2.78

279 43 36
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Angin meniupkan hawa sejuk yang lama kelamaan berhasil membuat tubuh menggigil kedinginan. Bunga-bunga berwarna kuning bergoyang searah angin bertiup, seakan-akan tengah menari menyambut kedatangan seseorang. Bunga bermekaran di bawah terik matahari, membuat hati siapa saja yang melihat merasakan ketenangan yang abadi. Di tengah-tengah ladang bunga, terdapat seorang anak kecil yang berlarian ke sana kemari sembari tertawa menyerukan, "Mama, kejar aku ...."

Dia terus berlari, menggerakkan kaki sosok yang dipanggil 'mama' untuk mengikuti setiap langkahnya. Pasangan ibu dan anak berlari dengan riang. Mengingat langkah kaki anak kecil cukup pendek, orang yang lebih besar sebentar lagi akan menangkapnya. Jari-jari lentik bergerak maju untuk meraih pundak sang anak. Ketika sedikit lagi kulit akan bersentuhan, bayangan tersebut pudar menjadi kegelapan yang pekat. Dia menjadi sesak bersamaan dengan menghilangnya sang anak dari jangkauan pandang. Dia menengok ke segala arah demi menemukan keberadaan anak kecil itu. Namun, tidak juga ditemukan. Napasnya pun menjadi memburu, seolah terdapat beban tak kasat mata yang menekan dada. Kemudian, kegelapan di sekitar menjadi berputar, menyebabkan rasa pening yang mematikan. Dia tidak bisa bertahan pada situasi tersebut, tetapi tidak ingin pergi sebab ingin terus bersama sang anak. Ketika sampai pada batas pertahanan, dia berteriak begitu kencang, "Yiyi!"

Xiao Zhan menutup mata rapat-rapat saat terjatuh di tanah. Bersamaan dengan itu, jantungnya terasa berhenti berdetak, paru pun terasa terbakar akibat tak menerima pasokan udara yang cukup. Bibir ranum terbuka, berusaha meraup oksigen yang terasa hampa. Perlahan tetapi pasti, bibir tersebut bergerak untuk menyuarakan nama sang anak untuk yang kedua kali, "Yiyi ...."

Kali ini terdengar sangat lirih hingga mampu menyayat hati pihak yang mendengar. Pihak tersebut terserang getaran ketakutan, merasa takut jika mata indah Xiao Zhan tidak akan pernah terbuka lagi. Oleh sebab itu, Wang Yibo dengan cepat mengguncang tubuh Xiao Zhan sembari tiada henti bergumam, "Bangun ...."

Wang Yibo tidak dapat berpikir jernih. Dia selalu memeriksa nadi Xiao Zhan setiap kali lelaki manis itu tidak bersuara. Jujur saja, dia sangat takut jika hal yang tidak diinginkan terjadi pada detik itu juga. Dia menjadi frustasi hingga tak mempedulikan air mata yang berderai. Dia benar-benar tidak mempedulikan apa pun selain kesadaran sang istri.

Dalam beberapa menit kemudian, mata Xiao Zhan terbuka dalam sekejap. Lelaki manis itu terduduk secara otomatis, tampak linglung dan menatap kosong ke arah depan. Berkali-kali Wang Yibo memanggil, berkali-kali pula diabaikan. Tubuh Xiao Zhan tampak kosong, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Namun, Wang Yibo tidak pernah berhenti untuk mencoba menyadarkan. Lelaki tampan itu membelai lengan Xiao Zhan dengan penuh kelembutan sembari berusaha memasukkan asumsi positif di kepala sang istri. "Semua baik-baik saja."

Sedikit demi sedikit, Xiao Zhan memusatkan atensi ke pusat suara. Lagi-lagi, dia menunjukkan tatapan linglung kala bertanya, "Di mana Yiyi?"

Wang Yibo tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas, dia merasa dunianya hancur seketika saat mendengar nama Yiyi disebut. Sudah lama sejak mereka tidak mengungkit tentang Yiyi lagi. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga Xiao Zhan tiba-tiba berbicara tentang anak mereka yang sudah lebih dulu pergi?

Wang Yibo mendekap tubuh Xiao Zhan tanpa memberi aba-aba, menekan tubuh mereka satu sama lain dengan harapan kesedihan juga dapat ditekan. Namun, semakin dia mengeratkan dekapan, semakin kencang pula isak tangis Xiao Zhan yang mengudara. "Yiyi ... Yiyi sudah ma-mati ...."

Kalimat tersebut lolos dari bibir Xiao Zhan segera setelah kesadaran kembali didapat. Dia mencengkram kuat bahu Wang Yibo demi melampiaskan kesedihan yang terlalu mencekik. Kemudian, dia mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan tanpa sadar membongkar sesuatu yang ingin dia rahasiakan dari suaminya. "Jangan biarkan Xiao Sa me-membunuh anaknya .... Aku sudah merasakan be-betapa pa-pahitnya kehilangan anakku yang malang."

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang