HOLAA!! gimanaa puasanyaa? lancarr?
semangatt teruss yaww!
jangan lupa votee!!!>_<<><><>
Panasnya Jakarta di jam 3 sore tidak menghalangi Anin yang bersemangat untuk membeli es krim vanila oreo. Disinilah mereka berada, parkiran motor.Berisik, satu kata yang menggambarkan keadaan parkiran tersebut. Jam 3 merupakan jam anak SMA Bina 45 pulang sekolah. Suara motor dan mobil yang bersaut sautan, tapi Anin dengan masih dengan senyum merekah dan semangatnya saat di pasangkan helm oleh Abi.
"Yeyeyey es krim es krim!" seruunya saat menaiki jok motor Abi.
"Semangat banget yaa,"
"Iyadongg jelasss!!" serunya lagi saat pagar mereka lewati.
Panas menyengat kulit putih mereka berdua. Walaupun tak sepanas saat tengah hari, namun matahari pukul setengah empat sore ini cukup menyengat. Apalagi ketika mereka berdua berhenti saat lampu merah. Gilaaa panasnya, ditambah suara kelakson mobil.
Kini mereka telah sampai di parkiran toko es krim. Anin langsung berlari memasuki toko tersebut, dan memilih es krim kesukaannya. Abi ikut menyusul Anin, dan langsung di suguhi toko yang minimalis, namun instagram able, dengan beberapa ornamen yang menghiasi toko tersebut.
Mencari keberadaan Anin, Abi langsung melangkah menempati sisi sebelah kiri Anin dan melihat Anin sudah memilih 2 rasa. Vanila dan oreo.
Anin menoleh, "lo mau rasa apa, biar gue pesenin," tanyanya.
"Coklat aja,"
"Okee, mba sama 1 lagi coklatt," ucapnya kepada mba mba penjaga.
"Baik,"
Ketika sudah dua mangkok di tangan Anin, Abi menyuruhnya untuk duluan memcari tempat duduk, "duluan aja Nin, gue bayar dulu,"
Anin mengangguk dan berjalan mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman untuk mereka berdua memakan es krim.
"Berapa mba?"
"45rb aja kak!"
"Kalau saya berapa mba?"
Abi menoleh, dan mendapati seorang gadis yang belakangan ini mencuri perhatiannya. Gadis yang tingginya setelinga Abi. Rambut di cepol asal, masih menggunakan seragam sekolah yang sama dengan Abi.
"Oh 20rb aja untuk kakaknya!"
"Oke, ini uang saya mba." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, gadis itu langsung keluar tanpa memerhatikan Abi yang terdiam melihat gadis itu. Matanya mengikuti arah gadis itu keluar, dan menghilang di balik pintu.
"Ini kembaliannya kak!" ucapan sang kasir membalikan kesadaran Abi.
"Ah iya, makasi."
Setelah mennerima uang kembalian, Abi kembali mencari Anin berada. Ternyata Anin sedang bermain handphone sembari menyendok es krim tersebut.
"Lama banget lo, ngapain aja si?"
Yang di tanya hanya menggaruk kepalanya dan duduk di hadapan gadis yang tengah menyendok es krim vanila oreo.
"Ya bayar lah, ga jelas lo pertanyaannya,"
"Dih sensian amat lo!"
"Hehe, aduh es krim coklat gue meleleh sedikit," ujarnya sambil melihat es krimnya yang sudah setengah mencair.
Anin melihatnya hanya mendengkus, "udah cair itu bego, kenapa si lo ga jelas banget mana senyum senyum,"
Abi hanya menyengir, "gapapa tadi mba kasirnya cakep dikit,"
"Terserah loh deh, buruan habisin mau tidur gue,"
"Iyaa iyaa," pasrah Abi saat melihat Anin sepertinya moodnya berubah. Haduh dasar cewe.
Tanpa Abi sadari, Anin melihat semuanya. Melihat Abi yang memerhatikan gadis yang tadi ikut membayar es krim di sebelah Abi. Anin hanya pura-pura tidak tahu apa apa, karna ia tidak ingin semua menjadi rumit.
<><><>
"Thanks for ice cream! Sering-sering yah hehe," Anin menyengir sembari berjalan memasuki daerah rumahnya.Abi hanya terkekeh dan pergi meninggalkan Anin. Jarak rumah mereka hanya beberapa rumah. Iya mereka memang berteman sejak kecil, namun dulu hanya berteman saja atau kenal nama. Saat SMA mereka 1 sekolah san 1 kelas, alhasil jadi dekat hingga sekarang.
Anin memasuki rumahnya. Sepi. Satu kata yang menggambarkan isi rumah Anin. Anin tak peduli dengan keadaan rumahnya yang sudah tak hangat lagi semenjak ayahnya ketahuan selingkuh dengan asisten pribadinya. Ibunya jadi lebih sering di butik, dan hanya pulang saat malam hari. Ayahnya pun lebih memilih untuk hidup bersama asistennya. meninggalkan Anin beserta Ibunya.
Anin muak dengan sikap ibunya, yang seolah olah paling tersakiti dan melupakan dirinya yang ikut terluka ata perilaku ayahnya dan ibunya.
Anin merebahkan dirinya saat semua pekerjaan sekolah sudah selesai. Membuka media sosial dan memencet beberapa kata, dan mengirimkan kepada Abi, dan tidak lama handphonenya berdering. Menandakan ada yang menelponnya.
"Haloo? Lo baik baik aja kan di rumah?"
"Iya baik baik aja ko, cuma yaa sepi banget rumah gue Bi. Gada hawa kehidupan banget,"
Hanya Abi yang tahu isi tentang keluarganya, hanya Abi yang pernah melihatnya menangis tersedu sedu di tengah malam lewat telpon, hanya Abi semua hanya Abi.
"Sekrangg dah hidup kann? Kan ada gue yang nemenin hehe,"
"Hahahaha iyaa dehh,"
Dmn berlanjut lah mereka hingga sampai pada di topik sensitif ini.
"Nin, lo kenal Nara kelas XI IPA 2 ga?"
Yang di tanya terdiam.
"Haloo? kenal gaa?"
"Uhm, ga kenal gue Bi. Kenapa emangnya? Lo naksir sama dia yaa?"
"Hahaha gatauu, liat aja nantii,"
"Gituu yaa,"
"Iyaa, oh iya—
"Aduh gue ngantuk Bi, mau tidur yaa papay!"
Tut...
Anin tidak ingin melanjutkan obrolan dengan topik itu. Anin belum siap menerima kenyataan bahwa Abi bukan seutuhnya milik Anin. Tuhaan Anin tidak ingin kehilangan Abi juga setelah keluarganya..
<><><>
HALOO GUYSS GIMANAA XIXI
tenang ini bukan rombakan dari Langit dan Hujan, ini pure cerita baruuu. lopyu all jangan lupa di vote yaa!!
-author cantik
12 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
A2 [On Going]
Teen Fiction"Apapun itu Bi, asal jangan pergi dari hidup gue." Anin tahu, Anin tahu bahwa dirinya hanya sebagai second choice. Tapi, tak apa selama Abi masih ada di sisinya, ia rela di jadikan apapun. Dan begitu pula dengan Abi, ia bingung dengan dirinya sendir...