026

36 3 0
                                    

Siswa - siswi berbondong - bondong menerobos gerbang besar Cakrawala, waktu yang terus berjalan membuat mereka terburu - buru agar tidak ketinggalan kelas pagi hari ini. Namun, lain halnya dengan Reyvaska. Mereka terlihat seolah tak peduli apa yang terjadi, kini mereka tengah bersantai di rooftop, lengkap dengan batang nikotin serta vape di genggaman mereka.

Brakk...

Mendengar kegaduhan di bawah sana membuat mereka mengalihkan atensi pada gadis - gadis yang tengah berulah dan beradu mulut dengan satpam sekolah, yang tak lain adalah Aodra.

"Buset anying, gerbangnya di terobos lagi" celetuk Mahesa.

"Bugatti anjir yang nerjang, untung cuma lecet kaga penyok" tambah Erlian.

"Dasar cewe pecicilan, ga mikir dampak" ujar Darren selaku ketos.

Saat yang lain tengah mengoceh sebal, berbeda dengan Nathan yang menatap mereka dengan netra yang tak bisa di tebak.

"YaAllah gusti, mbok ya ngomong to kalau mau masuk, ntar tak bukain. Ini malah diterjang lagi ya gusti" ujar satpam teramat lelah.

"Hehe peace pak, abisnya bapak lelet si" celetuk Arta kelewat santai.

"Ya ngga gitu to neng, kalian ini yang nabrak gerbang tempo lalu itu kan? Ini baru bener ditabrak lagi, mbok yo kalau ngehobi jangan nerjang gerbang to" tambah satpam itu lagi.

"Sorry ya pak buat hari ini dan yang lalu, tar kita ganti kok trus ini bentar lagi pasti dipanggil buat jalanin hukuman, jadi udahan ya ngocehnya" ujar Zea jengah.

"Yowes, masuk neng nanti malah di tambah hukumannya"

"PANGGILAN DI TUJUKAN PADA PELAKU YANG MENABRAK GERBANG CAKRAWALA, SAYA TUNGGU SEKARANG JUGA"

Suara terbalut emosi terdengar menggema, dengan langkah malas mereka menuju ke ruang bk untuk menyelesaikan masalah yang mereka buat.

Cklekk..

"Hai bapak, hehe udah lama ga jumpa" sapa Arta.

Pak Bejo menatap keempat gadis di depannya dengan tatapan menusuk.

"Kalian ini sudah berapa kali membuat masalah di Cakrawala, saya sudah cape dan pusing karena tingkah kalian, hukuman dari yang sulit ke yang tersulit sudah saya beri masih tidak kapok juga. Kalian kapan mau insyaf hah? Sepertinya harus dicarikan pawang dulu biar anteng, tapi sepertinya tidak ada yang mau karena tingkah pecicilan kalian." ujar pak Bejo panjang lebar.

"Eitss jangan salah pak, gini - gini yg confess ke kita banyak ye sori - sori" jawab Arta.

"Lalu kenapa tidak merespon? Kalian ini seperti gengnya Nathan, sama - sama biang masalah. Berjodoh sajalah kalian" ujar pak Bejo.

"Makin jauh aja pembahasan bapak, cepetan bilang hukumannya apa pak, udah males ini" celetuk Aletta.

"Yang manusiawi ya pak tapi" Zea request.

"Nawar saja kamu bisanya, keliling lapangan Cakra 5 putaran, setelah itu sapu daun daun yang sudah mulai luruh di halaman"

"Anj— yang bener aja pak, metong bisa bisa" celetuk Arta.

"Protes saja terus, pilih itu apa saya suruh kalian rakit kembali gerbang yang sudah terpecah itu pakai nasi" ujar pak Bejo.

"Nambah gila" gumam Sofia.

"Iya pak iya, laksanakan" timbrung Zea.

Kini mereka keluar dari ruangan pengap milik pak Bejo, sepanjang jalan hanya wajah kusut yang nampak.

"Lari cepet, saya pantau dari sini"

"Pantek anjing" geram Arta.

Kini mereka berempat mulai mengelilingi lapangan Cakra yang terbilang sangat luas, putaran pertama masih aman, di lanjut dengan putaran kedua yang mulai menguras nafas, putaran ketiga yang sudah membuat nafas terengah - engah, meski begitu mereka tetap melanjutkan hukuman sampai selesai walau terasa melayang.

AODRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang