Felix terbangun pagi itu, sesaat matanya menelusuri keberadaan jam dinding dan menyadari tidak ada apapun hiasan kecuali lukisan yang sedikit berdebu. Felix beranjak perlahan dari tempat tidurnya dan melihat tirai jendela yang terbuka dari semalam.
Felix berjalan ke kamar mandi, membuka knop pintuCklek.
Dia menguncinya.
Sementara Minho masih setia menatapnya dari sudut ruangan yang tertutup tirai.
Air dingin menusuk telapak kaki felix, belum ada satu hari dia berada di rumah hyunjin namun seribu pertanyaan membuat benaknya tidak nyaman. Bahkan saat ini, dia hanya berdiri melamun menatap cermin. Menciptakan bayangannya yang berembun.
Felix sedang berpikir bagaimana cara berpamitan untuk pulang sementara dia sudah berpamitan kepada Seungmin akan berlibur dalam jangka waktu lama.Pasti Seungmin akan mengoloknya habis-habisan karena kebiasannya yang tidak betah dalam situasi tertentu.
Ia melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan diri juga mencuci pakaian yang ia kenakan.
Dan felix menyadari.
"Astaga aku lupa mengambil handuk" ucapnya panik.
"Oh tuhan, apakah disini tidak ada handuk juga?"
Ucapnya putus asa.Manik matanya melihat sekeliling, dan ia menemukan kemeja putih yang tergantung di sebelah pintu kamar mandi. Tanpa berpikir panjang felix memakaikan kain berbahan satin yang sedikit kebesaran tersebut. Lalu mengancingkan hanya setengah dari bawah. Menggantung dan mengekspos keindahan pundak kiri felix.
"Ini tidak buruk juga" ucapnya pelan.
Felix keluar dan menyadari tirai jendelanya tertutup. Tetapi, sejak kapan?
"Apa aku salah sangka?" Gumamnya.
Felix berjalan mengendap dengan telapak kakinya yang masih basah menimbulkan bekas samar di lantai. Jantungnya berdegup kencang. Mencoba menetralkan antara otak dengan ketakutannya.
Bisa jadi karena angin?
Felix menyibak tirai yang pemandangannya langsung terhubung ke pepohonan. Ia mengintip sedikit saja.
Dia melihat pria bersurai cokelat karamel yang terlihat sedang menendangi bebatuan. Sosok itu membelakangi felix, dengan kedua tangan dimasukkan ke dua saku celananya. Felix mengenyit, dipastikan itu bukan hyunjin karena semalam hyunjin menemuinya sebentar.
Lagipula warna rambut hyunjin, hitam bukan?
Felix semakin penasaran dan membuka tirai menjadi setengah. Pria itu berjalan lurus ke hutan, sebelum akhirnya pria itu menoleh dan menatap ke arah felix.
Felix memiringkan kepala dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal, sejujurnya pikiran felix masih didalam dunianya sendiri. Hingga akhirnya dia sadar sosok yang dia tatap dari kejauhan itu tersenyum simpul kepadanya.
Jantung felix sangat berdebar dan mulutnya serasa terbungkam. Aliran darahnya seolah terhenti, pria itu.
Melihatnya.Felix seketika bersembunyi. Menempelkan tubuhnya ke dinding dan berjalan miring perlahan mendekat ke ranjang. Nafasnya terengal. Dia takut dianggap penguntit. Tetapi dia akui, sosok tadi senyumnya sungguh mempesona.
Sungguh, felix tidak sengaja.
Ditengah kepanikan tersebut. Felix akhirnya tersadar, dia belum menemukan koper miliknya semenjak kemarin. Juga handphone felix yang entah dimana. Felix membuka lemari dan tidak menemukan apa-apa. Lemari itu bahkan nampak sarang laba-laba sedikit.
"Aku harus menemui hyunjin"
"Tetapi tidak dengan pakaian seperti ini kan?"
Felix bermonolog didepan cermin. Bahkan ia hanya memakai kemeja putih tanpa celana. Ia menepuk dahinya sendiri. Kebodohan yang tidak bisa ditolerir setiap harinya. Ia berjalan kesana kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
eternity - minlix
Fantasykehidupan abadi minho yang mencintai felix yang terus bereinkarnasi hingga sekarang minho tidak tahu bahwa felix terlahir sebagai laki-laki. hwang hyunjin, keponakan minho yang bersedia membantu keterpurukan pamannya rela menjadi tameng namun itu b...