07 : Tersesat di Hutan Ilusi

188 23 2
                                    

Dalam tidurnya, Li Lian Hua bisa merasakan pemuda itu pergi. Dia terbangun dan mendengar bisikan angin. Saat itu menjelang fajar. Cahaya terlihat begitu samar, hawa terasa dingin menyejukkan, nyaris membekukan. Ujung-ujung sinar matahari mulai menyebar, kilau merah keemasan memantul di butiran embun yang memberati pucuk-pucuk rerumputan.

Li Lian Hua bangkit berdiri dan memutar pandang. Tiada siapa pun di sekitarnya. Suara kicau burung melayang samar terbawa angin dari balik rimbunan pepohonan.

Dia menggigil sejenak sebelum mulai berjalan lambat-lambat meninggalkan tempat itu.

Apa yang kulakukan di sini?

Dia menghela nafas panjang, memenuhi paru-parunya dengan udara pagi yang segar. Pucuk-pucuk dedaunan masih basah oleh sisa hujan semalam, dan rerumputan terasa dingin di kakinya.

Bukannya menemani Fang Duobing serta melindungi bunga langka itu, aku malah terdampar di antah berantah menemani seorang pemuda misterius yang kini hilang entah ke mana. Astaga ...

Langkahnya terasa sangat ringan, dan lebih cepat dari biasanya. Seolah angin membawanya terbang. Li Lian Hua tiba di tepi hutan dan langsung melihat pondok kayu Wang Yan di kejauhan. Dilihatnya pria itu menepuk-nepuk sisi badan kuda hitam miliknya yang dinaiki oleh seorang pemuda berjubah putih.

Dia adalah Fang Duobing, dan sepertinya bersiap untuk pergi di pagi buta. Li Lian Hua terkesiap. Apakah tuan muda Balai Tianji itu akan melanjutkan perjalanan ke ibukota tanpa dirinya?

*****

Fang Duobing mengikat kuat tas kain berisi bunga langka di pinggangnya. Cukup kuat untuk tidak terjatuh kala diguncang sepanjang perjalanan berkuda. Wajahnya sedikit pucat di pagi yang dingin ini. Dia melewati malam yang gelisah di hutan gunung Qingyun, di pondok orang asing baik hati, dengan cuaca buruk sepanjang malam serta benak yang dipenuhi oleh penggalan-penggalan cerita dari masa lalu. Kisah geng Jinyuan, kelompok bandit pimpinan Di Feisheng yang tercerai berai. Tidak aneh jika mereka tidak bisa tidur dengan benar. Lebih buruk lagi, Li Lian Hua tidak juga menunjukkan diri.

"Kau yakin harus sepagi ini?" tanya Wang Yan, berdiri di samping kuda yang dia pinjamkan pada Fang Duobing. Tatapannya menyapu perbukitan kelabu di kejauhan yang disaput kabut keabuan.

"Akan butuh waktu setengah hari lagi untuk tiba di ibu kota," Fang Duobing menjawab dengan senyum letih yang dipaksakan.

"Bagaimana dengan seniormu?"

Fang Duobing menghela nafas. Seketika raut wajahnya dihinggapi kebingungan. Sesungguhnya ia terbelit dilema. Tidak mungkin baginya terus menunda amanat untuk menyerahkan bunga langka itu, di sisi lain, pergi tanpa Li Lian Hua juga bukan pilihan yang baik.

"Dia ..." Fang Duobing terbata-bata. Rasa bingung perlahan berganti khawatir.
"Dia akan baik-baik saja. Senior Li mungkin belum menemukan pondok ini."

"Mengapa tidak menunggu sebentar lagi? Kita bisa minum teh, dan kita juga belum makan."

"Tidak perlu merepotkanmu lebih banyak lagi," tukas Fang Duobing. Ekspresinya jelas tidak setuju.

"Aku tidak merasa direpotkan. Justru aku senang bisa bertemu orang baru yang berbudi dan bersedia mendengarkan ceritaku."

Fang Duobing menanggapi dengan senyum.

"Aku menghargai ketulusanmu, Paman. Tapi aku tidak bisa membuang waktu. Aku sangat yakin senior akan segera menyusul. Jika Paman bertemu dengannya, katakan bahwa aku menunggu di ibu kota, tidak akan jauh dari istana raja."

𝐅𝐨𝐫𝐞𝐬𝐭 𝐨𝐟 𝐈𝐥𝐮𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang