Malang

104 10 0
                                        

Maaf jika ada persamaan dalam, karakter, tokoh, alur, dll. Karena cerita ini murni bikinan saya sendiri dan murni imajinasi saya.

Wajib follow author dulu sebelum membaca, ya! storyzaaa

"Sekarang, humairah mas, habibati mas, qalbinya mas, zaujatinya mas, sayangnya mas, istrinya mas, Akira Salsabila Fahim,"
~Adnan Pratama Arzhad~

Selamat membaca semua!!!





Akira dan Adnan sedang siap-siap, ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Akira.

"Mas, kamu udah siap?" tanya Akira sambil merapikan jilbabnya.

"Sudah, sayang," jawab Adnan sambil tersenyum hangat.

"Oh ya, nanti kita mampir ke pesantren dulu ya," lanjut Adnan.

"Iya, mas," jawab Akira singkat.

Adnan memperhatikan Akira sejenak, lalu tersenyum kecil. "Kayaknya kamu ada yang kurang deh, sayang."

Akira langsung melihat penampilannya dari ujung kepala hingga kaki. Ia sudah memakai gamis hitam dan kerudung panjang yang menutup aurat. "Apa yang kurang, mas? Perasaan udah deh," jawab Akira bingung.

Adnan mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya kepada Akira. "Ini?" katanya sambil tersenyum, menunjukkan cadar hitam.

Akira tersenyum malu-malu, lalu menerimanya. "Makasih, mas."

"Mas yang makasih, humairahku," ucap Adnan sambil membantu Akira memakai cadar itu.

"Sekarang istriku terlihat lebih cantik dan anggun."

"Ih, Mas Adnan, kirain apa yang kurang, ternyata cadar. Tapi kenapa sih Mas menyuruh Akira memakai cadar kalau mau keluar?" tanya Akira dengan nada penasaran.

Adnan tersenyum tipis sambil memandang istrinya.

"Jadi gini, humairahku. Wajahmu itu sangat cantik sekali, sayang. Mas nggak rela kalau lelaki yang bukan mahrammu melihat kecantikanmu, karena kecantikanmu itu hanya boleh mas yang lihat," jawab Adnan dengan lembut.

Ucapan Adnan membuat Akira terdiam. Rasanya ia ingin terbang saat itu juga, melayang di awan karena begitu bahagianya. Pipinya merona merah tanpa bisa ia sembunyikan.

"Cie, pipinya merah," goda Adnan sambil terkekeh pelan.

"Mas Adnan, ihhh!" Akira pura-pura kesal, tapi dalam hati ia benar-benar salting.

Adnan tertawa kecil lalu mendekat. "Ya udah, sini. Mas pakaikan cadarnya, ya," ucapnya lembut.

Ia pun memasangkan cadar hitam itu di wajah Akira dengan hati-hati, seperti seorang seniman yang menyempurnakan karya seninya. Akira hanya bisa tersenyum tipis, merasakan betapa beruntungnya memiliki suami seperti Adnan.

"Sudah, Mas, sudah, jangan terlalu kencang," ujar Akira sambil sedikit merengek.

"Iya, sayangnya Mas," balas Adnan dengan senyum jahil.

Tanpa diduga, Adnan mendekat dan mencium pipi Akira secepat kilat.

Cup!

Pagi itu, Akira benar-benar dibuat salting habis-habisan oleh suaminya.

Pipinya langsung memerah, dan ia spontan berteriak, "MAS ADNANNN!"

Namun, seperti biasa, Adnan sudah kabur lebih dulu sambil tertawa kecil, meninggalkan Akira yang masih terkejut bercampur gemas.

My sweet heart [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang