17

1.1K 153 37
                                    

Haekal terbangun dari tidurnya dengan perasaan aneh. Rasanya seperti dia baru saja bermimpi buruk yang sangat nyata. Dia merasakan sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya, membuatnya sulit bernapas. Begitu dia mencoba menggerakkan tubuhnya, dia menyadari bahwa dia terikat oleh sesuatu yang kuat. Mulut nya seolah di bungkam oleh sesuatu, dan keadaan sekitar gelap gulita.

"Sialan, apa yang terjadi?" Ucap Haekal dalam hati di tengah kegelapan ruangan.

Dia meraba-raba di sekelilingnya dan merasakan Zayyan berada tepat di sampingnya, juga terikat. Haekal mencoba membangunkan Zayyan, tapi Zayyan masih dalam tidur yang sangat dalam.

Belum sempat dia berpikir, Haekal mendengar suara langkah kaki berat yang ia yakini berasal dari luar ruangan yang Haekal dan Zayyan tempati. Dia merasakan detak jantungnya berdegup kencang, belum lagi rasa sesak yang belum juga menghilang membuatnya mati-matian berusaha meraup udara di ruangan tersebut.

Brak!

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras, menerangi ruangan dengan cahaya redup yang berasal dari luar ruangan. Seseorang masuk ke dalam, tapi wajahnya tertutup oleh kegelapan. Haekal dengan susah payah memicingkan matanya untuk melihat siapa dalang dari semua itu.

"Sudah bangun anak manis? Ah sayang sekali kalian tidak meminum teh lezat yang di buat wanita itu. Andai saja kalian meminum nya, ini akan lebih mudah untuk kita" Ucap sosok tersebut

"Hmmm... sulit bernafas anak manis?" Tanpa aba-aba, sosok tersebut dalam sekejap berada di depan wajah Haekal. Samar-samar Haekal dapat melihat wajah seseorang wanita tua dengan mata merah menyala

Haekal merasa bulu kuduknya merinding saat melihat wajah wanita tua itu dengan mata yang menyala merah di tengah kegelapan. Matanya terbelalak, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

"Sssttt... jangan berteriak, anak manis," desis wanita tua itu dengan suara yang menusuk. "Kamu sekarang di sini karena pilihanmu sendiri. Kamu telah masuk ke dalam permainan yang sangat berbahaya, Jiana Arsena Wirdian."

Haekal yang mendengar nama kecil nya disebutkan, semakin meringkuk ketakutan. Sudah menjadi rahasia umum keluarganya, bahwa tidak boleh ada yang memanggil atau menyebutkan nama kecil nya. Bahkan orang luarpun tidak ada yang mengetahuinya selain orang-orang lama yang dulu bekerja di rumah sang opa di Yogyakarta.

Haekal mencoba berbicara ataupun berteriak, tapi mulutnya masih terbungkam oleh sesuatu yang tidak bisa ia identifikasi. Dia merasakan ketakutan yang begitu besar sehingga nafasnya semakin sesak.

Wanita tua itu tertawa, suaranya bergema di dalam ruangan gelap. "Kalian berdua adalah bagian dari ritual saya. Kalian akan menjadi korban yang sempurna untuk memenuhi keinginan saya yang paling dalam." Desis wanita itu

Haekal berusaha menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk melawan ketakutannya. Dia merasa tangannya gemetar saat mencoba melepaskan diri dari ikatan yang mengikatnya.

"Tidak ada yang bisa kalian lakukan," lanjut wanita tua itu dengan dingin. "Kalian sudah masuk ke dalam jebakan saya, dan sekarang kalian tidak punya pilihan selain patuh pada kehendakku."

Dapat dirasakan, sebuah tangan menyentuh dan menekan area perut bagian sampingnya.

"Aghh iga renggang dan getih anget, nikmat sekali. Kalau begitu, aku pamit untuk menyiapkan alat ya. Nikmati waktu kalian" Ucap wanita itu sambil tertawa mengerikan saat keluar dari ruangan yang kini kembali diliputi kegelapan total.

Dengan perasaan putus asa, Haekal mencoba membangunkan Zayyan yang masih tertidur. Namun, Zayyan tetap tak sadarkan diri, tidak merasakan apa pun dari situasi mengerikan yang sedang terjadi di sekitarnya.

Indi(go)homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang