Bab 3 (AWAL)

69 33 5
                                    

Kasus meninggalnya Bagas kemarin dinyatakan kecelakaan kantor oleh tim penyidik Lanara, mereka yang mengenal bagas sungguh tidak percaya jika Bagas bisa meninggal di umurnya yang masih terbilang muda. Laura yang merasa puas kini ia melihat tangannya yang sudah menghabisi Bagas, ia merasa jika Bagas terlalu lemah untuk takaran manusia emosian, tenaga dan emosinya tidak sepadan, menjijikan.

Semenjak dirinya yang baru Lanara dengan diam saja bisa merasakan jika banyak sekali jiwa manusia yang lemah, mereka seharusnya lebih hati-hati jika memiliki jiwa yang lemah agar tidak gampang disakiti.

"Ck, kenapa banyak sekali manusia yang menderita karena perundungan," ucap Laura yang kini berada di balkon apartemennya.

Manusia yang sudah berani menyakiti seharusnya bersiap untuk menerima karma atas perbuatannya sendiri, jika manusia terus memberikan rasa sakit untuk memperlihatkan siapa yang paling kuat lantas apa gunanya tuhan menciptakan beragam manusia, manusia yang lemah pun menginginkan kebahagiaan.

Dea salah satu gadis yang kini belajar di universitas terbaik di jakarta, ia selain pintar juga memiliki paras yang sangat rupawan, hanya saja ia kini merasa terancam ketika mengetahui ada seseorang yang kemampuannya melebihi dirinya. awalnya Dea tidak peduli karena orang itu penyandang disabilitas, tapi siapa sangka jika otaknya jauh lebih pintar dari manusia normal pada umumnya.

Apa kalian pernah dengar jika orang yang penyandang disabilitas bahkan lebih pintar dari manusia yang normal pada umumnya, mereka yang memiliki kekurangan dari lahir ternyata bisa saja mengalahkan manusia yang terlahir normal. Dia adalah Kenza, ia memiliki kekurangan sejak ia lahir, ia tidak bisa mendengar dan berbicara akan tetapi ia begitu pintar dan cerdas dari manusia yang terlahir normal, kekurangan yang ia miliki tidak membuat Kenza menyerah untuk mencapai cita-citanya, maka dari kecerdasannya ia bisa masuk universitas yang layak untuknya walaupun memiliki kekurangan.

Lalu apa tujuan Dea merundung Kenza? simpel saja, Dea takut ia kalah dari Kenza.

"Lo gila De, ini bahaya buat dia, apalagi dia gak bisa ngomong," ucap teman Dea yang mendengar rencana Dea.

"Ya elah cuman di kurung doang pas ujian praktek, apa bahayanya coba," jelas Dea.

"Lo mikir dea, dia gak bisa ngomong, gimana kalau dia mati di gudang bawah, apalagi sekarang musim hujan gudang bawah suka kebanjiran," jelas teman Dea yang kita sebut Arum.

"Ya salah dia dong gak bisa ngomong."

"Dea lo...."

"Diem deh kalau lo gak mau bantuin gue, lagian kalau dia gak ikutan ujian sekarang dia gak bisa lulus cepet kan, terus peluang gue jadi lulusan terbaik tahun sekarang makin besar."

"Kalau dia mati gimana hah?"

"Ya kubur lah, masa iya gue pajang."

"Kalau yang mati elo gimana?" tanya Arum kali ini membuat Dea menatapnya.

"Gue mati? gak mungkin," ucap Dea tersenyum konyol.

"Mungkin aja, karma itu ada Dea."

"Tahayul kaya gitu lo percaya.'' Dea tertawa.

"Terserah lo, tapi gue cuman ingetin kalau karma itu beneran ada," ucap Arum lalu pergi meninggalkan Dea yang terdiam.

"Ck, karma, karma, karma kalaupun emang ada udah dari dulu gue udah kena," ucapnya yang membuat Laura menarik ujung bibirnya tersenyum miring.

"Bodoh..."

__________

Lanara kini ia berada di kampus dimana Dea dan Kenza belajar, yang lebih menariknya Lara adiknya adalah salah satu mahasiswa disana. Lanara yang awalnya hanya ingin mengantarkan adiknya tidak sengaja melihat Kenza yang baru saja tiba menggunakan kendaraan yang bisa terbilang mewah. Kenza keluar dari sebuah mobil BMW berwarna merah, bahkan Lanara saja yang bekerja kalah dengan mobil yang dimiliki Kenza.

"Dia siapa?" tanya Lanara sebelum lara keluar dari mbilnya.

"Kenza," jawab Lara singkat.

"Fakultas."

"Seni."

"Oh..''

Lara yang mendengar itu kini menatap Lanara heran, tidak biasanya kakaknya ini ingin tau urusan orang lain selain kasus-kasus yang darinya tangani.

"Kenapa?"

"Tumben lo nanya, biasanya juga gak peduli sama urusan orang lain."

"Gue ada kasus di universitas ini," jawab Lanara yang membuat Lara penasaran.

"Kasus apaan?"

"Rektor kampus lo baru kan?" tanya Lanara yang di angguki Lara.

"Berapa orang yang hilang?" kini pertanyaan Lanara membuat Lara berfikir dan membulatkan matanya sempurna.

"OHHH....jangan-jangan...."

"Gue belum tau siapa orangnya, cuman dia target awal gue," ucap Lanara di iringi seringai yang membuat Lara sedikit merinding.

"Apa dia Lanara yang sama?" batin Lara. karena setahu Lara kakaknya sempat dinyatakan meninggal selama lima menit dari insiden kecelakaan yang disebabkan seseorang.

"Gue masuk dulu kak, sebentar lagi dosen gue masuk," ucap Lara berpamitan dengan Lanara.

"Sebentar," tahan Lanara saat melihat adiknya akan keluar dari mobilnya.

"Pake ini," ucap Lanara sambil memakaikannya kepada Lara.

"Apaan nih, kuno banget tampilannya," tanya Lara kesal karena gelang yang di pakaikan kepadanya hanya seutas tali putih dengan lionting bunga mawar hitam.

"Pake atau lo mati," jawab Lanara saat selesai memakaikan gelang miliknya kepada Lara.

"Dih tuhan lo?"

"Jangan ngeyel Lara, gue cuman mau lo aman."

"Terserah, gue pusing sama teka-teki lo," ucap Lara kemudian keluar dari mobil dan bergegas masuk ke area kampus.

Tanpa Lara sadari jika sendari tadi ada orang yang memperhatikan mereka, maka dari itu Lanara memakaikan gelang miliknya untuk menjaga Lara karena Lanara tau aura yang dimiliki adiknya lemah dan itu gampang sekali jadi sasaran empuk, setidaknya dengan gelang miliknya Lara seperti memiliki aura kuat.

"Lo gak boleh mati sebelum gue Lara," ucap Lanara yang terus menatap punggung Lara yang perlahan hilang tertelan jarak. 

[NITIKARYA] Not Me : Lady AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang