Laut

6 2 0
                                    

5 menit sebelum istirahat berakhir. Alung memutuskan untuk lebih cepat datang keperpustakaan untuk bimbingan.

hari ini bimbingannya di perpustakaan karena ruangan yang biasa di pakai untuk bimbingan sedang di pakai untuk rapat osis.

Alung mengambil tempat duduk di dekat jendela yang menampilkan pemandangan taman sekolah. Setelahnya ia di buat terkejut karena ada seseorang di sampingnya yang ikut duduk.

"Hallo ka, aku Teo yang bakal jadi penerus kaka untuk olimpiade matematika" Katanya memperkenalkan diri

"Baguslah. Semoga berhasil" Sahut Alung datar, bahkan nada bicaranya seperti merendahkan padahal Alung benar-benar memberi semangat.

Namun yang terjadi malah hati Teo berdetak kencang tak karuan saat sapaannya di balas panutannya.

"Aku pasti akan berusaha, biar bisa kaya kaka!" Semangat begitu mengebu membuat Alung sedikit tersenyum. Mirip seseorang, pikirnya.

"Eh ada apa ini?, kenapa kamu begitu semangaat Teo?" Tanya guru pembimbing yang baru saja sampai.

Teo tersenyum lebar "Saya baru saja di beri semangat oleh ka Alung, bu" Balasnya. Guru itu menanggapinya dengan tersenyum.

"Baiklah sekarang kita mulai bimbingan, Teo untuk tiga bulan kedepannya sebelum perlombaan, Alung akan membantu kamu belajar di luar jam bimbingan"

"Karena masih banyak yang harus kamu pelajari untuk mendapat juara" Jelasnya yang membuat Teo senang namun di sisi lain Alung merasa terbebani, namun tidak bisa menolak.

"Setiap malam rabu dan sabtu, kamu datang ke kafe teratai" Titah Alung sambil menatap lawan bicaranya yang salting karena di tatap olehnya.

"Bolehkah tambah hari belajar?" Kata Teo malu-malu.

Alung menyerengit, tidak apa sih sebenernya. Bagus kalo ada anak rajin seperti Teo. Namun masalahnya ada di dirinya, ia tidak terlalu suka belajar di luar jam sekolah karena menurutnya itu adalah waktu untuk otaknya istirahat.

"Nak, maaf ibu harus pergi dulu sebentar, kalian coba kerjakan dulu soal-soal di kertas itu" Pintanya lalu pergi.

Alung dan Teo menatap kepergian gurunya sampai tak terlihat. "Jadi, gimana ka?" Alung menoleh sambil berfikir "Oke tambahan di malam minggu" Putus Alung.

"Emang kaka ga ada malem mingguan sama cowo kaka?" Tanya Teo membuat Alung ingin sekali menyumpal mulut anak itu dengan kertas.

"Ga!"

Setelahnya Alung mulai mengerjakan soal-soal yang gurunya berikan dengan fokus, ia bahkan sampai mengabaikan Teo yang terus mengajaknya mengobrol.

30 menit, 40 menit hingga 2 jam lamanya tak terasa. Alung sudah selesai mengerjakan tugasnya, beralih melihat ke Teo yang masih mengerjakan soalnya.

Alung sama sekali tidak berniat membantu, dan pergi meninggalkan Teo bersama bu guru yang kembali setelah 20 menit pergi.

"Bu, air mineralnya satu" Ucap Alung kepada penjual minuman di kantin.

Setelah mendapat apa yang ia mau, ia kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Sebenarnya boleh saja ia tidak ikut belajar, tapi Alung tidak mau menggunakan kesempatan itu untuk bermalas-malasan.

"Udah beres Lung?" Tanya Marie

"Kalo belum beres, gue ga akan ada di sini" Jawab Alung jutek.

Sebenernya ada alasan mengapa Alung bersikap seperti itu kepada Marie. Ia sebenernya sangat menyukai Marie yang baik hati, namun ia tidak ingin mempercayai siapa-siapa lagi mengingat papahnya orang terdekatnya saja bisa berhianat.

Memeluk SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang