BAB 7 : PASAL-PASAL PEMBULLYAN

272 9 0
                                    

Membunuh itu menyenangkan bukan?

*****






Pagi ini awan putih membentang pada langit biru cerah, sinar matahari menerangi sempurna. Baru saja Kaivan dan Daniel memasuki gedung KHS, kerusuhan para murid langsung menjadi perhatian mereka. Terlihat semua murid berlari ke satu arah. Karena penasaran, Kaivan dan Daniel mengikuti mereka yang ternyata menuju gedung olahraga.

Mereka terus berjalan hingga sampai ke ruang gym. Ternyata sudah banyak murid yang berkumpul disana dengan ekspresi yang bermacam-macam.

"Zian!" panggil Daniel pada Ziandra yang sudah dari tadi berdiri di tengah-tengah gerombolan para murid bersama kembarannya, Zennaya.

Ziandra dan Zennaya pun mendekat.

"Ada apa ini? Kenapa rame banget?" tanya Daniel.

"Itu... ada mayat," ucap Ziandra.

Mendengar itu, Daniel dan Kaivan lantas mendekat, menerobos kerumunan hingga akhirnya mereka berdiri paling depan. Terlihat juga ada Ezlyn di sana. Kedua mata Daniel membulat sempurna melihat tubuh dua orang siswa tertancap pada tiang besi. Organ tubuh mereka berceceran di lantai. Tempat itu di dominasi bau anyir, membuat beberapa siswa merasa mual dan muntah. Garis pembatas berwarna kuning dan hitam terdapat di beberapa titik.

Kini, semua murid, guru serta staff KHS di kumpulkan di satu tempat. Tepatnya di aula. Polisi sudah datang memeriksa TKP, sedangkan reporter dan wartawan di larang masuk. Dua jasad tersebut sudah dibawa ke rumah sakit untuk di otopsi. Orang tua korban juga datang, meraung-raung atas kematian anaknya yang begitu mengenaskan.

"Jangan bilang, ini ulah lo."

Gadis yang tengah memainkan penspinning di tangannya, menoleh ke belakang.

"Kamu menuduhku?" tanyanya pada Gabriel.

"Mana tau, kan? Lo bunuh Luna, gak menutup kemungkinan kalau lo juga yang membunuh dua murid faksi afrika itu."

"Apa aku sejahat itu?"

Melihat tak ada jawaban dari cowok itu, dia kembali bersuara, "Aku memang penjahat, tapi aku bukan pembunuh dan tidak akan pernah jadi pembunuh. Kalau pun aku mau, aku tidak akan melakukannya langsung dan mengotori tanganku dengan darah yang menjijikkan itu,"

"Dan, aku beritahu lagi, aku tidak membunuh Luna. Dia mati karena bunuh dir---"

"Tapi saat itu dia masih hidup, dan lo ada di sana melihatnya. Tapi lo gak bawa dia ke rumah sakit atau minta bantuan, dan akhirnya dia mati karena kehabisan darah," potong Gabriel.

"Jadi, itu alasanmu menuduhku?"

"Mengapa seseorang bisa begitu tenang setelah menghabisi nyawa orang lain?" ucap Daniel.

"Jawabannya sama seperti ikan paus, lumba-lumba dan putri duyung yang berada di tengah laut," saut Kaivan

Pandangan Ezlyn lurus ke depan, terlihat beberapa polisi mengintrogasi beberapa siswa dan guru. Lalu beralih ke sekitar. Mata meliar. Sedikit mendongak kepala ke atas dan berhenti, menatap siswa di lantai 2.

KRISAN HIGH SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang