7

4.5K 417 11
                                    

Jari jemari itu bergetar kecil tat kala meraba wajah yang selama ini di rindukannya dalam diam, namun cepat menariknya saat tau tindakan implusifnya sangat kurang ajar.

"Ah! Maafkan aku," ucap Jena langsung menarik tangannya tanpa tau wajah Mikael sudah mengeras menahan amarah.

Mikael menarik tangan Jena dan mencium pergelangan tangannya dengan lembut. Harum wangi Jena tak pernah berubah, manis seperti buah peach.

"Kau melukai ku Jena."

Ugh Jena sungguh tak tahan.

Di depannya bukan lagi Mikael yang 17 tahun lalu tetapi saat ini dia adalah Mikael Olivier Vonn Romanov pemeran utama novel 'Zero O'clock', seorang yang sudah memiliki garis takdirnya sendiri dan akan selalu berakhir dengan pemeran utama wanita.

Wajah Mikael tertunduk lesu menyadari itu Jena kalang kabut sendiri dibuatnya, "aku- aku El-"

"Apa kau membenci ku ung?"

"Apa kau membenci ku karena aku pergi tanpa pamit?"

Jena dibuat gelagapan, "tidak... aku tidak pernah membenci mu El."

Mikael tersenyum lebar, "baguslah kalau begitu." Tangannya mengelus pipi Jena lembut.

"Kau tau aku benar-benar merindukan mu, sangat."

"Apa?"

"Boleh aku memeluk mu?"

Belum sempat menjawab Mikael lebih dulu menarik Jena ke dalam pelukannya, "aku merindukan mu Jena... aku merindukan mu."

Bohong jika Jena tak berpikir demikian ia pun sama merindukan adik kecilnya itu. "Aku juga merindukan mu, El," bisiknya lirih.

***

"Ini apa?"

Jena menatap Mikael dengan tatapan tak percaya, "El?"

Mikael hanya tersenyum dengan tubuh bersandar di dinding melihat raut wajah terkejut Jena membuatnya terkekeh senang, "mulai sekarang apartemen ini adalah milik mu!"

"Tidak!" Jena berjalan cepat menghampiri Mikael, "aku tidak akan menerima nya El."

"Kenapa?"

"El, ini berlebihan untuk ku aku tak pantas menerimanya."

Mikael merenggut tak suka seraya menatap tajam Jena lalu mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Jena, "aku ingin kau menerima apapun yang ku berikan pada mu Jena. Tanpa penolakan sedikit pun!"

Jena meneguk ludahnya kasar lantas menatap wajah Mikael yang tepat di sampingnya, "b-baiklah aku menerimanya."

"Bagus! Aku selalu menyukai Jena yang penurut," ucapnya lagi sambil menepuk puncak kepala Jena beberapa kali.

Jena tak menyangka bahwa hidupnya langsung berubah 180°, entah kebaikan apa yang sudah ia lakukan di masa lampau Jena merasa sangat beruntung sekaligus terbebani.

Rumah yang dulu kecil dan hanya seluas 5x7 m² kini berkali-kali lipat dari itu, sebuah unit apartemen mewah dengan segala isinya. Bahkan isi lemari pendinginnya pun penuh dengan berbagai macam isi, sayuran, ikan, daging, buah-buahan dan makanan instan.

Jena meringis memikirkan hidupnya yang terasa di jungkir balik dan alasannya hanya satu yaitu, Mikael.

"Jena."

"Ya, kenapa El?"

Ah, benar-benar tidak berubah.

Mikael mendekat dan memojokkan Jena, "maaf."

Huh?

"Kenapa?"

"Maaf Jena karena aku pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal pada mu. Maafkan aku karena harus membuat mu menunggu..."

Kedua mata Jena bergetar dan lambat laun terasa mengembun dadanya bergemuruh hebat saat itulah air matanya jatuh, kepalanya menunduk rasanya sesak dan sakit tanpa alasan. Padahal sedari tadi ia coba tahan tapi kini luluh tanpa bisa di bendung lagi.

Tangannya bergetar memegang erat kemeja Mikael di dada, "tidak, kau tidak salah El..." tangisnya makin kencang dengan tersedu padahal ia tidak berniat menangis saat bertemu dengan Mikael, iya awalnya.

"Hei, dada mu akan sakit jika kau menangis seperti itu Jena." Wajahnya di tangkup dengan tangan besar itu, merah seperti jambu air.

Mikael terkekeh, "aku tidak akan pernah pergi lagi Jena."

"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

"Tidak akan pernah."

Mikael memeluk Jena menaruh tangannya di kepala yang lebih tua seraya mengelusnya lembut, Jena tau rasa ini salah dimilikinya, dulu Jena hanya berpikir bahwa perasaan ini murni rasa sayang tetapi jika begitu kenapa rindu nya semakin tak tau arah.

Rasa sukanya salah, waktunya pun salah, dan Jena sadar jika ia hanyalah tokoh sampingan tanpa peran pemting bagi Mikael si pemeran utama. Begini saja sudah lebih dari cukup untuknya, biarlah Mikael bertemu dengan takdirnya meski harus menderita lebih dulu, tapi meskipun begitu pada akhirnya mereka akan bahagia bersama bukan?

Tbc.

Unhealing Wound [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang