Tidak ada yang tidak bisa ku lakukan. Bahkan nyawamu, aku bisa mencabutnya tanpa menunggu malaikat.
*****
Gerbang KHS secara otomatis terbuka lebar. Para staff memberi sambutan kepada murid-murid yang sangat tertib memasuki area sekolah.
Walaupun sudah lima kali Kaivan dan Daniel memasuki area sekolah elit ini, tetapi keduanya masih tetap terpukau. Bangunan warna emas dan perak itu terlihat sangat mewah.
"Buset dah!"
Daniel terhuyung ke belakang, dia meringis kecil saat bahunya disenggol kencang oleh seorang gadis berkulit putih dan tinggi.
"Aduh... maaf, ya, gue gak lihat, buru-buru soalnya," kata gadis tinggi tersebut pada Daniel.
Daniel tersenyum lebar penuh kekaguman dan tanpa sadar dia berucap, "Cantik banget."
"Hah?"
Daniel tersadar saat Riyana menepuk bahunya.
"Maaf, ya, gue udah nabrak lo, lagi buru-buru soalnya."
Sekali lagi Daniel tersenyum lalu menjawab, "Gak apa-apa kok."
Sementara Kaivan hanya diam tanpa ekspresi. Dia memperhatikan gerak-gerik orang di depannya. Gadis tinggi itu jelas seniornya, nametag di saku almamater sebelah kiri tertulis Isabella Megani Robert.
"Kalian mau ujian ya?" Gadis yang diketahui bernama Isabella itu bertanya pelan. "Semoga berhasil. Sekali lagi gue minta maaf, kalau mau minta ganti rugi lo bisa ke gedung panahan, gue biasa nongkrong di sana," ucapnya pada Daniel.
Setelahnya dia melangkah pergi meninggalkan ketiganya. Sedikit melirik ke arah Kaivan, kemudian berlalu.
Diingatnya kembali nama adik kelas berwajah dingin tadi. "Kaivandra Wolfy Galadriel?" gumamnya lalu tersenyum miring. "Menarik juga."
*****
Sama seperti ujian seleksi, kini semua murid kelas 10 dikumpulkan dalam satu ruangan besar.
Sebelumnya mereka semua sudah diperiksa dalam ruangan berbentuk tabung khusus, berjaga-jaga agar tak ada satupun murid yang curang melakukan ujian kemudian para staff akan membagikan satu kartu kecil bertuliskan nomor bangku, tujuannya untuk menghindari kekacauan seperti memperebutkan tempat duduk.
Kini semua murid kelas 10 sudah duduk rapi. Bel nyaring di seluruh KHS menggema, para guru dan dua murid juga naik ke atas podium besar di depan sana.
Kaivan tidak berniat melihat siapa-siapa saja orang-orang penting tersebut. Dia hanya menunduk memperhatikan iPad yang tertanam di atas meja. Kaivan bersedekap dada, menyipitkan mata, dia memperhatikan seluruh ruangan yang sengaja dipasang CCTV.
"Selamat pagi semuanya!" Suara dari pria botak memenuhi ruangan.
"Selamat pagi, pak!"
Jawaban antusias juga menggelegar tak tertahankan, hanya Kaivan dan beberapa murid yang malas untuk menjawab.
"Perkenalkan saya Radiata, guru di bidang fisika. Oh, ngomong-ngomong semangat untuk ujiannya, ya, karena ini menentukan kalian akan masuk faksi atau tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISAN HIGH SCHOOL
Mystery / Thriller"Apa yang kamu lihat belum tentu sama, sama apa yang kamu pikirkan. Jadi, berhati-hatilah!"