Pelakor

11 2 0
                                    

"Jalang sialan, lo udah rusak rumah tangga ortu gue ANJING!" Alung menjambak rambut wanita itu tanpa ampun.

Seperti orang yang kesetan, Alung terus memukul hingga mencekik Sheni sialan itu. Menyebutnya saja Alung tak ingin, Sheni seperti bakteri jahat yang jika di biarkan akan merajalela.

"STOP ALUNG!" Teriak Hendri berusaha memisahkan kedua wanita itu. Khawatir Sheni akan mati di tangan Alung.

"Jangan coba-coba untuk hentiin aku pah!" Peringatnya menatap tajam Hendri. Sorot mata yang biasanya hangat itu kini menatap Hendri dengan tatapan penuh amarah, kebencian dan kekecewaan.

Tak ada yang bisa Hendri dan orang-orang sekitar lakukan. Mereka hanya diam menonton penyiksaan yang Alung berikan pada wanita jalang itu.

Melihat Sheni sudah terkulai lemas Alung melepaskan tangannya dari leher Sheni dan membanting tubuh itu dengan keras.

"Gue kasih kesempatan lo untuk hidup, tapi jangan sampe gue liat lo lagi!" Setelah mengucapkan kata itu, Alung segera pergi menerobos kerumunan.

Di balik topi dan masker yang menutupi hampir seluruh wajah, Alung menangis. Ia merasakan sakit yang tak pernah ia rasakan seperti ini.

Hatinya sakit mengetahui bahwa papahnya, cinta pertamanya. Selingkuh dari mamahnya yang sudah menemaninya dalam susah dan senang.

Alung membawa dirinya masuk kedalam mobil miliknya, ia membuka masker dan topinya lalu melemparnya asal.

"ARGHHHHH"

Teriakan frustasi itu tak bisa Alung tahan. Ia benar-benar kecewa, ia memikirkan bagaimana perasaan mamahnya yang terus-menerus di selingkuhi oleh papahnya.

Berkali-kali Alung memukul kepalanya sendiri lalu menjedotkannya ke stir mobil hingga membuat wajahnya terluka.

"HAHH" Alung membuang nafasnya kasar, mengelap air matanya yang keluar tanpa di suruh dan terakhir ia merapihkan rambutnya yang acak-acakan.

Merasa sudah tenang, Alung menjalankan mobilnya menuju sekolah. Ia tidak peduli jika terlambat, toh yang penting ia masuk sekolah.

SMA Mahadika dimana Alung menempuh pendidikan. Di sekolah Alung cukup terkenal karena pernah berantem dengan kaka kelas saat masih kelas 10.

Alung ga terima saat kaka kelas itu mengatainya penggoda karena orang yang di sukainnya menyukai Alung yang memang kecantikannya itu di atas rata-rata.

Namun untuk sebutan itu Alung benar-benar tidak suka. Ia saja membenci penggoda, masa ia dirinya malah jadi penggoda, big no!

"Pak Mudin, bukain pintunya dong pak" Pinta Alung sembari memberi sebungkus roko kepada pak mudin.

"Neng Alung kenapa telat?" Tanya Pak Mudin lalu segera membukakan pintu gerbang.

"Kesiangan pak" Jawab Alung "Makasih ya pak udah di bukain"

"Iya neng sama-sama"

Dengan segera Alung memarkirkan mobilnya dan segera menuju kelas. Fyi ya guys, Alung ini anak kebanggan sekolah, jadi setiap Alung melanggar peraturan sekolah yang masih wajar bapak dan ibu guru biasanya memakluminya.

Seperti sekarang, Alung di beri izin untuk masuk kelas dan sama sekali tidak di marahi guru.

"Lung kenapa telat sih?. Gue kira tadi lo ga berangkat! gue chat juga ga di bales-bales" Omel Marie yang menurut Alung menyebalkan.

Kenapa sih ia harus sebangku dengan orang yang cerewet kata Marie?

"Ada urusan sebelum berangkat sekolah" Balas Alung seadanya.

"Urusan apa sih?" Tanya Marie yang membuat Alung ingin melakban mulut Marie yang ga mau diem itu.

"Jangan terlalu penasaran jadi orang. Lo tau kan privasi?" Ketus Alung membuat Marie diam dan tak bertanya lagi.

Mungkin Marie tersinggung?, namun Alung ga peduli akan hal itu. Alung hanya peduli hal yang berhubungan dengan kedamaiannya.

Siapapun yang menggangu hidup damai Alung maka ia akan menggunakan seribu satu cara untuk menyingkirkan orang tersebut.

"Alung, setelah istirahat jangan lupa kalo kamu ada bimbingan" Ujar Bu Tini mengingatkan. Karena saking sibuknya Alung terkadang anak itu lupa jika ada kelas bimbingan.

"Baik Bu"

Alung merupakan Siswi berprestasi yang seringkali memenangkan olimpiade matematika.

Bukan hanya cantik namun juga pintar, makannya banyak yang iri pada Alung yang menjadi dewi SMA Mahadika.

Tapi walaupun begitu Alung sangat sulit untuk di temui, Ia jarang keluar kelas dan lebih memilih tidur. Jika lapar maka ia akan nitip makanan ke temannya yang ingin ke kantin, atau ia biasanya membawa bekal untuk menghemat sangu.

"Lung, lo mau beli sesuatu?" Tanya Marie lirih, ia takut menatap wajah Alung yang selalu memandangnya dengan tatapan jutek

Walau sikap dan kata-kata Alung seringkali membuatnya sakit hati, tapi Marie ga bisa membenci Alung. Karena Alung sudah menyelamatkan hidupnya.

"Oke, kalo lo berubah pikiran chat gue aja ya"

Memeluk SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang