2

15 1 0
                                    


Sejak tadi dikelas dalam benaku selalu saja terlintas sosok pria yang mengenakan baju loreng dan bernametag ABIMANA itu. Sungguh sangat mengganggu pekerjaanku. Entah apa yang terjadi pada diriku ini.

"Bu, kami sudah selesai, ini ditaruh dimana bukunya?"

Suara dari salah satu muridku itu berhasil membuyarkan lamunanku.


"Astaghfirullah, boleh disimpan dimeja ibu saja ya, biar ibu periksa"

Ku lihat para muridku menganggukan kepalanya, dengan tertib mereka menaruh buku tersebut dimejaku.

"terimakasih anak anak"

Aku mengapresiasi murid muridku yang sudah menaruh buku buku mereka dimejanya dengan tertib.

"Sekarang ibu mau mendengar, bagaimana hari kalian?"

"SENANGG BUU" Seru para murid itu bersamaan

Aku menarik kedua ujung bibirku membentuk senyuman yang sangat hangat dan menenangkan. Bersyukur mereka tidak merasakan hari yang kurang menyenangkan.

"Masyallah, Alhamdulillah ala kulli hal" Ucapku

"Ibu hari ini punya hadiah buat kalian semua" Lanjutku seraya mengeluarkan beberapa kotak yang sudah terbungkus rapih oleh kertas kado, sudah rutinitas ku memberikan apresiasi kepada anak anak yang sudah semangat menuntut ilmu.

Terdengar teriakan teriakan antusias dari para muridku, rasa senang mereka seolah dapat menjadi rasa senangku juga.

"Tapi-"

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku mereka yang mendengar kata tapi menghela nafas panjang, dan menjatuhkan bahunya.

"YAHHH ADA TAPINYAA"

Aku terkekeh melihat respon mereka.

"hei tidak semudah itu mendapatkan apa yang kita mau, semuanya harus penuh perjuangan, faham?"

"FAHAM BU"

Kulihat muridku kembali menegakan badan, bersiap semangat dengan tantangan yang akan diberikan olehku.

"oke, kalian harus bisa jawab pertanyaan dari ibu ya"

"SIAP BU"

Para muridku mulai terfokus kepadaku, mereka nampak tidak sabaran sekali untuk menjawab pertanyaanku.

"Baik ibu mulai ya"

•••

"Assalamu'alaina wa 'ala 'ibadillahis shalihin"

Aku melangkahkan kaki kananku terlebih dahulu untuk memasuki rumah. oh ya mengenai mobilku, biar nanti saja aku mengambilnya entahlah kapan.

Hari ini cukup melelahkan bagiku apalagi aku menghadapi situasi yang tidak diduga duga melihat ratusan orang dengan amukan, sungguh menguras energi sosial, badanku juga terasa sangat berat.

"Ya allah kenapa aku kepikiran terus abimana bimana itu" menolongku

Dengan langkah gontai aku melangkah menuju kamarku terpantau dari situasi dirumah, sepertinya bunda belum selesai berkegiatan.

Sampai dikamar aku segera membersihkan diri, dan berbaring di ranjang milikku, menatap langit langit kamar, sangat menenangkan.

Dan lagi lagi yang muncul dibenakku adalah bapa tentara yang bernametag ABIMANA

Bapa? apakah dia pantas disebut bapa?

Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang