chapter empat - "Ayah...Bunda..."

18 1 0
                                    

_______________________________________________________

Berhari-hari berminggu-minggu berbulan-bulan osamu tak kunjung membaik, sampai akhirnya osamu merasakan nyeri dada dan sesak nafas tidak hanya itu..osamu juga keringat dingin dan mual, atsumu sangat takut jika penyakit osamu makin parah, atsumu memanggil ambulan...

Sesampainya di rumah sakit, osamu sudah berada di ruangan IGD terbaring lemas dan tidak memiliki banyak energi, atsumu menghubungi orang tua mereka... panggilan tak kunjung di jawab atsumu semakin panik namun berusaha untuk tetap tenang sampai akhirnya...

"Untuk keluarga miya di persilahkan masuk." Ucap dokter, atsumu memasuki ruangan IGD dan atsumu dapat melihat adiknya terbaring lemas.

Pipi atsumu di basahi dengan air mata, dokter menghampiri atsumu.

"Dengan saudara miya?" Atsumu segera menghapus air matanya.

"I-iya saya kakak nya..."

"Umur adik anda...sudah tidak lama lagi." Kini mata atsumu berkaca-kaca.

"T-tapi...adik saya mengidap penyakit apa..?"

"Adik anda mengidap penyakit jantung koroner, penyakitnya sudah sangat parah..penyakit jantung koroner tidak dapat sembuh total dan kemungkinan adik anda tidak dapat diselamatkan, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin." Perasaan atsumu hancur sehancur-hancurnya atsumu tidak menyangka bahwa adiknya selama ini berbohong kepadanya.

"Kalau boleh tau, orang tua kalian dimana?" Ujar dokter, atsumu menjawab dengan gagap.

"O-orang tua kami pergi keluar negri karena ada pekerjaan...saya sudah menghubungi nya tapi tak kunjung di jawab..." Dokter itu memegang pundak atsumu.

"Kamu harus kuat ya, tetap jadi kakak yang hebat!" Dokter itu berkata kepada atsumu, mempercayai atsumu bahwa dia bisa menjalaninya.

"Jika ada apa-apa jangan sungkan untuk bilang ke saya, anggap saya ini adalah orang tua mu...ya sudah saya akan ke kamar selanjutnya, ingat kata saya tadi ya tetaplah menjadi kakak yang kuat dan hebat!"

"T-terimakasih banyak..." Dokter itu tersenyum dan meninggalkan atsumu.

Atsumu duduk di kursi sebelah ranjang osamu, atsumu menunggu osamu terbangun dari tidurnya sambil sesekali atsumu menelfon orang tuanya.

Setelah selang beberapa jam osamu terbangun...

"Tsum...ini di mana.." Atsumu merasa lega karena osamu terbangun dari tidurnya.

"Lu di rumah sakit." Suasana hening saat itu tapi tiba-tiba osamu berkata...

"Tsum...kangen sama ayah bunda.."

"Iyaa...nanti ayah bunda pulang kok."

"Kapan?"

"Pokoknya nanti pasti ayah bunda pulang kok, udah ga usah di pikirin istirahat aja, kalau mau apa apa atau kalau ada apa apa bilang aja yaa" Osamu mengangguk.

"Tsum...sakit.." Osamu berkata sambil memegang dadanya.

"Tunggu!" Atsumu memencet tombol yang tak jauh dari ranjang osamu untuk memanggil suster.

Tak lama suster pun datang dan langsung memeriksa kondisi osamu. Suster itu berkata kepada atsumu.

"Kondisinya semakin memburuk...anda harus terus mengawasi monitor detak jantungnya." Osamu mendengar apa yang di katakan suster itu.

"B-baiklah...terimakasih." jawab atsumu, suster itu tersenyum dan meninggalkan ruangan itu.

"Tsum...lu udah tau..?" Atsumu mengangguk.

"Maaf...maaf tsum.."

"Gapapa sam...udah ga usah di pikirin lagi."

"Tsum...nanti kalau gw udah ga ada gw mau lu taro bunga mawar putih yang banyak di kuburan gw.."

"Hus, ga baik ngomong kayak gitu...udah sam mending istirahat aja, oke?"

"Oke.."
_______________________________________________________

To be continued...

aku adalah kamu, kamu adalah aku - Miya Twins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang