BAB 03

128 8 0
                                    

Amel berlari di lorong rumah sakit ketika mengetahui keadaan ayahnya yang semakin memburuk. Penyakit ginjal.

Ayahnya memerlukan donor ginjal, dan mereka sudah menemukan yang cocok dan biaya yang harus dikeluarkan oleh Amel sebanyak tiga ratus tiga puluh juta. Dan itu masih biaya sementara, belum biaya dirawat di rumah sakit dan obat yang dibutuhkan juga obat mahal.

“Indra! Bagaimana keadaan Bapak?” tanya Amel, menatap pada adiknya yang berdiri menatap pada Amel.

Indra—lelaki yang masih sekolah di Sekolah Menengah Atas. Menatap pada kakaknya, lalu menggeleng pelan. “Bapak harus operasi sekarang, Kak. Uangnya udah ada?” tanya Indra.

Amel mendengar itu langsung bungkam. Hanya satu. Terima tawaran dari atasannya untuk menikah dengannya. Menyerahkan keperawanannya juga untuk pria itu nantinya. Tidak boleh ada perasaan cinta juga hamil di dalam pernikahan itu. Amel harus siap dengan keputusan yang diambil oleh dirinya sekarang.

“Ada Ndra! Tunggu sebentar ya!” ucap Amel menjauh dari sana. Lalu mengeluarkan ponselnya, menelepon atasannya. Panggilan Amel langsung dijawab oleh Hansel.

“Pak Hansel! Saya terima! Saya minta uangnya dikirimkan sekarang Pak. Saya butuh sekarang. Saya akan menemui Bapak satu jam lagi. Terima kasih Pak.” Amel mematikan sambungan telepon dirinya dengan atasannya.

Amel menatap uang yang masuk ke dalam rekeningnya sebanyak tujuh ratus juta. Amel terkejut, padahal Amel hanya membutuhkan uang sebanyak tiga ratus lima puluh juta. Amel segera berlari menuju bagian administrasi mengurus biaya operasi ayahnya. Ia berharap ayahnya selamat dan tidak terjadi sesuatu yang buruk pada ayahnya.

“Pak. Bapak harus sembuh, semua ini Amel lakukan demi Bapak.” Ucap Amel bergumam. Setelahnya Amel kembali ke tempat adik dan ibunya.

“Bu. Indra. Bapak sudah bisa operasi sekarang,” ucap Amel tersenyum, membuat dua orang itu langsung memeluk Amel dan menangis di dalam pelukan Amel. Amel melepaskan pelukan Indra dan sang ibu. Amel tersenyum manis pada keduanya, menghapus air mata mereka penuh kelembutan.

“Amel harus pergi dulu Bu. Nanti kabarin tentang Bapak ya.” Ucap Amel diangguki oleh Ibu dan Indra.

Amel harus menemui Hansel. Pria itu sudah menunggu dirinya di salah satu kamar hotel. Hari ini hari minggu. Tadi Amel sedang berada di tempat temannya, ketika Indra tiba-tiba menelepon Amel mengatakan Bapak kritis dan harus dioperasi sekarang.
Amel langsung berlari ke rumah sakit menemui keluarganya. Sekarang. Amel berada di hotel tempat dia berkunjung malam itu. Bedanya sekarang kakinya melangkah masuk menuju kamar paling atas di hotel ini. Kamar yang sudah disebutkan oleh Hansel.

Langkah kaki Amel semakin memberat masuk ke dalam hotel. Jantung Amel berdegup kencang. Menatap pintu kamar hotel yang ada di depannya sekarang. Tangan Amel bergetar mengetuk pintu kamar hotel yang langsung terbuka.
Napas Amel tercekat ketika mendapati Hansel bertelanjang dada di depannya, lalu mata Amel melirik ke dalam kamar hotel. Menemukan seorang wanita yang memakai kembali pakaiannya. Memeluk Hansel di depan mata Amel.

Belum menikah. Amel sudah melihat kelakuan dari Hansel. Bagaimana bejatnya pria itu, tidak akan puas menahan hasratnya sendiri.

“Kau boleh pergi sayang. Saya sudah mengirimkan uang ke rekeningmu. Kau memuaskan,” puji Hansel menyeringai, setelahnya menarik tangan Amel masuk dan menutup pintu kamar itu setelah wanita itu pergi.

Hansel duduk dengan sombong menatap Amel dengan tatapan tajam, seolah menelanjangi Amel sekarang. Amel menelan salivanya memberanikan diri untuk duduk di depan atasannya. Yang mana bagian depan tubuh Hansel masih terbuka. Dan Hansel tidak berusaha untuk menutupinya.

“Jadi, kau sudah mau menikah denganku? Pernikahan ini memang asli. Secara agama. Namun kau tahu, kau itu hanya menjadi istri bayaran di sini. Saya mau kau melayaniku juga di sini. Uang yang aku berikan untuk dirimu, cukup untuk membayar tubuhmu Amel.”

Ucapan penuh hinaan diterima oleh Amel. Membuat tangan Amel terkepal kuat. Kalau bukan terdesak membutuhkan uang. Amel tidak akan pernah merendahkan dirinya, menjadi istri bayaran dan memainkan sebuah pernikahan sakral ini.

“Saya tahu Pak Hansel. Saya sudah menerima uang yang anda kirimkan pada saya. Jadi, kapan-

-Wah! Sabar sayang! Kau tampak sangat tidak sabaran sekali. Kapan menikah? Bertemu dulu dengan keluargaku. Saya akan membawamu ke sana tiga hari lagi. Bagaimana? Lebih cepat lebih baik bukan. Untuk memulihkan nama baik Locanno.” Hansel memotong ucapan Amel.

Mengambil gelas sampanye dan meminum isinya. Hansel mengerutkan kening merasakan sampanye yang diminum olehnya. Matanya menelusuri tubuh Amel yang duduk di depannya. Pakaian Amel tampak ketat dan sangat pas di tubuh gadis itu.

“Kau seksi ternyata. Kemana saja saya tidak pernah melihat dirimu yang seksi ini?” tanya Hansel memainkan gelas sampanye sambil menjilat bibirnya.

Amel yang duduk menunduk mendengar semua perkataan yang penuh pujian dalam artian bisa menjadi hinaan untuk dirinya. Amel salah memilih pakaian. Ini dia memakai pakaian temannya, yang memang sempit di tubuhnya. Sehingga membuat tubuhnya terlihat berlekuk.

“Kenapa diam saja? Kau tidak mau menanyakan hal lain lagi?” tanya Hansel, matanya masih berusaha menelenjangi Amel melalui tatapannya yang begitu tajam dan datar.

Amel mendongak. “Pak Hansel, saya mau bertanya. Bagaimana kalau suatu saat saya hamil?” tubuh Amel rasanya bergetar, menanyakan hal pantangan yang dikatakan oleh Hansel kemarin. Melarang Amel untuk hamil.

“Gugurkan! Saya tidak mau memiliki anak Amel. Walau ibu saya sangat ingin memiliki cucu, tapi saya benci anak kecil.”

Ucapan tegas dari pria itu membuat Amel mengangguk. Apakah Amel tega membunuh janinnya sendiri suatu saat nanti. Kalau dia hamil. Kalau tidak ada hubungan intim di pernikahan ini, maka Amel yakin ia tidak akan hamil. Tapi— Amel adalah pihak yang cukup menerima semua dikatakan oleh Hansel.

“Pulanglah. Kau harus ke rumah sakit bukan? Sampai bertemu besok pagi di perusahaan Amel. Ah! Untuk kerja. Terserah dirimu masih mau bekerja di perusahaan atau tidak. Dan satu lagi, saya di sini memegang kendali Amel.

Jangan sekali kau mencoba untuk membantahku. Atau kau akan tahu akibatnya. Ayahmu yang sedang operasi bisa saya buat menemui Tuhan, kalau kau berani macam-macam dan membangkang!” ucap Hansel mengancam Amel.

Amel mendengarnya merasakan tubuhnya menegang. Apakah Amel telah salah mengambil keputusan? Amel terjebak masuk ke dalam hidup Hansel Locanno seorang iblis tampan menjabat sebagai CEO sekaligus atasannya.
Dengan kaki bergetar Amel berdiri. Lalu membungkuk sopan. “Ba-baik Pak Hansel.” Ucapnya terbata, keluar dari dalam kamar hotel dengan langkah terburu dan tidak mau berlama lagi di sini.

Hansel melihat Amel sudah keluar, menyeringai dan bertepuk tangan kencang. “HAHAHAHA MAINAN BARU!” ucapnya keras dan mengelegar dengan tawa yang siapa saja mendengarnya akan ketakutan dan tidak akan mau berdekatan dengan Hansel Locanno—Tuan Muda Locanno. Yang memiliki segudang prestasi dalam segala hal. Dan juga terkenal dengan pemain wanita.


CEO's Paid WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang