where were you when i needed you the most?

33 3 2
                                    

luffy mengentak-entakkan kakinya dengan gugup.

sepuluh menit telah berlalu sejak sabo memberitahunya bahwa ayah mereka sedang dalam perjalanan.

benar. hari ini adalah hari yang ia janjikan kepada sang ayah.

hari ini, untuk pertama kalinya dalam 28 tahun, ia akan bertemu ayahnya. orang yang sama yang mencampakkannya ketika ia baru berusia dua tahun.

luffy tidak tahu apa yang diinginkan ayahnya.

ia tak mengerti mengapa seseorang yang bahkan tidak menghadiri pernikahan dua anak sulungnya itu bersikeras ingin bertemu dengannya — bahkan mengikutinya ke tempat kerja.

dengan detak jantung yang tidak beraturan, luffy mencoba bersandar pada sofa yang tiba-tiba terasa begitu luas.

manik gelapnya terus melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga lewat tiga belas. sabo sempat menyebutkan bahwa pria paruh baya itu akan tiba sebelum setengah empat.

pada akhirnya, luffy menutup matanya sambil mencoba mengatur apa yang ingin ia katakan dan tanyakan.

apa yang terjadi?

mengapa terjadi?

kapan itu terjadi?

bagaimana itu bisa terjadi?

luffy terus menata isi kepalanya yang berantakan sambil membayangkan jawaban seperti apa yang akan ia terima.

pemilik surai gelap itu tak bergerak sedikit pun dari posisinya, hingga suara bel berbunyi membuatnya terlonjak kaget.

luffy bangkit dari sofa, tapi tubuhnya tiba-tiba membeku.

ia mengepalkan tangannya dan mengembuskan napas pendek. bel berbunyi sekali lagi dan ia segera berjalan menuju pintu.

begitu pintu terbuka, matanya langsung bertemu dengan pria paruh baya yang sedang tersenyum kikuk. ayahnya.

jika luffy mengingatnya dengan benar, penampilannya tidak banyak berubah. hanya saja, kini garis-garis halus dan kerutan menghiasi wajah rupawannya. ace jelas mewarisi paras tampan itu darinya. luffy juga bisa melihat beberapa helai putih di antara surai hitamnya.

tak hanya luffy, pria paruh baya itu juga mengambil waktunya untuk mengamati penampilan sang putra bungsu yang sudah 28 tahun tidak ia temui.

semua fitur wajahnya mengingatkannya pada mantan istrinya. sejak kecil, luffy memang lebih mirip ibunya. ia mewarisi hampir seluruh penampilan fisiknya.

tiba-tiba, rasa sakit yang menusuk melanda hatinya. ia tak menyangka anak yang ditinggalkannya itu telah tumbuh menjadi pria dewasa yang mapan. dan ia hanya bisa berdeham pelan sambil memalingkan muka saat matanya mulai memanas.

dehaman itu menyadarkan luffy dan ia segera menjauh dari pintu untuk mempersilakan sang ayah masuk ke apartemennya.

begitu pintu tertutup rapat, luffy berjalan terlebih dahulu untuk mengarahkannya ke sofa di ruang tengah.

setelah memastikan ayahnya sudah duduk nyaman di sofa, ia memberanikan diri bertanya.

"mau minum apa?"

"ayah minum air putih saja. terima kasih."

luffy segera pergi ke dapur untuk mengambil segelas air, lalu kembali dan menaruhnya di atas meja — tepat di depan sang ayah. selanjutnya, ia duduk di sofa yang berseberangan.

pria paruh baya itu mengucapkan terima kasih dan mengambil beberapa tegukan sebelum meletakkan gelasnya kembali di atas meja.

ia tampak menarik napas dalam-dalam untuk mulai berbicara. "apa kabar, luffy?"

you were my yes, but i was your maybe.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang