24 || Meet
Sinar matahari kini menyoroti tubuh seorang gadis yang sedang tertidur di atas hospital bed. Hari ini adalah hari ke-3 setelah ia sadar dari koma. Kemarin, teman-temannya kompak datang untuk menjenguk. Dan tentunya, Putri adalah orang pertama yang datang setelah mengetahui bahwa ia telah sadar. Raka juga tentunya hadir. Mereka sudah berbaikan. Nata sudah tidak lagi marah padanya.
Saat ini sudah pukul 07:30 pagi. Mata Reynata mengejap beberapa kali, membuatnya sedikit-demi sedikit mulai bangun. Hal itu terjadi karena seseorang mulai membuka gorden ruangannya. Membuat cahaya matahari yang masuk semakin banyak. Siapapun yang baru terbangun dari tidurnya, pasti akan merasa sangat silau.
Nata yang setengah sadar, mulai mengumpulkan kesadaran. Dipejamkan matanya, kemudian kembali dibuka. Namun, saat membuka mata, ia menangkap sesosok lelaki yang tengah berdiri membelakanginya. Lelaki itu tampak tak asing baginya. Lelaki itu tampak seperti seseorang yang akhir-akhir ini selalu ia rindukan. Namun, ia cukup sadar. Orang itu sudah pasti bukan Alvio.
"Maaf, siapa ya?"
Tidak ada jawaban. Lelaki itu hanya diam.
"Kakaknya cari siapa? Salah kamar ya?" Tanya Nata lagi dengan suara pelan.
Lelaki itu menunduk, kemudian tersenyum. Dan tak lama setelahnya, lelaki itu membalikan tubuhnya. Masih dengan senyumnya yang begitu indah.
"Hai Nata," sapa lelaki itu.
Nata terdiam. Masih tak menyangka, dan tak percaya dengan apa yang saat ini ia lihat. Sosok lelaki yang selama ini ia rindukan akhirnya muncul di hadapannya.
Ya, betul. Dia adalah Alvio Sagara. Lelaki yang sudah lama ditunggu kehadirannya oleh Nata. Perempuan itu tak kuasa menahan tangis. Tangis haru karena melihat Alvio berada tepat di hadapannya, dalam keadaan baik-baik saja.
Alvio mulai melangkah, mendekat ke arah Nata yang masih menangis. Ditariknya satu kursi yang ada di sana, kemudian ia duduk di samping Nata.
"Jangan nangis," ujar lelaki itu sambil mengusap lembut pipi Nata.
"Ini beneran kamu kan? Aku lagi gak mimpi kan?"
Vio menggenggam kedua tangan Nata, berusaha membuat perempuan itu tenang. "Iya, ini benar saya. Sudah, jangan nangis lagi. Saya sudah ada di sini." ujarnya, kemudian mendaratkan satu kecupan lembut di punggung tangan Nata.
Kini satu tangannya beralih ke arah lain. Dielusnya puncak kepala perempuan itu dengan begitu lembut. Namun, senyumnya yang indah itu kian memudar, bersamaan dengan dilihatnya luka-luka pada tubuh gadis yang disayanginya.
"Sakit ya?" tanya Alvio, masih dengan tatapan penuh kekhawatiran.
"Enggak," Geleng perempuan itu.
"Bohong. Luka sebanyak itu bagaimana bisa tidak sakit"
"Cuma sedikit kok."
"Cepat sembuh ya Nata. Saya sedih lihat kamu seperti ini."
"Iya, aku janji bakal cepet sembuh." ujar Nata berusaha menahan air matanya agar tidak kembali jatuh.
"Vio," panggil Nata
"Iya?"
"Raka bilang kamu sakit ..." ujar gadis itu sambil kembali menangis
"Huss, jangan nangis. Saya baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir."
"Tapi kata Ra--"
"Saya gak papa, dan akan seperti itu selama kamu juga baik-baik saja, Nata."

KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SUDAH TERBIT}
Teen Fiction"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "