Part 06

148 8 0
                                    

Amel menatap pada rumah yang ada di depannya sekarang. Rumah yang berdiri kokoh dan sangat megah sekali. Amel menelan salivanya kasar. Benar apa yang dikatakan oleh para karyawan yang ada di perusahaan. Rumah orang tua Hansel sangat megah dan besar sekali. Ini setara dengan sebuah istana. Amel merasa tak pantas menginjakkan kakinya di sini. Walau pakaian yang dipakai olehnya sekarang harganya hampir seratus juta. Tetap saja pakaian ini juga dibelikan oleh Hansel untuk dirinya.

"Kenapa kau diam saja?"

Amel menatap pada Hansel yang menatap tajam padanya. Amel menggeleng. "Pak Hansel. Saya rasanya tak pantas untuk menginjakkan kaki di sini." Amel menatap pada kakinya dan lantai. Ia hampir sampai di depan pintu rumah orang tua Hansel.

"Jangan lebay! Lagian kau akan menikah denganku. Maka rumah ini dalam setahun ke depan akan sering kau kunjungi. Kenal dekat dengan ibuku untuk sementara. Agar tidak ada yang curiga kalau pernikahan ini hanya pura-pura saling mencintai untuk menutupi skandal yang diciptakan oleh para wanita sialan itu."

Amel mengangguk, tangannya ditarik oleh Hansel, sehingga Amel kini berjalan mengikuti Hansel masuk ke dalam rumah orang tua Hansel. Di dalam rumah lebih menakjubkan. Amel sampai tidak bisa untuk menutup mulutnya melihat betapa menakjubkan rumah yang ada di depannya sekarang.

"Pak, ini sungguh rumah?" tanya Amel, menatap Hansel dengan tatapan masih takjub pada rumah yang ada di depannya ini.

"Ya, ini rumah. Memangnya kau kira apa hah?" tanya Hansel sinis, kembali menarik tangan Amel. Membawa gadis itu masuk ke dalam ruang makan. Di sana. Sudah ada orang tua Hansel dan satu orang gadis yang tidak diketahui oleh Amel siapa.

"Ma, Pa. Ini Amel. Calon istri Hansel!" ucap Hansel.

Jefian dan Teresa langsung berdiri. Keduanya menatap Amel lalu menatap pada Hansel. "Kau akan menikah dengan Amel?" tanya Teresa terkejut. Tidak menyangka anaknya akan memilih untuk menikah dengan Amel—sekretaris putranya di perusahaan.

"Ya. Ada salah? Amel cantik dan seksi. Sesuailah dijadikan istri. Juga dia penurut," jawab Hansel, lalu duduk di samping gadis yang duduk di dengan tenang sambil memainkan ponselnya.

"Kapan kau pulang?" tanya Hansel menatap pada adiknya—Hara.

"Tadi. Gara-gara kau! Au terpaksa pulang kemari. Mendengar kabarmu yang membuat ulah dan akan segera menikah. Kau tidak bisa memberikan sogokan pada wanita-wanita itu atau setelah melakukannya langsung saja kau bunuh. Merepotkan saja!" decak Hana.

Hansel tertawa kecil. "Kau memang selalu emosi. Aku lupa melakukan itu. Lain kali aku akan melakukannya." Hansel menatap sinis pada Amel.

Tubuh Amel menegang melihat Hansel menatapnya dengan tatapan tajam sekarang. Seolah akan membunuh dirinya dalam hitungan detik. Amel menelan salivanya. Lalu matanya menatap pada pria paruh baya yang duduk dengan tenang menatap padanya. Setelah berdiri sejenak melihat kedatangannya tadi.

"Teresa! Lebih baik kau suruh Amel untuk duduk dulu. Kalau memang Amel menjadi pilihan Hansel untuk menikah. Maka kita akan membicarakan pernikahan ini. Aku tidak bisa menundanya, kau tahu keluarga besar kita sudah mengatakan hal yang tak baik pada kita. Semuanya karena perbuatan anakmu itu!" ucap Jefian menatap tajam Hansel yang duduk dengan tenang sambil memakan buah anggur.

Hansel tidak tersingung dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Masa bodoh. Yang terpenting bagi Hansel adalah. Dia sudah menemukan wanita yang akan dinikahi oleh dirinya. Ayahnya tidak perlu memasang urat datang ke perusahaannya lagi, lalu mengatakan menyuruh Hansel untuk segera menikah.

"Ayo, duduk." Teresa berkata datar.

Amel mengangguk kaku. Keluarga di depannya sekarang terlihat tidak senang padanya. Hansel sudah jelas. Pria itu sudah sering membentak dirinya dan berkata hal-hal menyakitkan pada dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CEO's Paid WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang