18. TERKURUNG MASA LALU

9 2 0
                                    

Haii readers!!
Beberapa hari ini aku bahagia banget. Kenapa? Karena vote dan komentar kalian

Itu yang bikin All tambah semangat untuk jadi penulis yang selalu berusaha meneruskan karya.

.
.
.

"Ada apa? Kenapa sering melamun?"

Gadis di hadapanku bertanya dengan tampang yang terlihat serius, seperti polisi yang sedang melakukan interogasi.

"Gapapa, cuma lagi ada sedikit masalah di keluarga dan ini juga ada kaitannya dengan hati"

Wajahku terlihat lesu saat mengucapkannya, tapi sebisa mungkin diriku menunjukkan senyum di bibir yang masih pucat.

"CERITA!!"

Diriku sedikit terkejut tatkala gadis di depanku meninggikan suaranya dengan tangan mengepal dan mendobrak meja.

Mataku mengerjap melihat tindakan dadakan yang membuat jantungku terperanjat kaget karena hal yang barusan dilihat.

"Maaf..."

"Tadi kebawa emosi"

"Sekarang cerita, sebenernya ada apa? Jangan pernah nutupin hal apapun yang bikin hati sama pikiranmu runyam"

Mulutku tak berbicara, tetapi air mata yang luruh dari pelupuk mataku. Dengan cepat tanganku mengusapnya.

Sungguh, diriku merasa sangat beruntung memiliki sosok sahabat yang dengan senang hati mau mendengarkan suara hatiku.

"Jangan nangis, sini peluk"

Tangisanku tak mereda, malah semakin kencang dan kuat. Rasa syukur langsung tertanam dalam hati.

Diriku bersyukur bisa mendapatkan hadiah indah berupa sahabat yang tak hanya mendengar, tapi juga merengkuh tubuhku yang lemah.

"Kalo ga kuat cerita sekarang, lain waktu aja"

Setelah mendengar penuturan Nabila, kepalaku sontak menggeleng kecil di dalam dekapannya.

"Sebenarnya ada banyak hal yang belum diceritakan, tapi aku belum sanggup untuk mengutarakannya"

"Dan sekarang aku mau cerita tentang semua kejadian yang berhasil mengusik pikiran dan suasana hati"

Dekapan itu perlahan sengaja dilepas. Tubuhku sedikit menjauh, karena nafasku seakan sudah semakin menipis. Dadaku terasa sesak dengan nafas yang terputus-putus.

Hidungku menghirup udara di sekitar. Menarik oksigen hingga masuk ke dalam paru-paru yang seakan hampir berhenti bekerja.

Tanganku mengusap sisa air mata yang membekas di wajah. Bahkan mataku terasa bengkak seperti mata ikan.

"Buku diary yang ditulis udah kebaca sama mama"

Mataku menatap kosong bangunan kelas yang kosong, pikiranku seakan melayang dan mulai melantur.

"Kok bisa sampe kebaca?"

Nabila mengalihkan pandanganku dengan cara menarik dan menggeser wajahku agar berhadapan dengannya.

"Beberapa hari lalu, aku pulang sore menjelang malam. Sekitar waktu maghrib, bahkan aku sampe kehujanan"

"Seperti biasa, pergi ke kebun singkong"

Wajahku beralih menjadi tertunduk, mengingat diriku yang bersedih dan menangis sendirian di sana.

"Pasti nungguin senja"

Gadis di depanku seakan sedang menduga-duga. Diriku hanya menganggukkan kepala, membenarkan dugaannya.

Mulutku berhenti sejenak untuk mengatakan kejadian yang kualami. Menarik nafas panjang, dan menghembuskannya kembali.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang