haii setelah lama hiatus karna beberapa alasan, im backk:D
alurnya mungkin ada perubahan, karna aku baru ngetik lagi setelah berhenti beberapa bulan. Semoga masih nyambung yaaa^^happy reading!!
<><><><>
Sinar matahari memasuki celah jendela kamar yang masih tertutup dengan hordeng. Membuat sang pemilik kamar yang sedang tidur terusik karnanya. Ia pun membuka matanya dan mengambil handphone untuk melihat jam berapa sekarang.
Mengusap-usap matanya sembari melihat layar handphone.
"HAH ANJR TELAT GUE!!" pekik Anin saat mengetahui sekarang pukul 6.15 WIB, gerbang di tutup pukul 6.45 WIB.
Anin panik dan langsung memasuki kamar mandi dan bersiap-siap dengan kecepatan kilat. Bahkan dirinya tak sempat berdandan, dia mengambil bedak dan lip tin nya, berniat akan ia gunakan saat di jalan nanti.
Sedikit terburu-buru menuruni tangga. Saat sampai di bawah ia tidak melihat ibunya, biasanya ia melihat ibunya sedang sarapan di temani laptop yang membuatnya tak menyadari bahwa anaknya akan sekolah. Anin acuh tak ingin memikirkan ibunya dan berlali ke depan, ternyata sudah terdapat Abi yang duduk manis di atas motor kesayangannya.
"ABI GUE KESIANGANN!" Anin sedikit berlari menghampiri Abi yang sedang terfokuskan dengan hanphone di tangan kanannya.
Abi menoleh, "hah emang iya? Jam berapa sekarang—
"WOI 10 MENIT LAGI GERBANG DI TUTUP, cepet naik Nin!" ujarnya saat mengetahui bahwa sekarang pukul 6.35 WIB.
Anin segera menaiki jok belakang motor Abi, belum sempat ia menggunakan helmnya, Abi sudah meng-gas kan motornya, "Abi pelan-pelan bangsat, belum gue pake ini helmnya!"
Sang pelaku pun hanya tertawa dan melanjutkan perjalanan mereka layaknya pembalap. Bagaimana tidak mereka mengejar waktu agar tak terlambat dan berakhir di jemur di tengah lapanga. Kan malas.
<><><><>
"Yah pak izinin kamu masuk pliss, kita udah ngebut banget tadi, emang jarak sekolah nya aja kejauhan dari rumah kita,"
"Enak aja nyalahin sekolahnya, salah kamu sendiri telat!"
"Pak izinin kami masuk pls pls,"
"Gak!"
Begitulah perdebatan antara Anin, Abi, dan pak Satpam penjaga gerbang. Dan berakhir mereka di jemur seperti apa yang mereka takutkan tadi. Berdiri di tengah lapangan dengan terik matahari yang cukup menyengat kulit mereka.
Bahkan keringat terus mengalir di pelipis Anin, pandangannya kabur. Ia belum sempat sarapan karna kesiangan tadi, di tambah sekarang di jemur selama 1 jam lamanya. Abi yang berada di sebelah kanan Anin pun menyadari bahwa Anin memejamkan matanya, dengan alis berkerut menandakan ia tengah menahan sesuatu.
"Nin? Lo oke ga?" tanya Abi sembari menoleh ke arah Anin.
Yang di tanya pun mengangguk, "oke ko Bi, cuma pusing dikit, bentar lagi selesai—
BUK!
Anin pingsan dan jatuh, tapi Abi dengan sigap menahan tubuh Anin. Abi menggendong ala bridal style tangan kanan Abi berada di tengkuk Anin dan tangan sebelah kirinya berada pada lipatan kaki. Berjalan sedikit bergesa ke UKS, untungnya belum jam istirahat, siswa-siswa belum keluar, dan itu memudahkan Abi untuk melewati koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
A2 [On Going]
Teen Fiction"Apapun itu Bi, asal jangan pergi dari hidup gue." Anin tahu, Anin tahu bahwa dirinya hanya sebagai second choice. Tapi, tak apa selama Abi masih ada di sisinya, ia rela di jadikan apapun. Dan begitu pula dengan Abi, ia bingung dengan dirinya sendir...