Part 2

1.3K 187 4
                                    

Erine masih diam menatap asing ruang kelasnya sendiri, kemudian menghela napas dan kembali menyadarkan kepalanya di lipatan tangan untuk tidur.

Baru selesai istirahat dan untuk beberapa jam ke depan akan jam kosong, karena semua guru sedang mengadakan rapat.

Namun, sayangnya semua murid tidak diperkenankan untuk keluar kelas, tetap harus di kelas masing-masing.

Jadilah, Erine tak bisa pergi ke ruang musik seperti biasanya. Bosan, tapi tak bisa apa-apa yang akhirnya memilih untuk menerima.

Mungkin 10 detik lagi, Erine akan terlelap, jika tidak ada tangan yang menepuk pundaknya pelan dan berhasil membangunkannya.

"Rine, ada yang nyariin kamu tuh," ucap gadis cantik, teman satu meja Erine.

Erine mengerjapkan matanya sebentar, kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Lily.

"Siapa?" Tanyanya dengan suara serak, mencoba untuk merenggangkan ototnya.

Lily menatap ke arah Erine sebentar lalu membalas, "dua orang, Delynn sama Oline, anak IPS 3."

Erine mengernyitkan dahinya bingung, namun tetap bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pintu kelas yang terbuka.

Hal pertama yang dilihat Erine saat berada di depan pintu kelasnya adalah dua gadis yang sedang menatapnya dengan senyuman lebar.

"Erine," panggil Delynn yang berhasil membuat Erine tersenyum tipis.

Erine kenal gadis cantik itu, salah satu anak Osis yang terkenal karena ramah dan gampang sekali berbaur dengan orang baru.

Dan di sebelahnya ada satu gadis yang beberapa hari lalu bertemu dengannya di ruang musik, kalau tidak salah namanya Oline.

Lantas, kenapa mereka berdua ingin bertemu dengannya?

Karena seingat Erine, dia sama sekali tidak melakukan apapun yang memicu dua orang ini untuk menemuinya.

"Gue Oline yang kemaren di ruang musik, inget gak?" Tanyanya yang dibalas anggukan pelan oleh Erine.

Delynn menyadari kedatangan mereka berdua cukup membuat gadis cantik ini bingung.

"Ehm jadi gini Rine, ini temen gue Oline namanya, udah kenal kan?" Tanya Delynn membuka pembicaraan, "dia katanya mau kenal lebih deket sama lu, boleh gak?"

Erine melebarkan matanya, Oline ingin lebih dekat dengannya?

Maksudnya apa?

Melihat Erine yang semakin kebingungan, Oline langsung mendekat dan bertanya, "kalo aku pengen kenal sama kamu lebih deket lagi, keberatan gak?"

Entah sadar atau tidak, tapi Erine langsung menggelengkan kepalanya dan berhasil membuat Oline tersenyum.

"Yaudah kalo gitu, aku boleh pinjem hp kamu?" Tanya Oline yang lagi-lagi dibalas anggukan dari Erine dan kemudian gadis cantik itu mengambil ponselnya dari saku rok dan memberikannya kepada Oline.

Dengan segera, Oline mengetik di ponsel milik Erine itu dan bisa merasakan jika ponselnya sendiri yang berada di saku roknya bergetar.

Senyum Oline mengembang kemudian memberikan ponsel itu kembali ke pemiliknya, "nomorku udah aku simpen di hp kamu, jadi kalo misalnya butuh apa-apa, bisa langsung kontak aku."

Dan setelah itu, Oline kembali mengusap rambut Erine secara perlahan sembari menepuknya pelan.

Kalau kata anak jaman sekarang sih, pat pat kepala ya.

Baru kemudian Oline menepuk pundak Delynn yang sedari tadi terdiam melihat apa yang sahabatnya itu perbuat.

Dalam hatinya Delynn memuji cara Oline untuk mendekatkan dirinya dengan Erine, "pantesan banyak yang suka sama nih orang ya, caranya jago bener," ucapnya dalam hati.

"Yuk balik," ajak Oline pada Delynn yang dibalas anggukan oleh sahabatnya itu.

Kemudian, Oline beradu tatap dengan Erine sekali lagi dan tersenyum lebar, "dadah Erine, kali ini aku pastiin kita bakal sering ketemu lagi," ucapnya yakin.

Tak lama, Oline dan Delynn mulai melangkah pergi, meninggalkan Erine yang masih terpaku di depan kelasnya.

Suara sorakan dari teman sekelasnya yang bising berhasil membuat Erine tersadar dari lamunannya, seolah baru menyadari apa yang terjadi.

Kemudian, semburat merah pun muncul di pipi gadis cantik itu.

"Astaga malu banget," rengeknya sembari menutup mukanya dengan tangan, kemudian langsung berlari ke arah tempat duduknya.

Membiarkan sorakan teman sekelas yang masih ramai menggodanya.

Sementara Erine sendiri sudah menenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan tangan, mencoba untuk meredakan debar jantungnya sendiri.

Dan merutuk kenapa Oline bisa dengan mudah membuatnya berdebar tak karuan seperti sekarang.

EUONIA [Orine] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang