JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA!
Typo, koreksi📌●○●○●○
"Sayang, kopi aku mana?"
Suasana pagi di kediaman Nara diawali dengan teriakan sang Ayah yang baru saja turun dari tangga sambil menenteng tas, lengkap dengan kemeja yang sudah melekat di tubuhnya.
"Ini, baru aku buatin," sahut Bunda Nara.
Anita keluar dari dapur sambil membawa secangkir kopi, lalu meletakkannya di atas meja makan.
"Ayo duduk dulu, taruh tasnya di atas meja!" titahnya pada Haidar, suaminya.
"Iya, Bunda cantik," balas Haidar dengan senyum menggoda. Ia langsung menghampiri Anita dan mengecup dahi istrinya. Namun aksi itu justru berakhir dengan cubitan pedas dari sang empu.
"Mas, jangan nakal! Ada Nara di sini."
Nara yang sejak tadi pura-pura tak melihat, langsung menoleh begitu namanya disebut. Ia mendapati kedua orang tuanya yang dari tadi sibuk menebar kemesraan di ruang makan.
"Lanjut aja, Bun. Nara gak lihat kok, suer," ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah, dengan senyum dipaksakan.
"Loh, ternyata anak Ayah yang cantik ini udah bangun toh," kata Haidar, baru menyadari kehadiran putrinya.
"Belum, Yah. Nara belum bangun. Ini aku lagi mimpi ngelihat dua pasutri lagi pamer kemesraan, mana gak kenal tempat, kayak ABG baru jatuh cinta," sindir Nara datar.
Haidar tertawa kecil. "Ceritanya lagi ngambek, nih."
Ia menghampiri Nara yang tengah duduk menikmati sarapannya, lalu mengelus lembut pucuk kepala gadis itu.
"Gak sadar ya, Pak?" balas Nara sambil sedikit menengadah menatap wajah ayahnya.
"Udah, Mas. Nanti kamu telat ke pabrik," tegur Anita lembut. Haidar mengangguk, lalu duduk dan mulai menyantap sarapannya.
"Dan kamu, Nara. Ayo sarapannya cepat dihabiskan. Ini sudah jam setengah tujuh. Memangnya kamu gak sekolah?"
"Sekolah dong, Bun."
"Terus kenapa belum pakai seragam?"
"Karena Nara belum mandi," jawabnya polos, lalu menyengir sambil menunjukkan giginya.
"Airnya dingin banget, jadi Nara males mandi.""Kalau gitu gak usah mandi. Cuci muka aja. Dulu Ayah juga gitu kalau lagi malas mandi, cuci muka doang, terus langsung pakai seragam," sahut Haidar sambil menyeruput kopinya.
Nara menatap ayahnya sambil menyipitkan mata.
"Berarti dulu Ayah pas sekolah gak mandi dong? Ih, Ayah jorok!"
"Ya enggak jorok juga. Ayah kan pakai parfum banyak, jadi teman-teman Ayah gak tahu kalau Ayah belum mandi," jelas Haidar panjang lebar, penuh percaya diri.
Anita yang mendengar percakapan antara suami dan anaknya itu hanya bisa menghela napas lelah.
"Nara, kamu kan tinggal atur airnya jadi hangat, Sayang."
"Oh iya, Bun. Aku lupa," ucap Nara seraya menepuk dahinya pelan.
Anita menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Ia pun beralih menatap suaminya.
"Dan kamu, Mas. Jangan ngajarin Nara yang aneh-aneh!"
"Aku gak ngajarin yang aneh-aneh, loh, Bun. Justru aku kasih tips ke Nara caranya menghemat air," sahut Haidar santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya (REVISI)
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ JANGAN MENJIPLAK! ITU PERBUATAN RENDAH DAN TIDAK BERADAB. .・✫・゜・。. .・。.・゜✭・ Nara menyukai Razka sejak masa SMP. Setiap hari, rasa suka itu semakin bertambah, hingga kini dia duduk di bangku SMA. Seiring berjalannya waktu, rasa itu sema...