Ayen Modus

2 2 0
                                    

"Temennya Alung, Mas?" Tanya Kris ikut duduk di samping Teo yang sedang membaca buku.

"Iya, Mas. Mau belajar bareng" Balas Teo seraya tersenyum.

"Alung belajar?" Lalu tak di duga-duga Alung datang dari belakang sembari berkacak pinggan dan berseru "Dia yang minta di ajarin gue. Gue sih udah pinter"

"Heleh-heleh, sombong amat kau dek" Cibir Kris. "Lagian tumben banget kamu belajar Lung. Kan Mas heran jadinya" Lanjutnya

"Tau nih Teo, rajin banget dia" Yang di bicarakan hanya menyengir menampilkan deratan gigi rapihnya.

"Baguslah jangan seperti Alung, males" Ejek Kris "Dah lah, Mas ke dapur dulu" Pamitnya.

Lalu tinggalah Teo dan Alung berdua di meja kasir. Keduanya mulai belajar walau sedikit terganggu ketika Alung harus melayani pembeli.

Sampai tak sadar waktu menunjukan pukul 9 malam. Teo pun pamit pulang karena merasa belajarnya sudah cukup untuk hari ini.

Semakin malam, kafe semakin ramai. Alung memperhatikan cara bekerja pegawai barunya yang cukup cekatan. "Mas Kris, Pegawai baru itu namanya Datara kan?" Tanya Alung, Kalau tak salah ingat namanya adalah Datara Bumi Putri.

"Hooh, unik ya namanya. Nama anak jaman sekarang unik-unik" Ujar Kris sambil mengelap meja kasir.

"Dia kalo pulang sendiri?" Alung sebenernya sedikit khawatir, mengingat Datara ini perempuan dan harus pulang tengah malam.

"Engga, biasanya ada laki-laki yang jemput dia" Jawaban Kris membuat Alung sedikit lega. Kakanya mungkin ya?, pikir Alung.

Kini pukul 11 malam, pengunjung mulai pergi satu persatu dan kafe mulai sepi. Alung dan para staf pun mulai beres-beres sembari menunggu para pelanggan pergi semua. Terkecuali pelanggan warnet, karena warnet buka 24 jam.

"Udah selasai semua?" Tanya Alung saat memastikan sudah tidak ada pelanggan di kafenya.

Serentak Baim, Kris dan Datara bilang iya. Lalu mereka pun mulai berkemas untuk pulang. "Lung, Ra. Gue sama Baim duluan ya"

"Iya, hati-hati!" Sahut Alung. Setelah kedua pria itu pergi Alung menatap sekitar mencari laki-laki yang katanya akan menjemput Datara.

"Yang jemput kamu belum dateng?" Alung tak tahan untuk bertanya. Iya ingin pulang namun tidak bisa meninggalkan Datara sendiri.

"Belum ka. Kaka aku di telpon ga aktif" Adunya dengan suara lirih seperti ingin menangis.

Hati Alung tergerak untuk mengantar Datara pulang "Ayo gue anter pulang" Ini bukan tawaran tapi perintah sehingga Datara tidak ada kesempatan untuk menolak

Alung berjalan terlebih dahulu menuju mobil di susul oleh Datara. Setelah keduanya masuk mobil, Datara mengarahkan Alung jalan ke rumahnya yang ternyata tidak cukup jauh dari kafe.

"Kamu kelas berapa?" Tanya Alung mencairkan suasana yang hening.

"Kelas 10 ka. Aku satu sekolah sama Ayen, sekelas juga" Jawabnya. Pantas saja Ayen begitu peduli, rupanya temen sekelasnya.

"Wah bagus itu, kalo Ayen macem-macem di sekolah langsung kasih tau gue" Kata Alung di jawab anggukan oleh Datara.

"Nah, itu rumah aku ka. Yang pager hitam" Alung menghentikan mobilnya di depan rumah dengan pagar hitam tinggi. rumah satu lantai itu begitu tertutup, entah bagaimana bangunan dalamnya

"Kaka mau masuk dulu?" Tawar Datara.

Alung menggeleng "Udah malem, lain kali aja" Tolaknya halus.

"Kalo gitu aku masuk ya ka, makasih tumpangannya" Datara keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah itu.

Di sisi lain Datara yang baru saja pulang di sambut dengan kakanya yang menunggu di ruang tamu. "Kaka kenapa ga jemput Ara?" Kesal Datara.

"Tadi kaka baru mau jemput kamu, tapi kaka keduluan sama orang" Balasnya "Kamu di anter siapa tadi?" Tanyanya.

"Di anter sama anak pemilik kafe" Jawab Datara lalu duduk di samping Ata dan meminum air putih dari gelas plastik yang di sediakan untuk tamu.

"Cowo?!"

"Cewe, kaka belum pernah liat. Soalnya di abis libur gitu kata Ayen" Jelas Datara.

Ayen mengangguk "Yaudah kamu istirahat sana" Suruhnya pada Datara.

Datara oun menurut karena ia pun sudah mengantuk. "Jangan lupa bersih-bersih dulu!"

"Siap kapten"

Kini kembali lagi pada Alung. Baru saja dateng ke rumah ia di suguhkan dengan pemandangan yang membuatnya terheran.

Mamahnya duduk di sofa dengan Ayen sambil menatap ke arah makanan yang di letakkan di meja. Saking fokusnya mereka sampai tak sadar dengan kedatangan Alung.

"Kalian ngapain?" Tanya Alung membuat mereka berdua tak sadar.

"Sini deh ka" Alung menurut lalu duduk di samping mamahnya "Cobain rasanya" Titah Yuli.

Alung menyerengit, beralih menatap makanan yang tampilannya tak ada yang aneh. Bolu dengan cream strawberry. Alung menyicipi bolu itu sedikit dan rasanya pun seperti bolu.

"Enak ko?"

"Ya kan, enak?" Kata Yuli "Kamu tau ga siapa yang bikin?" Tanya Yuli di jawab gelengan.

"Tuh, Ayen yang buat" Yuli menunjuk Ayen dengan dagu. Sedangkan Ayen malah malu-malu kucing garong.

"Cih, di ajarin siapa lo?" Tanya Alung "Ga percaya gue, lo yang buat ni bolu" Imbuhnya. Bagaimana ia mau percaya coba?. Ayen ini masak indomie saja tidak bisa, malah gaya-gayaan bikin bolu.

"Yee kaka, ini Ayen beneran bikin sendiri tau. Di ajarin Ara. Imbalannya gue bolehin dia masuk kerja jam 7" Ungkap Ayen sembari menyengir tak berdosa.

"Ngapain sih ribet-ribet belajar bikin bolu? kan lebih gampang beli" Cetus Alung. Ada benarnya sih, tapi masalahnya Ayen punya maksud lain.

"Adek kamu tuh lagi beger Lung. Gitu aja ga ngerti, kelamaan jomblo sih kamu" Sindir Yuli "Udah ah, mamah mau tidur duluan. Kalian jangan tidur malem-malem" Setelah itu Yuli pergi ke kamarnya meninggalkan Alung dan Ayen.

"Sumpah gue ga ngerti apa tujuannya buat bolu sama beger?" Jujur Alung. Ga jelas banget pikirnya, masa buat bolu di sangkut pautkan sama beger?. Mana pake nyindir Alung yang ga pernah pacaran.

"Biar bisa modus ke Ara. Gue suka Ara ka!" Geram Ayen. Kakanya ini tua di umur saja tapi soal begini dia ga paham apa-apa.

"Owala. Yaudah good luck" Respon Alung. Ia menguap, menutup mulutnya dengan telapak tangan "Udah ah, gue ngantuk. Mau tidur"
Di tinggal lah Ayen sendirian di ruang tamu.

"Dasar jones" Cibir Ayen lalu pergi membereskan alat-alat yang ia pakai untuk membuat bolu.

Memeluk SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang