Part 8

1K 157 4
                                    

Erine berlari sekuat yang ia bisa agar bisa segera sampai di ruang UKS yang terletak di ujung koridor dengan penglihatan yang mulai memburam karena air mata.

Selama berlari itu juga Erine terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri, karena dia merasa sangat egois dengan menjauhi Oline tanpa gadis itu ketahui alasannya.

Apalagi saat dia ingat apa saja yang sudah Oline lakukan tiga hari terakhir sejak dia mendiamkannya.

Gumaman maaf terus-terusan terucap dari bibir Erine dan tepat di depan pintu UKS yang berwarna putih itu dia mengatur napasnya.

Hampir dua menit berlalu, napas Erine sudah mulai teratur, namun air matanya masih turun tanpa bisa ia cegah.

Apalagi saat tangannya membuka pintu UKS dan matanya melihat Oline yang masih terbaring lemah dengan wajah yang pucat dan mata yang tertutup rapat.

Air mata Erine semakin turun dengan derasnya, perasaan bersalahnya semakin memuncak dan di hadapan Oline yang masih memejamkan matanya, Erine menangis tanpa bersuara.

Bahunya bergetar hebat, wajahnya tertunduk dengan air mata yang mengalir deras, perasaan sesak itu memenuhi rongga dada Erine, sangat menyiksa.

Setelah berhasil mencoba untuk menenangkan dirinya, Erine menggenggam pelan jemari Oline dan mengelusnya pelan, "maafin aku Oline, maafin aku," lirihnya.

Oline masih tampak tak bergerak dan hal itu kembali membuat Erine merasa bersalah, "kamu kenapa bisa pingsan sih?" tanyanya sambil terus mengelus jemari gadis manis itu.

Sementara Oline mati-matian untuk menahan deru napasnya yang mulai tak teratur karena sentuhan tangan Erine.

Baru saja jemari Erine ingin mengelus wajah Oline, tiba-tiba ada yang masuk ke ruang UKS dan membuat gadis cantik itu langsung melepaskan genggamannya pada jemari Oline.

Itu Ella, kakak kelas mereka sekaligus anggota PMR yang sepertinya hari ini berjaga di UKS.

"Oline ya yang sakit?" Tanyanya sambil berjalan mendekat.

Erine menatap ke arah Ella dengan pipi yang memanas karena hampir saja kakak kelasnya itu melihat tangannya yang menggenggam Oline.

"Iya kak," balas Erine yang diangguki oleh Ella.

"Kok bisa pingsan sih?" Tanya Ella lagi sambil memeriksa dahi gadis manis itu, "tapi enggak demam."

Erine yang juga tak mengetahui alasan kenapa bisa Oline pingsan, jadi bingung sendiri, "aku juga gak tau kenapa dia bisa pingsan kak," jawabnya yang dibalas kernyitan dahi oleh Ella.

"Lah terus yang bawa dia ke sini siapa?"

"Aku kak," bukan, itu bukan Erine yang menjawab tapi Delynn.

Gadis cantik itu baru saja sampai ke UKS sambil membawa tas milik Erine yang ditinggalkannya, "nih tas lo."

Erine yang menyadari jika tasnya tertinggal karena terlalu panik, langsung mengambilnya, "eh makasih banyak ya, aku main asal pergi aja tadi."

"Iya santai," balas Delynn kemudian mendekat ke arah Ella, "dia tadi pas mau keluar kelas, langsung ambruk tiba-tiba kak, kayaknya sih dia kecapean sekaligus banyak pikiran."

Ella mengangguk pelan, kemudian mulai mendekat ke arah Oline untuk kembali memeriksa gadis manis itu.

Namun tangannya ditahan oleh Delynn dan tak lama dia berbisik pelan, "Oline cuma pura-pura pingsan doang kak, gak sakit sama sekali," Ella yang mendengar itu langsung mengerutkan dahinya ingin protes, sebelum akhirnya dilanjutkan oleh gadis cantik itu, "lagi berantem sama cewenya, biasa caper."

Dan setelahnya Ella terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya, baru kemudian dia mendekat ke arah Oline yang masih pura-pura tertidur dan Erine yang masih setia menatapnya sendu.

"Kayaknya iya sih kecapean dia, nanti kalo udah bangun suruh minum vitamin aja ya yang ada di laci nomor dua," ucap Ella yang dibalas anggukan oleh Erine.

Tak lama Ella berjalan pergi, setelah mengedipkan satu matanya saat bertatapan dengan Delynn yang juga melakukan hal serupa, kemudian mereka terkekeh pelan.

"Rin, mau nemenin di sini?" Tanya Delynn yang dibalas anggukan pelan oleh gadis itu, "yaudah, gue tinggal gapapa ya? udah di jemput di depan."

Lagi, Erine mengangguk sambil tersenyum, "makasih ya Delynn udah kasih tau aku tadi trus juga mau bawain tas aku," ucapnya.

Delynn terkekeh pelan kemudian mengangguk, "iya sama-sama, yaudah gue duluan ya."

Dan sekarang hanya tinggal Erine dan Oline saja di UKS dengan jemari yang masih saling menggenggam.

Tak lama, Oline mulai menggerakkan jemarinya dan berhasil membuat Erine berdiri, karena terlalu bahagia.

Akhirnya Oline bangun, itu isi pikiran Erine.

Sementara, Oline sedang deg-degan parah karena harus berusaha akting bangun senatural mungkin, agar Erine tak curiga.

Tepat setelah Oline membuka matanya, Erine langsung memeluk gadis manis itu dengan suara tangis tertahan, "maafin aku, maafin aku jauhin kamu kemarin, maafin aku Oline, jangan sakit lagi."

Sementara Oline refleks menyunggingkan senyum lebarnya, merasa jika usahanya untuk pura-pura pingsan, membuahkan hasil.

Ingatkan Oline untuk traktir Delynn besok, karena semua ini tidak akan berjalan, jika tidak ada gadis cantik itu.

Terimakasih Delynn.

———

Wasit babi, —dah itu aja.

Sampai bertemu di chapter selanjutnya! Jangan lupa vote dan komen ya, karena semakin banyak votenya, semakin cepet upnya😜

EUONIA [Orine] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang