-HADIAH KECIL-
Sorotnya menatap tajam, menukik dan siap untuk mencekik. Semua urat pada tubuhnya tercetak jelas seiring dengan basah keringatnya yang mengucur deras.
Pria bermata hitam pekat itu bak sedang dirasuki oleh iblis penghancur.
"Arghhhh!!"
Geramannya menggema seiring dengan suara seruan yang membuncahkan gairahnya. Mengabaikan tetesan darah yang telah mengucur di berbagai sudut wajah dan tubuhnya.
Namun meski begitu, paras tampan tetap melekat sempurna membingkai wajah yang memiliki garis yang sempurna. Seolah luka yang kini bersarang pada wajahnya tak berarti apa-apa.
Sorakan penonton di podium begitu sangat membakar semangatnya. Seakan menghipnotis kewarasannya. Membawanya pada kabut hasrat kemenangan yang terbumbung sangat tinggi.
Tubuhnya terpelanting dan lalu dalam sekejap berubah membanting. Menghantam dan dihantam seakan itu hanyalah gurauan semata. Melupakan akan siapa dirinya yang sebenarnya.
Pangkatnya, jabatannya bukanlah suatu hal yang bisa dijadikan lelucon di sini. Tapi entahlah~ hanya perkara sebuah hadiah kecil ia rela untuk melakukan hal yang kelewat konyol yang bahkan nyawanya pun dapat melayang kapan saja.
"Hentikan itu! Atau tuan kita akan mati!" Suara cemas itu terdengar begitu sangat jelas dari pengawal bernama Bangchan. Dia dikirim oleh oleh ayah Jungkook untuk mengawal secara pribadi. Bangchan adalah pengawal terbaik di istana. Bukan pengawal yang berteman baik seperti Yoongi dan Jimin.
Namun kecemasan Bangchan, berbeda dengan lawan bicaranya yang terlihat santai bahkan terkesan sangat menikmati pertarungan hidup dan mati itu.
Ini adalah tontonan yang langka baginya, jadi tak ada alasan untuk tidak menikmati di setiap detik pertunjukan.
"Diam saja bodoh! Dan nikmati saja pertunjukkan hebat dan juga langka ini." Jimin melirik ke arah Bangchan yang tengah berdiri tak tenang bak cacing kepanasan. Terus menggoyang nggoyangkan tubuhnya gelisah. Rasanya ingin sekali ia melompat dan menghambur dalam pertarungan, menggantikan tuannya.
Jungkook memanglah penghancur. Dia itu iblis berwujud manusia. Dan orang terdekatnya tak perlu heran lagi untuk itu semua. Tapi pertarungan kali ini benar-benar terasa berbeda. Kobaran amarah Jungkook juga turut menyulut gairah Jimin untuk kemenangan Jungkook.
"Kepala kita bisa melayang BANGSAT! Jika sampai tuan kita mati di arena pertarungan ini!" Bangchan balas mencibir Jimin yang kelewat tenang sembari memakan kacang rebusnya menonton tuannya yang sedang sekarat di tengah arena. Ini sudah di luar batas. Pantas saja jika ayah Jungkook mengirimnya. Ternyata pengawal yang dibawa Jungkook semuanya payah.
"Duduk saja dan makan ini!" Jimin menarik lengan Bangchan dengan kasar dan lalu menyumpalkan segenggam kacang rebusnya yang masih terbungkus kulit. Membuat pria yang berpostur tinggi besar itu memekik tidak terima sembari menyemburkan keluar kacang yang sesaat lalu menyumpal mulutnya.
Plak
Plak
Aduhhh/
Suara mengaduh serentak terlontar secara bersamaan dari mulut Jimin dan Bangchan. Mirip seperti paduan suara yang sudah terlatih apik. Mereka berdua reflek menoleh secara bersamaan sembari mengelus kepala bagian belakang masing-masing. Sempat melotot meski pada akhirnya semua nyali menjadi menciut.
"Apa!" Delik sang pelaku yang justru malah memberikan protesnya ketimbang mendapatkan protes.
"Sakit Yoon...." Jimin kembali menatap focus ke depan sembari merengut kesal sebab telah menjadi korban kekerasan. Terkadang Jimin begitu sangat serius sekali memikirkan satu pria ini. Begitu dingin dan angkuh, seolah susah untuk direngkuh. Tapi kenyataan selalu menampar pemikiran pesimisnya. Pria yang terlihat sangat tenang di tempat duduknya, menonton dengan seksama sembari bersendekap, adalah pria terlembut dan terhangat yang pernah Jimin temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HIDDEN QUEEN
FanfictionCerita lengkapnya tersedia dalam versi pdf berbayar Silahkan hubungi 085713568681 jika berminat meminang pdf nya