender yang sibuk berbincang diujung bar sana, melewati Anggia yang masih menatap lurus.

"Mau kemana sih?" Anggia bertanya sembari matanya menatap Clair yang berbalas tatap dengannya.

"Bukan urusan, Mba."

Kaki jenjang itu melangkah kembali hingga tangganya digenggam erat oleh Anggia. "Nggak usah aneh-aneh. Pulang sama saya."

Clair menatap sinis, "Apaan, sih, Mba? Lepasin!"

"Ini bukan dunia kamu, Clair."

"Dan ini bukan urusan kamu, Mba."

Anggia menghela nafasnya sembari memikirkan 1001 cara agar bisa gadis bersifat batu ini bisa luluh. Tanpa sadar, Anggia oleng kesamping, Clair dengan cekatan menggenggam lengannya.

"Anterin aku pulang, ya?"

Sepasang mata coklat itu mengedipkan matanya beberapa kali. Bingung. Tapi untuk kali ini, ia mengangguk pelan.

•••

Cukup sulit juga ternyata memapah tubuh Anggia. Keduanya memasuki rumah yang tak terlalu luas. Didalam rumah tersebut ada tiga kamar.

Kamar bawah di isi oleh Anggia, dua kamar atas di isi oleh abang dan ibunya. Tetapi abang dan ibunya sedang dalam liburan kantor, bersamaan keduanya kerja di tempat yang sama.

"Pelan-pelan, Mba," Perlahan tubuh Anggia tergeletak di sebuah sofa abu-abu.

Clair sedikit tersentak melihat hewan berbulu yang mengelus kakinya, Anggia tersenyum tipis, "Poki, nggak boleh gitu sama tamu."

Dibalas mengeong oleh kucing putih abu-abu itu seolah-olah mengerti apa yang di bicarakan Anggia.

Sesaat, Clair bingung ingin berbuat apa. Ia hanya memilih duduk di tikar yang di gelar persis samping sofa itu sembari memperhatikan Anggia yang masih menutup mata. Tak lama ia membuka matanya.

Dengan tenaga seadanya, Anggia membuka kulkas dan mengambil nugget dan juga sosis, ia tidak mungkin membiarkan tamunya kelaparan. Lalu, berjalan ke arah jemuran, mengambil beberapa baju kering dan handuk.

"Nih, mandi."

Clair menerimanya dengan ragu-ragu tapi tetap mengikuti perintahnya.

•••

Seusai mandi, mereka berdua makan dengan keheningan. Anggia memilih mandi di lantai dua. Clair melihat ponselnya yang kini full dengan notifikasi dari Daffa dan Niken, sedangkan Anggia masih beberapa kali sibuk mengutik-utik laptopnya.

"Jangan di bales kalau kamu nggak mau, Cla." Perkataan Anggia itu terlontar tanpa sedikitpun ia memalingkan wajahnya.

Clair mengangguk kecil.

Jari lentik Anggia mengambil sebuah sosis dan kini menatapnya, "Kamu nggak di uber-uber sama siapapun, bales kapanpun kamu mau, Cla. Oh iya, untuk malam ini nginep disini dulu aja ya."

"Iyaa, Mba." Jeda, "Mba sambil kerja?"

"Yaa gitu. Nggak enaknya kerja wfh adalah jam kerja kamu nggak nentu dan kapanpun dibutuhin harus ada."

Clair mengangguk, bukannya ia mengerti tapi pikirannya kembali melayang mengingat hal-hal yang menyedihkan dan menyakitkan. Rasanya semakin hancur dirinya.

"Daffa?"

Pupil mata Clair membulat, "Maksudnya?"

"Hal-hal yang menyakitkan dari seusia kamu kebanyakan percintaan, kan?"

Jeda cukup lama hingga Clair mengangguk dan menatap ke arah bawah. Anggia berhenti mengutak-atik laptopnya dan berjalan berada didepan Clair.

"Apa yang bisa aku lakuin biar kamu lega?"

Clair menggeleng, menatap ke arah lain "Ah, nggak, Mba. Diizinin aku tidur disini aja udah bersyukur banget aku."

"Cepetan, Cla. Saya pegel di sini nunggu kamu."

Ia menelan air liurnya sendiri, "Yakin?"

Anggia menganggukkan kepalanya dengan sangat yakin.

Clair menarik lembut tangan Anggia, ia mengusapya perlahan. "Yakin ya, Mba? Nggak nyesel ya?"

"Iya, ih! Lama kamu." Anggia gregetan jadinya.

Tanpa aba-aba, Clair mengigit kencang tangan Anggia.

"AAAAANJINGGG!"

TBC

••••

Btw soal aku nginep dirumah dia pas ada masalah sm pasangan aku sebelumnya itu true 100% dan aku gigit diaa. Hasilnya iniiii hehehe:3

Chapter selanjutnya ada foto kucing abu-abunya yang ku mention di sini + foto bobonyaa yaw babay

Chapter selanjutnya ada foto kucing abu-abunya yang ku mention di sini + foto bobonyaa yaw babay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ending. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang