"Kak Leon? Minta maaf buat apa?" tanya Shena tak mengerti.
Sambungan telepon tiba-tiba terputus. Hal itu membuat Shena mengernyitkan kening. Dia melihat ke arah layar ponselnya, lalu berkata, "Apa Kak Leon salah pencet nomor telepon? Kok tiba-tiba diputusin gitu aja?"
Jayden tersenyum, dia ingin membalas ucapan Shena. Namun, sebelum Jayden mengucapkan sepatah kata pun, tiba-tiba Leon berada tak jauh dari taman. Pemuda itu berjalan menuju Shena, sementara Jayden berkata, "Dia gak salah sambung, tapi sekarang dia ada di belakang lo."
"Di belakang?" Shena melirik ke belakang. Perlahan ponsel di samping telinganya mulai dia turunkan. Mata Shena melirik ke bawah dan ke atas Leon. Dia mencoba untuk mengenali Leon, dan setelah beres meneliti Shena langsung memelototkan mata. "Kak Leon?! Itu beneran Kak Leon!"
Jayden tiba-tiba berjalan menuju ke arah Shena. Dia kemudian berdiri di belakang Shena, dan bertanya kepada Leon, "Mau apa lo ke sini?"
Leon tak membalas ucapan Jayden, akan tetapi dia masih berjalan ke arah Shena dengan kepala menunduk. Setelah sampai di depan Jayden, Leon mengeluarkan napas panjang. Dia mendongak, dan menjawab, "Gue mau minta maaf."
"Minta maaf buat apa?" tanya Jayden.
Leon melirik ke arah Shena yang menatapnya tanpa berkedip. Dia kembali melirik ke arah Jayden, dan berkata, "Gue mau minta maaf langsung sama Shena, jadi mendingan lo minggir dulu."
Peringatan Leon malah membuat Jayden berdiri kokoh di belakang Shena. Dia kemudian berkata, "Mau gimana pun juga, gue gak bisa ninggalin Shena gitu aja. Apalagi sama cowok yang udah ninggalin Shena."
Leon berdecak, sementara Shena berbisik pada Jayden, "Gak papa, Jayden. Lagian bentar lagi gue mau pulang, kok. Lo bisa pulang sekarang, makasih buat mangganya."
Jayden akhirnya mengeluarkan napas panjang. Dia berjalan ke sepeda motornya sendiri, lalu duduk di atasnya dengan tatapan tajam ke arah Jayden. "Kalian bisa ngobrol sebentar, tapi gue tunggu di sini. Sampai si curut itu pergi."
Leon tak peduli pada perkataan Jayden. Dia kembali mendekat ke arah Shena, kemudian menatap Shena dengan kedua matanya. "Gue minta maaf, karena percaya lo yang udah nyelakain Cindy."
"Eh?" Shena mengernyitkan kening, karena faktanya dia sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam novel ini, sebelum kedatangannya. "Gue... langsung lompat alur ke arah Shena disalahin semua siswa. Sekarang, kenapa Kak Leon tiba-tiba minta maaf. Apa Shena sebenernya gak salah?"
Leon melanjut, "Ternyata Cindy udah tahu ada kulit pisang. Dia pura-pura jatuh dan juga cidera, karena bujukan si Siska."
"Siska dan semua anggota klub cheerleader yang ngerencanain semua ini, mereka ngelakuin hal ini karena gak suka sama sifat lo yang dulu."
"Begitu juga gue, gue sempet muak sama tingkah lo, yang seneng ngerayu cowok lain," lanjut Leon.
Pengakuan Leon membuat Shena memelototkan mata. Meskipun Shena difitnah oleh anggota klub cheerleader, akan tetapi Shena sendiri semakin menyadari kesalahannya. Dia menurunkan sudut bibirnya, lalu merasakan detak jantungnya berdetak kencang. "Gak ada akibat tanpa sebab."
"Karena kelakuan ngeselin Shena dulu, dia jadi dibenci anggota cheerleader lain. Sekarang, gue tahu kunci utama nyelesain konflik novel ini ada di mana!"
Shena tiba-tiba menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Meskipun dia sedih karena mendapatkan karakter menyebalkan, tetapi Shena sekarang sudah berdamai dengan karakter yang dia perankan. Gadis itu tersenyum tipis, lalu menerima pengakuan Leon dengan tulus. Meskipun lututnya bergetar karena malu.
Setelah itu, Leon berkata, "Maaf karena ikut ngejauhin lo juga."
"Tapi sekarang, gue gak bakal ngelakuin hal ini lagi," kata Leon.
"Karena sebenernya... gue... gue suka sama lo," ucap Leon.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
CRISIS OF THE PICK-ME GIRLS
Teen Fiction"Mau coba jadi siswi populer, kaya raya, dan disukai banyak cowok?" "Bad boy, ketos, ketua geng motor, idol, vampir, semuanya bisa jadi pacar kamu! Tinggal kamu pilih aja!" "Caranya juga gampang! Yuk, cobain permainan visual novel!" Karena tergiur i...